Efek Salju

Senin, 20 Mei 2013

THIS ETERNAL WINTER (PART 2)


Author            : Hwang Min Hyo / Emily Hwang / Meilysa

Main cast        : Hwang Minhyo (yeoja. 21 tahun), Jung Yunho (namja. 23 tahun).

Other cast      
  • Hwang Sung Yeo (yeoja. 41 tahun)
  • Caiden Hwang (namja. 43 tahun)
  • Kris (namja. 25 tahun)
  • Park Nira (yeoja. 22 tahun) (cameo)
  • Go Ahra (yeoja. 23 tahun).

Disclaimer       : Saya hanya meminjam nama dalam FF ini. Mereka milik keluarga mereka sendiri. Tapi FF ini murni milik saya :D

Rated               : T

Genre              : Romance, Angst

Warning          : Bahasa tidak baku, typo bertebaran, author abal, OC, OOC.

FF ini boleh dibaca siapa saja. Tapiiiii~ bagi yang tidak suka, tidak usah baca. Daripada di akhir nanti malah ngebash atau apapun sejenisnya.

Anda bisa berimajinasi semau anda...membayangkan pemain yang ada di FF ini sebagai diri anda? Itu juga diperbolehkan :D

Silahkan baca :D

***
Part before

“Eum, Ahra-ya. Apa kau tahu tujuanku membawamu kemari?” tanya Yunho.

“Anni. Memang kenapa Yun?”

“Aku...ehem...bisakah kau pejamkan matamu sebentar saja?” tanya Yunho lagi. Ahra menatap Yunho bingung, namun dia segera menutup matanya. Setelah Ahra menutup matanya, Yunho tampak mengambil sesuatu dari saku jaket yang dipakainya.

“Kau bisa membuka matamu Ahra-ya.” Ahra lalu membuka matanya. Tiba-tiba mata Ahra membulat tak percaya.

“Ini...apa Yun?” tanya Ahra dengan suara tercekat.

“Maukah...kau menjadi~”

***

Part Now

“Maukah…kau menjadi yeojachingu ku?” Tanya Yunho lembut sambil menyodorkan kalung yang dibelinya kemarin.

“M-Mwo?” Tanya Ahra tergagap. Matanya membelalak menatap mata Yunho dan kalung yang di bawa Yunho. “Ne! Aku mau Yun!” jawab Ahra akhirnya.

“Jeongmal? Gomawo Ahra-ya,” ucap Yunho sambil beranjak kebelakang Ahra untuk memakaikan kalung itu. Perlahan Yunho mengecup bibir Ahra, hanya satu kecupan lembut.

***

“Appa…eomma…Kris gege…aku berangkat ne? Annyeong!” Minhyo beranjak dari duduknya dan menyambar tas yang tergeletak di kursi yang ada di sampingnya.

Prang~

Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh seketika kearah Minhyo. Minhyo langsung mengalihkan pandangannya kearah bawah. Dilihatnya pecahan gelas yang berserakan dan ada satu yang menancap di kakinya.

“Aigoo! Minhyo chagi! Kakimu berdarah! Kajja duduk dulu!” panik Sung Yeo sambil memapah Minhyo untuk kembali duduk di kursi meja makan. “Yak! Kalian! Cepat ambilakan kotak obat! Kenapa malah bengong!” teriaknya kepada para maid yang ada di ruang makan itu. Para maid pun tunggang langgang mencari kotak obat.

“Ini nyonya,” seorang maid menyerahkan kotak obat kepada Sung Yeo, dan dengan cepat dia mengobati luka putrinya.

“Gwaenchana Minhyo-ya?” Tanya Kris yang berdiri di samping Minhyo sambil merangkul bahu Minhyo.
“Gwaenchana ge. Ini cuma luka kecil kok,” jawab Minhyo sambil tersenyum. Dia beranjak dari duduknya dan berpamitan pada kedua orang tuanya serta Kris. “Aku berangkat ne? Annyeong!” ucap Minhyo lalu berjalan perlahan keluar rumah sambil diikuti Caiden, Sung Yeo, dan Kris.

“Chagi, kau nekat membawa mobil sendiri? Kakimu tidak sakit?” cemas Sung Yeo sambil memegangi pundak Minhyo.

“Gwaenchana eomma. Ini hanya luka kecil, lagi pula lukanya di kaki kiri, jadi tidak terlalu sakit,” jawab Minhyo sambil tersenyum.

“Baiklah kalau begitu. Jika kau merasakan sakit, kau segera telepon appa, eomma, atau Kris ne? Supaya nanti ada yang menjemput,” pesan Sung Yeo. Minhyo mengangguk lalu mencium kening sang eomma. Dia berjalan menuju garasi rumahnya dan memasuki Ferrari merahnya, lalu memacunya keluar halaman rumah.

@University

Minhyo berjalan dengan sedikit tertatih menyusuri lorong menuju kelasnya. Dia berhenti sebentar ketika merasakan nyeri di kaki kirinya.

“Aish! Kenapa sekarang terasa nyeri sih? Bukankah tadi baik-baik saja!” gerutu Minhyo sambil mengurut pelan kaki kirinya.

“Minhyo?” sapa sebuah suara membuat Minhyo mendongak.

“Eh? Yunho oppa? Oppa belum masuk?” tanya Minhyo dengan senyum manis melekat di bibirnya.

“Oh, aku keluar sebentar dari toilet. Kau baru datang?” tanya Yunho balik.

“O-Oh…ne. Baru saja.”

“Ya sudah kalau begitu aku ke kelas dulu ne,” pamit Yunho lalu meninggalkan Minhyo. Setelah Yunho menghilang dari pandangannya, Minhyo kembali fokus dengan luka di kakinya.

“Aigoo! Kenapa terasa ngilu sekali?” keluh Minhyo lirih. Dia mendongakkan kepala menahan rasa sakit yang semakin menjalar.

“Minhyo? Gwaenchana?” tanya seorang namja dengan tinggi diatas rata-rata kepada Minhyo. Minhyo membuka matanya dan pandangannya bertemu dengan namja itu.

“E-Eh? Chanyeol sunbae?” Minhyo membenarkan posisi berdirinya setelah melihat sunbae-nya.

“Ne. Neo…gwaenchana?” tanya Chanyeol lagi. “Kakimu berdarah. Kau terluka?”

“Oh? Ah! Ini...hanya luka kecil sunbae. Tidak perlu khawatir,” ucap Minhyo tergagap. Chanyeol tiba-tiba berjongkok dan melihat luka Minhyo. Dia mengernyit dan mendongak menatap Minhyo.

“Kau bilang ini luka kecil? Lukamu cukup dalam Minhyo. Ikut aku sekarang,” ucap Chanyeol lalu dalam sekali gerak, Minhyo sudah berada di gendongan Chanyeol.

“Oh? E-Eeeh sunbae! Aku bisa berjalan sendiri!” teriak Minhyo panik. Pasalnya sekarang Chanyeol menggendongnya ala bridal style.

“Diamlah. Jika kau berjalan, lukanya akan semakin banyak mengeluarkan darah, arraseo!” ucap Chanyeol tanpa menatap Minhyo. Minhyo terdiam, dalam hatinya membenarkan ucapan Chanyeol.

Skip time…

Minhyo berjalan pelan menuju parkiran. Kakinya sudah membaik setelah Chanyeol menutup lukanya dengan rapat. Dia benar-benar harus berterima kasih dengan Chanyeol. Jika tidak, mungkin dia sudah pingsan karena kehabisan darah.

“Minhyo, kau sudah baikan?” tanya sebuah suara berat dari belakang Minhyo. Minhyo berbalik dan tersenyum melihat orang yang menyapanya itu.

“Ne Chanyeol sunbae. Gamsahamnida…berkat sunbae, kaki ku jadi membaik. Mungkin lusa aku sudah bisa mengikuti latihan basket,” jawab Minhyo riang. Chanyeol tersenyum dan mengusak pelan rambut Minhyo.

“Jika belum bisa jangan dipaksakan. Kami akan menunggu sampai kau sembuh. Lagi pula latihan basketnya akan dilaksanakan setiap hari hingga turnamen antar Universitas seminggu lagi, jadi kau pasti bisa ikut,” ucap Chanyeol. Ya, Chanyeol adalah sunbae Minhyo di club basket. “Lain kali hati-hatilah. Kau bahkan baru bergabung kemarin…dan malah sudah cidera hari ini. Dasar ceroboh!”

“Yah! Sudah kubilang ini tidak sengaja sunbae!” ucap Minhyo kesal sambil mempoutkan bibirnya. Chanyeol hanya terkekeh pelan. Dia menepuk pundak Minhyo dan berjalan meninggalkan Minhyo. Minhyopun kembali berjalan menuju mobilnya tanpa menyadari sepasang mata musang menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan.

***

Minhyo hanya membolak-balikkan tubuhnya diatas kasur tanpa niatan melakukan sesuatu yang berguna. Mata bulatnya kadang terbuka lebar, kadang tertutup. Minhyo menghembuskan nafas kasar lalu meraih remote pengatur pengahangat ruangan yang tergeletak di meja di samping ranjangnya. Dengan cepat dia menaikkan suhu ruangan hingga dia tidak merasa kedinginan lagi.

“Argh! Musim dingin pabbo!” teriak Minhyo kesal sambil menghempaskan remote itu ke samping tubuhnya.

Tuk~ tuk~ tuk~

Minhyo menoleh menatap pintu berandanya yang diketuk seseorang. Minhyo mengernyit sebentar dan berteriak mempersilahkan orang itu masuk. “Masuk saja Yunho oppa!” teriaknya. Pintu berandapun terbuka dan nampaklah sesosok namja bertubuh tegap yang sering memasuki kamar Minhyo. Yup, Yunho.

“Kau sedang apa?” tanya Yunho lalu mendudukkan diri di samping Minhyo. Minhyo mendelik kesal menatap Yunho lalu berdecak sebal.

“Apa aku harus mengatakan apa yang kulakukan, sedangkan kau melihatnya sendiri? Jika aku berkata aku bermain basket apa kau akan percaya eoh?” tanya Minhyo kesal. Yunho terkekeh pelan lalu menidurkan dirinya di samping Minhyo, jadi mereka tidur di ranjang yang sama namun terhalang sebuah boneka beruang besar.

“Sudah jelas aku tidak akan percaya. Mana mungkin kau mau beraktivitas di cuaca sedingin ini?” ejek Yunho.

“Yak!”

“Cukup! Jangan teriak-teriak. Lebih baik kau membuatkan aku kopi. Hehehe~” ucap Yunho lalu menatap Minhyo yang tengah mempoutkan bibirnya.

“Shireo!”

“Yah…kenapa tidak mau? Ayolah Minhyo~” bujuk Yunho dengan puppy eyes yang gagal.

“Ambil saja sendiri. Di dalam masih ada kopi panasnya. Aku baru saja membuat kopi,” ucap Minhyo menunjuk secangkir kopi yang terggeletak di meja belajarnya dengan asap yang masih mengepul. Yunho mengikuti arah yang ditunjuk Minhyo dan tersenyum lalu beranjak kearah coffee maker. Mengambil cangkir yang ada di sana dan memencet satu tombol hingga kopi sisa buatan Minhyo mengalir memenuhi cangkir itu. Perlahan Yunho menyesap kopi itu.

“Hmm…tepat sekali,” ucap Yunho sambil menikmati kopi panasnya. Dia berjalan menuju sofa dan mendudukkan diri di sana. “Kau tidak minum kopi? Kopi itu untuk siapa?” tanya Yunho sambil mengarahkan dagunya pada kopi yang tergeletak di meja.

“Anni…kopi itu milik…”

Cklek~

“Minhyo? Kau belum tidur?” tanya seorang namja berambut pirang yang memasuki kamar Minhyo. Pandangan namja itu tertuju pada Yunho. Begitu pula Yunho, menatap tajam namja itu.

“Belum Kris ge. Oh iya, kopimu sudah kutaruh diatas meja. Ambilah!” ucap Minhyo pelan. Kris mengalihkan pandangannya kepada Minhyo dan tersenyum sambil menghampiri Minhyo.

“Sebaiknya kau segera tidur, bukankah besok kau bilang ada kelas pagi hm?” tanya Kris lembut sambil membenahi selimut Minhyo hingga membungkus yeoja itu sebatas dada. “Besok aku akan mengantarmu,” ucap Kris kemudian.

“Tidak perlu! Besok Minhyo berangkat bersamaku,” ucap Yunho ketus. Kris dan Minhyo menoleh menatap Yunho bersamaan.

“Ah, aku berangkat bersama Yunho oppa saja ge,” ucap Minhyo pada Kris. Kris tersenyum dan mengangguk pelan.

“Ya sudah. Aku keluar ne? Tidurlah!” ucap Kris lalu beranjak menjauhi Minhyo. “Ah, Yunho-ssi. Sebaiknya kau segera pulang dan membiarkan Minhyo segera tidur,” ucap Kris setelah mengambil kopinya. Dia melirik Yunho sekilas lalu keluar kamar itu dan menutup pintunya. Yunho mendengus kesal.

“Memangnya siapa kau? Terserah padaku mau pulang sekarang atau nanti,” gerutu Yunho. Minhyo mengulum senyum lalu memejamkan matanya mencoba terbang kealam mimpi. Namun belum lama dia memejamkan matanya, Yunho sudah memanggilnya.

“Minhyo-ya! Jangan tidur dulu. Temani aku~” ucap Yunho beranjak kesamping Minhyo. Minhyo kembali membuka matanya untuk menemani Yunho meski kedua matanya sudah sangat merah karena mengantuk. “Bagaimana sekolahmu hari ini? Apa menyenangkan?” tanya Yunho sambil membuka-buka majalah fashion milik Minhyo. Minhyo hanya bergumam pelan untuk menjawab. Begitu seterusnya hingga Yunho berpamitan pulang dan membiarkan Minhyo menutup matanya walau hanya sebentar karena Yunho pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.

Pagi hari…

“Eung~” Minhyo mengerang pelan merasakan cahaya matahari masuk menusuk matanya. Tak lama kemudian dia merasakan sentuhan lembut di puncak kepalanya membuat dia mau tak mau membuka mata. “Kris ge…eomma,” sapa Minhyo dengan suara seraknya. Dia mengernyit menatap Kris yang mengelus pelan rambutnya.

“Kau sudah baikan?” tanya Kris lembut. Dia menyentuh pelan dahi Minhyo. “Kau demam,” ucapnya lagi. Minhyo mengangkat tangan kirinya dan menyentuh lehernya. ‘Ah, benar. Aku demam. Mungkin karena luka itu,’ batin Minhyo.

“Kau tidak usah masuk ne?” tanya Sung Yeo sambil mendudukkan dirinya disamping Minhyo. Minhyo hanya mengangguk meng-iya-kan eommanya. Dia tidak mau memaksakan tubuhnya. Rasanya tubuhnya sangat berat dan terasa ngilu di persendiannya.

“Annyeong Min…eh?” Yunho terhenti seketika ketika akan memasuki kamar Minhyo. Pasalnya ada eomma Minhyo dan juga Kris yang sedang memegangi kepala Minhyo.

“Yunho. Kau akan berangkat?” tanya Sung Yeo lembut. Yunho mengangguk sambil terus menatap tajam tangan Kris. “Mianhae. Minhyo tidak bisa masuk hari ini karena dia demam,” ucap Sung Yeo sambil menpuk-nepuk punggung Yunho. Mata musang Yunho mengamati wajah Minhyo yang sangat pucat. Dia mendudukkan diri di seberang Kris, disamping kiri Minhyo.

“Gwaenchana? Apa ini parah?” tanyanya pelan. Minhyo hanya tersenyum kecil dengan bibir keringnya.

“Gwaenchana oppa. Istirahat sebentar juga sembuh kok,” jawab Minhyo dengan suara yang sangat serak.

“Apa mungkin karena kau menemaniku semalam?” tanya Yunho dengan rasa bersalah yang sangat terlihat.

“Aniya. Mungkin hanya terlalu lelah, jadi sakit hehehe~” Minhyo tersenyum untuk menghilangkan rasa bersalah Yunho. “Sudah sana oppa berangkat. Nanti oppa telat loh. Oppa mau dapat nilai D eoh?” ucap Minhyo mengancam.

“Tapi kau~”

“Gwaenchana. Ada Kris gege yang menemaniku. Jadi oppa tidak usah khawatir,” ucap Minhyo menenangkan, pasalnya dia tahu kalau Yunho ingin menemaninya.

“Aniya~”

“Yunho. Biar Kris saja yang menemani Minhyo. Lagi pula hari ini Kris tidak banyak kerjaan, jadi bisa dikerjakan di rumah sambil menjaga Minhyo. Kau harus kuliah arraseo! Atau kau mau aku melaporkan pada eommamu bahwa kau tidak pernah mau kuliah hm?” ucap Sung Yeo dengan smirk di bibir merahnya. Yunho membelalak dan langsung berlari keluar kamar Minhyo.

“Baiklah Hwang eomma! Yunho berangkat!” teriak Yunho sambil berlari keluar rumah keluarga Hwang membuat Minhyo dan Sung Yeo terkikik geli.

“Kau makan ne? Mau gege suapi?” pertanyaan Kris membuat tawa Minhyo berhenti. Minhyo menganguk pelan. “Baiklah, kajja bangun. Hup!” Kris membantu Minhyo bangun dan bersandar di kepala ranjang lalu mengambil bubur yang sudah disiapkan maid. “Aaaa~” Kris menyodorkan sesendok bubur dan diterima Minhyo dengan senang hati. Sung Yeo yang menyaksikan itu hanya tersenyum dan meninggalkan kamar Minhyo tanpa suara. Membiarkan putrinya dirawat Kris.

Skip time…

Semiggu sudah berlalu. Minhyopun sudah sembuh total dari cideranya. Yah hanya meninggalkan sedikit bekas luka pada kaki kirinya. Tapi itu bukan masalah selama dia menutupinya dengan memakai celana panjang. Pagi ini Minhyo berangkat bersama Kris yang kebetulan memang baru berangkat kerja siang nanti. Minhyo menuruni mobil Kris dan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Minhyo langsung berjalan memasuki area kampusnya.

“Hey yo Minhyo!” pangil seseorang membuat Minhyo memicingkan matanya untuk memastikan siapa yang datang. Dia lalu mengangkat tangannya untuk ber-highfive dengan namja yang memangilnya tadi.

“Hey yo Chanyeol sunbae!” sapa Minhyo menirukan gaya Chanyeol.

“Waa~ kau sangat cocok dengan gaya rapper seperti itu,” goda Chanyeol sambil mensejajari langkah Minhyo.

“Mwoya?! Aku yang tidak sudi sunbae!” Minhyo mengerucutkan bibirnya sebal. “Oh ya sunbae, hari ini kita turnamen?” tanya Minhyo antusias. Chanyeol mengangguk.

“Memangnya kau akan ikut?” tanya Chanyeol heran.

“Iyalah sunbae! Inikan event yang kutunggu-tunggu.”

“Tapi cideramu?”

“Gwaechana. Aku bahkan sudah memakai high hells,” ucap Minhyo sambil menunjukkan hells nya. Chanyeol berdecak kecil dan menggeleng-geleng heran.

“Kau ini. Ya sudah, nanti selesai jam kuliah langsung saja kau menyusul di lapangan indoor ne? Semua pasti sudah berkumpul disana,” ucap Chanyeol. Minhyo mengangguk dan meninggalkan Chanyeol untuk menuju kelasnya. Dia sangat senang hari ini karena akan mengikuti turnamen basket. Wuah akan sangat menyenangkan melihat Yunho bermandi keringat dengan bola basket di tangannya. Dan ketika waktu istirahat, dia akan memberikan minuman pada Yunho. Seminggu ini tidak bertemu Yunho membuat dia sangat merindukan Yunho.

‘Hyaa~ aku sudah tidak sabar segera menyelesaikan semua kelasku hari ini!’ teriak Minhyo gemas dalam hati.

Seusai kelas…

Minhyo POV

Aku berlari kecil menuju lapangan basket indoor yang ada di halaman belakang kampus. Tidak terlalu jauh juga sih dari kelas terakhirku tadi. Aku melihat Chanyeol sunbae sudah berganti kostum bersama beberapa anggota basket lain.

“Sunbae!” teriakku memanggil Chanyeol sunbae sambil berlari menghampirinya.

“Wae? Kau belum berganti kostum? Kenapa malah bergabung disini? Bergabung sama tim cheerleaders sana!” usir Chanyeol sunbae padaku. Beginilah kalau dia sudah dekat dengan teman-temannya. Bersama tim basket selama satu minggu membuat aku memahami pribadi mereka.

“Heish! Aku tahu! Tapi dimana Yunho oppa?” tanyaku sambil celingukan mencari Yunho oppa.

“Belum datang. Mungkin dia datang saat akan dimulai nanti. Ish~ dia itu kapten tidak bertanggung jawab! Tidak pernah ikut latihan...dan sekarang datang terlambat!” gerutu Chanyeol sunbae. Aku hanya mengedikkan bahu tak peduli.

“Baiklah. Aku berganti kostum dulu ne. Yang semangat sunbaedeul! Kami akan menyemangati kalian dari samping lapangan! Tapi jangan lupa, jika kami ganti bermain, kalian harus menyemangati kami arraseo!” teriakku sambil berlari meninggalkan mereka.

“SHIRREEOOO!” teriak mereka bersamaan. Hahaha~ selalu begitu. Mereka selalu meminta kami, tim basket yeoja, untuk menjadi cheers. Tapi jika kami sedang bertanding, mereka tidak mau menyemangati kami ala tim cheers. Padahal kan kami penasaran dengan gaya mereka…hihihi~

Aku sudah berganti kostum cheers dan berjalan bersama partner lainnya ke tepi lapangan. Aku mengedarkan pandangan mencari sosok Yunho oppa. Kenapa ada benyak sekali orang sih?! Dari universitas sebelah juga banyak sekali. Oh! Itu dia Yunho oppa. Dia terlihat melakukan pemanasan. Aku memperhatikannya terus hingga mendengar peluit dari wasit tanda pertandingan dimulai.

Kami para team cheers mulai meneriakkan kata-kata semangat. Sesekali pemain ada yang melayangkan flying kiss pada kami.

Priit~ priit~

Minhyo POV end

Peluit tanda babak pertama usai pun berbunyi Minhyo segera berlari menuju tepi lapangan dan mengambil botol minuman untuk diserahkan pada Yunho. Tiba-tiba langkahnya terhenti karena melihat seorang yeoja berjalan mendekati Yunho dan memberikan minuman padanya.

“Ahra sunbae?” gumam Minhyo pelan melihat yeoja tadi. Minhyo mengurungkan niatnya untuk memberi Yunho minuman. Dia tersenyum getir dan kembali ke tepi lapangan. Perhatian Minhyo teralihkan saat ada seorang temannya memanggil.

“Minhyo! Berkumpul sekarang!” teriak yeoja itu sambil melambaikan tangan pada Minhyo. Minhyo segera beranjak dari duduknya dan berlari mengikuti yeoja itu.

Duk~ duk~ duk~

Minhyo memantul-mantulkan bola basket dengan tenang di tengah lapangan. Dia menatap ring tajam kemudian melemparkan bola yang dipegangnya kearah ring dan…Bingo! Masuk! Sorakan penoton terdengar membahana. Minhyo baru saja melakukan shooting penalty dan masuk. 3 poin tambahan untuk tim Universitas Minhyo. Teman-teman satu timnya memeluknya dan mengucapkan terima kasih namun hanya dibalas dengan wajah dingin oleh Minhyo. Minhyo hanya mengelap sedikit keringatnya kemudian kembali ke posisinya untuk melanjutkan pertandingan.

Yunho POV

Hebat! Minhyo baru saja melakukan shooting diluar area sehingga menghasilkan 3 poin. Dia memang hebat dalam bermain basket yang merupakan salah satu hobinya sejak Junior High School. Maka akupun tidak heran jika dia memiliki tubuh yang ideal dan tinggi. Namun sepertinya dia sedang dalam mood buruk hari ini. Biasanya dia akan tertawa lepas jika mendapat 3 point seperti ini. Tapi hari dia sama sekali tidak tersenyum. Ada apa dengannya? Ah, tadi dia juga tidak datang menghampiriku. Biasanya setiap bermain basket, dia akan menghampiriku dan memberikan minuman padaku lalu dia akan cerewet menanyakan apa aku lelah? Apa aku haus? Apa aku lapar? Dan pertanyaan-pertanyaan lain. Dan hari ini? Aku bahkan tidak melihatnya. Ah ya. Aku hampir lupa jika sudah satu minggu ini aku tidak bertemu dengannya. Semenjak aku ke rumahnya saat dia sakit, hingga saat ini aku sama sekali tidak menemuinya. Aku terlalu sibuk dengan Ahra yang selalu merengek minta ditemani. Entah ditemani untuk ke salon, belanja, jalan-jalan, atau apalah itu hingga menyita waktuku. Tapi mau bagai~
 
“AH!” aku tersentak mendengar teriakan Ahra yang duduk disampingku. Aku menoleh padanya, dia dengan wajah kaget memandang ke tengah lapangan. Penasaran, aku mengikuti arah pandangannya. Seketika itu juga mataku melebar melihat Minhyo yang tergeletak di tengah lapangan.

Yunho POV end

Minhyo tergeletak dengan wajah pucat di tengah lapangan. Barusan terjadi pelanggaran yang dibuat oleh Tim Universitas lawan hingga membuat Minhyo terluka. Seorang pemain dari Universitas sebelah sengaja menabrakkan tubuhnya ke tubuh Minhyo sehingga siku pemain itu tepat mengenai ulu hati Minhyo dan membuat Minhyo ambruk seketika.

Beberapa tim medis mulai membawa Minhyo ke tepi lapangan untuk dirawat. Tim namja, termasuk Yunho, segera berlari menghampiri Minhyo dan melihat keadaannya. Pucat. Sangat pucat. Namun tak lama kemudian Minhyo sadarkan diri dan mulai membuka matanya.

“Ugh~” erangan kecil keluar dari bibir pucat Minhyo saat dia mencoba duduk. Yunho segera berlari menghampiri Minhyo dan membantunya duduk.

“Gwaenchana?” tanya Yunho khawatir. Minhyo hanya mengangguk.

“Bisa kita lanjutkan permainannya?” tanya Minhyo sambil berusaha berdiri. Orang-orang yang berada disana menatap tidak percaya pada Minhyo.

“Minhyo kau gila!” bentak Yunho. Minhyo hanya menatap Yunho sekilas dan berjalan kembali ke tengah lapangan. Permainan yang semula dihentikan akhirnya dilanjutkan lagi. Dan lagi-lagi Minhyo diberi kepercayaan utnuk melakukan shooting di luar area. Masuk lagi. Minhyo tersenyum menatap bola basket itu dan kembali berkonsentrasi pada permainan. Seolah Minhyo sedang meluapkan sesuatu lewat permainan basket ini.

***

Minhyo berjalan keluar lapangan menuju gedung utama Universitas untuk menuju lapangan parkir yang terletak di halaman depan. Sesekali dia menyeka keringatnya dengan handuk. Pertandingan hari ini dimenangkan oleh Tim Universitas Minhyo. Dengan Minhyo yang menyumbangkan 32 poin dari skor 77. Sedangkan Universitas sebelah hanya mampu mendapat 63 poin. Sudah tentu tim Universitas Minhyo yang menang, sehingga akan melaju ke babak berikutnya.

“Minhyo!” Chanyeol memanggil Minhyo dari lapangan parkir. Membuat Minhyo mendongakkan kepalanya menatap Chanyeol. Chanyeol melambaikan tangannya meyuruh Minhyo medekat.

“Wae sunbae?” tanya Minhyo tenang.

“Yak! Kau ini sombong sekali! Mentang-mentang sudah mengusung 32 poin eoh?” Chanyeol mendorong pelan bahu Minhyo.

“Aniya. Itu hanya faktor keberuntungan sunbae,” jawab Minhyo sambil tersenyum tipis.

“Ah…kamu terlalu merendahkan diri. Oh iya. Kau ikut perayaan kemenangan kita nanti malam?” tanya Chanyeol. Minhyo menatap Chanyeol tidak percaya.

“Nanti malam?”

“Ne…kau harus ikut! Arrseo!”

“Memaksa~” gerutu Minhyo pelan lalu melanjutkan langkahnya menuju mobil.

“Yak! Pokoknya kau harus datang! Aku tidak terima penolakan! Kalau kau tidak datang, akan ku seret kau dari rumah!” teriak Chanyeol supaya suaranya bisa didengar Minhyo yang mulai menjauh. Sedangkan Minhyo hanya melambaikan tangannya sebagai tanggapan.

Minhyo POV

Ish~ berisik sekali sunbae ku yang satu itu. Tidak tahukah aku sedang malas tertawa? Rasa sakit di ulu hatiku masih terasa sampai sekarang. Ck~ sial pemain itu. Kenapa harus aku yang terkena sasaran.

“Minhyo!” lagi. Ada yang memanggilku. Aku menolehkan kepalaku ke belakang dan melihat Yunho oppa bersama Ahra sunbae berjalan kearahku. Aku memasang senyum menyapa Yunho oppa.

“Hai Yunho oppa! Lama tidak bertemu!” aku berteriak dan menghambur ke pelukannya. Aku merasakan Yunho oppa membalas pelukanku sebentar dan melepaskannya. Kenapa dengan Yunho oppa?

“Eng Minhyo…kau…ikut acara nanti malam?” tanya Yunho oppa dengan sedikit nada ragu yang terlihat jelas dimataku. Aku mengerutkan keningku menatap Yunho oppa dan Ahra sunbae bergantian.

EH?!

Tanpa sengaja aku melihat kalung yang melingkar di leher Ahra sunbae. Itu kan kalung yang dibeli Yunho oppa tempo hari watu Jihye pulang? Kalung itu…kenapa dipakai Ahra sunbae? Apa hubungan Yunho oppa dan Ahra sunbae sebenarnya? Apa dia menanyaiku hanya untuk memberikan kalung itu pada Ahra sunbae? ukan padaku?

“Minhyo~ kau melamun?” Yunho oppa mengibas-ngbaiskan tangannya di hadapanku membuat aku tersadar dari lamunanku.

“Ah oppa…kalung~”

TBC....

Ohoho~ mian..lanjutan FF ini lama kan XD

Sebenarnya lanjutan ini sudah ku ketik rapi di laptop ku...tapi...laptop ku mati..MATI woy!!! :( huweee~ (T_T)

Dan lebih parahnya, data hilang semua...termasuk koleksi reality show ku!!! MV ku!!! Lagu ku!!! Foto ku!!! (>.<) *kalem aja woy!*

Aish jinjja...sangat menyebalkan (-_-)

*lah kok malah curhat? (O.O)*

Entahlah~ melelahkan juga kalau harus menulis ulang...apalagi ditengah perhelatan(?) EXO kembeeeekkk~ woy EXO kambeeek loooh~ setelah 1 tahun ditelantarkan...tapi tak apalah, saya tetap cinta Jongin oppa~~~ *peluk & cium Kai*

Hah...semoga FF ini tidak mengecewakan ne...alurnya ku cepetin biar ngga pada bosen...

Dan terima kasih yang sudah memberikan kritik dan sarannya...huhuhu~ saya terharu...ternyata FF ku yang ini banyak yang nunguuin... *nangis masal bareng member EXO*

Yaaah~ walaupun komennya pada lewat sms, WA, pesan fb, bahkan e-mail...kenapa ngga langsung di komen aja coba? (-_-)
Suka-suka penbaca deh mau komen dimana. Yang penting sehabis baca kasih saran ne??? Kritik juga boleh...asal yang membangun (^o^) *halah*

Oke lah..cerewet aja dari tadi ni author....

Oke! Sampai jumpa di chap depan ne?

"Apakah yang terjadi pada Minhyo dan Yunho selanjutnya? Nantikan di chapter berikutnya." *ala nadia mulya* wkwkwkwk~ XD

Ya sudah ne..pai~ pai~ *tebar kiss*

Jangan lupa reviewnya (^.~)d