THIS
ETERNAL WINTER
Author :
Hwang Minhyo a.k.a Emily Hwang a.k.a Meilysa
Main cast : Hwang Minhyo (yeoja. 21 tahun), Jung Yunho (namja. 23
tahun).
- Hwang Sung Yeo (yeoja. 41 tahun)
- Caiden Hwang (namja. 43 tahun)
- Kris (namja. 25 tahun)
- Park Nira (yeoja. 22 tahun
- Go Ahra (yeoja. 23 tahun).
Disclaimer : Saya hanya meminjam nama dalam FF ini. Mereka milik keluarga
mereka sendiri. Tapi FF ini murni milik saya :D
Rated :
T
Genre :
Romance, Angst
Warning :
Bahasa tidak baku, typo bertebaran, author abal, OC.
FF ini boleh dibaca siapa saja.
Tapiiiii~ bagi yang tidak suka, tidak usah baca. Daripada di akhir nanti malah
ngebash atau apapun sejenisnya.
Anda bisa berimajinasi semau anda...membayangkan
pemain yang ada di FF ini sebagai diri anda? Itu juga diperbolehkan :D
Silahkan baca :D
***
Angin musim dingin berhembus lembut
memainkan helaian rambut yeoja yang sedang duduk melamun di beranda kamarnya
itu. Dia menatap intens kearah danau yang tak jauh dari tempatnya saat ini.
Danau buatan milik tetangga sebelah sebenarnya, kebetulan danau itu ada di
sebelah barat sehingga berhadapan langsung dengan matahari terbenam. Yeoja itu
menghembuskan nafasnya kasar. Dia mengacak rambutnya kesal.
“Ish~ kenapa musim dingin tidak
segera berakhir sih? Menyebalkan! Harusnya aku bisa melihat sunset dari sini.”
ucap yeoja itu sambil menghentak-hentakkan kakinya. “Aku benci musim dingin.”
Ucapnya lagi sambil mengembungkan pipinya.
Krieet~
Yeoja itu menoleh mendengar suara
pintu terbuka. Yeoja itu mendapati seorang namja -dengan wajah tampan, bibir
bentuk hati, tubuh tegap, kulit tan, dan perut dengan otot yang terbentuk
sempurna- sedang berdiri di beranda kamar di seberang kamarnya sambil menenteng
baju di tangan kanannya. Yeoja tadi segera memalingkan wajahya untuk menutupi
rona merah di pipinya yang semakin menjadi setelah menyadari namja tadi
topless. Dia kembali menghadap kearah danau.
“Hua~ udaranya segar sekali.” Ucap
namja tadi sambil merentangkan kedua tangannya. “Kau sedang apa Minhyo-ya?”
Tanya namja tadi kepada Minhyo -si yeoja-.
“Tidak sedang melakukan apapun.”
Jawab Minhyo tanpa menatap namja yang menanyainya tadi.
“Aku akan ke sana.” Ucap namja tadi
lalu bersiap memanjat pagar beranda kamarnya untuk meloncat ke beranda kamar
Minhyo.
“Stop! Berhenti disitu!” teriak
Minhyo -masih tanpa melihat- menghentikan pergerakan namja tadi.
“Wae?” Tanya namja tadi.
“Pakai baju dulu sebelum kau ke
wilayah kamarku.” Jawab Minhyo.
“Memangnya kenapa?” Tanya namja itu
lagi.
“Kalau tidak mau memakai baju ya
sudah tidak usah kesini.” Ucap Minhyo tegas.
“Ish~ ne…ne…aku sudah memakai baju.
Sekarang aku kesitu ya?” Tanya namja tadi setelah memakai baju.
Minhyo menoleh kearah namja tadi
untuk memastikan bahwa namja tadi benar-benar sudah memakai baju. Setelah
Minhyo memastikannya barulah Minhyo mengangguk untuk meng-iya-kan pertanyaan
namja tadi.
Hup~
Dalam sekali loncatan namja tadi
sudah berdiri dihadapan Minhyo. Namja tadi tersenyum lebar mendapati Minhyo
dihadapannya sambil memasang muka masam. Dia tahu bahwa Minhyo sangat membenci
musim dingin.
“Wae? Jangan cemberut begitu dong~”
ucap Namja tadi gemas sambil menarik-narik pipi Minhyo.
“Ya! Lepaskan Yunho oppa ini
sakiiiiit~” rintih Minhyo sambil memukul-mukul lengan Yunho -namja tadi- supaya
menyingkir dari pipinya yang sudah sangat sakit.
“Ahehehe~ mianhae.” Yunho menunjukkan
cengirannya untuk minta maaf pada Minhyo. Minhyo yang memang tidak bisa marah pada
Yunho hanya bisa menghembuskan nafasnya kesal.
“Kenapa kau hanya berdiam diri di
kamar?” Tanya Yunho, lalu dia mendudukkan diri di kursi santai yang ada di
beranda kamar Minhyo.
“Memangnya siapa yang sudi keluyuran
keluar dalam cuaca yang sedingin ini oppa?” ucap Minhyo sambil memutar matanya
malas.
“Aku. Aku baru saja pulang dari
kampus.” Jawab Yunho.
“Itu karena kau kurang kerjaan oppa.
Di cuaca sedingin ini kau masih juga pulang sore demi mengikuti ekstra di
kampus, dan lagi tadi kau keluar kamar tanpa memakai baju. Sepertinya kau sudah
tidak normal oppa.” Ucap Minhyo sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya,
mengambil 2 cangkir kopi panas dari mesin pembuat kopi otomatis yang ada di
kamarnya. Dia kembali ke beranda dan menyerahkan secangkir kopi pada Yunho lalu
dia duduk di kursi di sebelah Yunho, hanya saja mereka terhalang sebuah meja
kecil diantara mereka.
“Hmm~ enak.” Komentar Yunho setelah
menyesap sedikit kopi buatan Minhyo. “Gula yang kau tambahkan pas.” Puji Yunho.
Ya, dia memang tahu bahwa Minhyo itu sudah hafal dengan seleranya dan sifatnya,
maka dari itu Yunho selalu nyaman berada di dekat Minhyo.
“Oh ya, mulai sekarang kau harus suka
musim dingin. Kau tahu musim dingin itu indah. Kau bisa melihat salju yang
sangat putih dimanapun kau berada. Kau bisa merasakan hawa segar jika musim
dingin. Dan yang paling penting musim dingin itu menandai datangnya tahun
baru.” Ucap Yunho sambil sesekali menyesap kopi panas yang ada ditangannya.
“Aku lebih suka musim semi. Karena
aku lahir di musim semi, maka aku suka musim semi. Dan lagi di musim semi
banyak bunga yang bermekaran dan yang pasti aku bisa melihat sunset.” Ucap
Minhyo mantap.
“Terserah padamu kalau begitu.” Ucap
Yunho sambil meletakkan kopinya diatas meja lalu dia menatap Minhyo
lekat-lekat. “Kau…bukankah besok adalah hari pertamamu kuliah?” Tanya Yunho.
“Euumm~” gumam Minhyo sambil
mengangguk-angguk imut. Lalu dia memalingkan wajahnya kearah Yunho sambil
memiringkan kepala. “Waeyo oppa?” Tanya Minhyo.
“Anieyo.” Jawab Yunho sambil mengacak
rambut Minhyo lalu beranjak dari duduknya dan berjalan memasuki kamar Minhyo.
Yunho merebahkan tubuhnya di kasur Queen Size mulik Minhyo. Sedangkan Minhyo
hanya mengikuti Yunho dari belakang dan mendudukkan tubuhnya di sofa yang
terletak di samping kasurnya. Dia mengambil komik dan mulai membacanya.
“Bagaimana kalau besok kau berangkat
bersama denganku?” Tanya Yunho masih dalam posisi berbaringnya, dia hanya
menolehkan kepalanya kearah Minhyo.
Minhyo menurunkan komik yang tadi
dibacanya. “Memang boleh oppa?” Tanya Minhyo.
“Boleh saja. Tidak ada yang melarang
kok.” Jawab Yunho sambil tersenyum.
“Eum ne kalau begitu. Besok aku
berangkat bersamamu.” Jawab Minhyo sambil membalas senyuman Yunho.
Yunhopun hanya tersenyum simpul dan
kembali menatap langit-langit kamar Minhyo. Tak lama kemudian suasana hening pun menyelimuti
kamar Minhyo, hanya suara detak jam yang terdengar. Minhyo yang sudah mulai
bosan membaca komik pun memutuskan untuk mencari makanan di bawah. Pasalnya
sejak tadi siang dia belum makan sama sekali. Tapi sebelum turun dia berniat
mengajak Yunho untuk makan bersama.
Minhyo mendekat kearah Yunho yang
sedang terlentang diatas kasurnya sambil memejamkan mata. Takut-takut Minhyo
mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah Yunho, memastikan Yunho tertidur atau
belum. Karena tidak ada reaksi, maka Minhyo menyimpulkan bahwa Yunho sudah
tertidur. Minhyo menutup pintu beranda kamarnya dan bergerak menyelimuti tubuh
Yunho. Dia tidak ingin Yunho sakit karena suhu yang terlalu dingin.
“Dasar Jung Yunho. Kebiasaanmu tidak
berubah sama sekali.” Ucap Minhyo dengan setengah berbisik, takut membangunkan
Yunho. Sebelum benar-benar keluar kamarnya, Minhyo sempat mencium kening Yunho
dan menghasilkan sebuah geliatan kecil dari Yunho yang sepertinya memang sudah
tertidur pulas.
Tok~ tok~ tok~
“Permisi nona muda. Nona besar ingin
bertemu anda.” Ucap seorang yeoja dengan pakaian maid kepada Minhyo. Belum
sempat Minhyo menjawab, seorang yeoja paruh baya sudah merangsek masuk kedalam
kamar Minhyo sambil memamerkan senyumnya yang masih tetap manis meski umurnya
sudah terbilang tidak muda lagi.
“Eomma.” Ucap Minhyo masih dengan
suara pelan (kalian masih ingat Yunho tertidur disitu kan?). Meskipun Minhyo
ingin sekali memekik girang saat dapat melihat sosok eommanya yang sudah sangat
dirindukan dua tahun
belakangan ini, namun apa daya, disitu ada Yunho yang sedang tertidur lelap.
“Minnie chagi. Bagaimana kabarmu
sayang? Kau baik-baik saja kan?” ucap Yeoja tadi girang sambil memeluk Minhyo
erat.
“Ne eomma. Aku baik-baik saja.
Bagaimana dengan eomma?” Tanya Minhyo masih sambil berpelukan.
“Seperti yang kau lihat. Eomma masih
seperti ini.” Jawab eomma Minhyo sambil menangkup wajah putrinya itu.
“Itu…siapa chagi?” Tanya eomma Minhyo sambil menunjuk seseorang –Yunho- yang
tertidur di kasur putrinya.
“Itu Yunho oppa eomma.” Jawab Minhyo.
“Jinjja? Aigoo~ Yunho sudah dewasa
ne. Dia menjadi sangat manly sekarang. Sangat berbeda sewaktu aku terakhir kali
bertemu denagannya.” Ucap eomma Minhyo sambil memandangi Yunho yang sedang terlelap.
“Tapi kebiasaannya tidak berubah sama
sekali eomma.” Ucap Minhyo sambil menarik eommmanya keluar supaya tidak
mengganggu Yunho.
“Jadi dia masih sering tertidur di
kamarmu chagi?” Tanya eomma Minhyo.
“Hampir setiap hari eomma.” Jawab
Minhyo. “Tapi Minnie senang eomma, karena Minnie jadi tidak kesepian.”
“Syukurlah kalau Yunho selalu
menjagamu. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“Apa yang tidak perlu dikhawatirkan?”
sahut seorang namja paruh baya, menghampiri pasangan ibu-anak tadi.
“Appa!!! Bogoshippo!” seru Minhyo
sambil menghambur memeluk ayahnya.
“Ne nado chagiya. Kau sudah besar
ne.” ucap appa Minhyo.
“Sudah pasti dong appa. Mana mungkin
aku kecil terus.” Jawab Minhyo.
“Tapi appa…eomma…kenapa tidak mengabariku dulu
kalau kalian akan pulang? Kalau appa dan eomma mengabari kan aku bisa masak
banyak untuk menyambut appa dan eomma.” Ucap Minhyo.
“Tidak perlu chagiya. Kami juga ingin
memberimu kejutan dengan pulang tiba-tiba.” Ucap appa Minhyo.
“Chagiya. Kami istirahat dulu ne?
Perjalanan Amerika-Korea sangat melelahkan.” Ucap eomma Minhyo. “Yeobo,
istirahatlah dulu. Kau pasti kelelahan.” Ucap eomma Minhyo pada suaminya aka
appa Minhyo.
“Ne. Chagiya, appa istirahat dulu ne?
Nanti sore kita berkumpul lagi. Ottae?” tawar appa Minhyo kepada Minhyo.
“Ne appa. Istirahatlah appa.” Ucap
Minhyo, lalu mencium pipi appa dan eomma-nya. “Eomma juga ne.”
“Ne chagiya.” Ucap orang tua Minhyo
bersamaan. Mereka lalu meninggalkan Minhyo.
Kruyuuuuk~ *anggap aja suara perut ne
^.^*
“Aish~ lapaaaarrr~” Minhyo segera
berlari kebawah untuk mencari makanan.
“Shijakeun dalkomhage, pyeongbeom
hage naege kkeullyo. Eonjena geuraettdeushi meonjeo mal eul geoleowa. Modeun
ganeungseong, yeoleodweo~ Eh siapa kau?” nyanyian Minhyo terhenti karena
melihat ada orang lain sedang mengusik(?) kulkas-nya.
“Eh?” orang tadi mendongak karena
mendengar ada seseorang yang sepertinya menyapanya.
“Kau! Siapa kau!” ucap Minhyo
berbahaya. Dia menatap namja yang berdiri di depannya.
“Kau maling kan? Iya kan?” Tanya
Minhyo.
“Bu…bukan~” ucap namja tadi.
“Alah! Kau maling! Dasar maling! Apa
yang kau lakukan disini HAH?! Mencuri makanan ya?! Ayo ngaku!!” teriak Minhyo
sambil memukuli namja tadi dengan sendok sayur yang entah sudah sejak kapan
berada ditangannya.
“Argh…Aduh….Aku bukan maling HEY!
Hentikan! Kau menyakitiku!” teriak namja tadi. Akhirnya terjadilah pertarungan sengit antara
Minhyo dengan namja tadi, sehingga menimbulkan kegaduhan.
“Minnie chagi ada ap~ Aigoo! Berhenti
memukulinya chagiya!” terriak eomma Minhyo. Dia langsung berlari untuk melerai
pertarungan(?) Minhyo dan Kris –namja tadi-.
“Hentikan Minnie-ya!” ucapan appa
Minhyo sukses menghentikan serangan yang diberikan Minhyo pada Kris.
“Hah…hah…appa dia maling…hah…appa.”
Ucap Minhyo dengan nafas terengah karena kelelahan memukuli namja asing yang
ada di dapurnya tadi.
“Aish Minnie chagi. Dia bukan maling.
Dia itu bawahan appa-mu. Namanya Kris.” Ucap eomma Minhyo.
“Mwo?! Bawahan appa?!” Tanya Minhyo
kaget. Mata bulatnya semakin bulat saat mendengar keterangan dari eomma-nya.
“Ne Minnie-ya. Dia adalah bawahan
appa di kantor. Namanya Kris. Dan Kris ini putriku Hwang Minhyo. Maafkan atas
ketidak sopanannya ne.” ucap appa Minhyo.
“Ah, gwaenchanayo Mr. Caiden.” Ucap
Kris dengan senyum yang masih melekat di bibirnya meskipun sudut bibirnya
berdarah akibat pukulan Minhyo tadi.
“Ah Kris-ssi, maafkan aku. Aku kira
kau tadi maling. Maafkan aku.” Ucap Minhyo menyesal sambil menunduk
beberapa kali.
“Ne gwaenchana. Kenalkan Kris
imnida.” Ucap Kris sambil mengulurkan tangannya, meminta berkenalan.
“Hwang Minhyo imnida.
Bangapseumnida.” Ucap Minhyo riang sambil menjabat tangan Kris.
“Minnie chagi, Kris akan tinggal
disini selama appa dan eomma ada disini. Kau harus memperlakukannya dengan baik
ne. Jangan seperti tadi.” Ucap eomma Minhyo mewanti-wanti putrinya.
“Ne eomma arraseo.” Jawab Minhyo
patuh.
“Ya sudah, kau obati luka Kris ne.
Appa dan eomma ingin istirahat dulu. Dan Kris, setelah ini kau istirahatlah,
kau pasti lelah.” Ucap Caiden (appa Minhyo).
“Ne appa (Mr. Ceiden).” Jawab Minhyo
dan Kris bersamaan. Caiden dan Sung Yeo (eomma Minhyo) berjalan meninggalkan
Kris dan Minhyo.
“Kris-ssi mari saya obati lukanya.”
Ucap Minhyo dengan bahasa formal.
“Kau tidak perlu seformal itu dengan
ku. Panggil saja aku gege.” Ucap Kris masih dengan senyumannya.
“Gege? Kau orang China?” Tanya
Minhyo.
“Ne, aku ketrunan China-Kanada.”
Jawab Kris.
“Ah pantas saja, sangat terlihat dari
wajahmu. Kajja gege, biar ku obati lukamu.” Ajak Minhyo. Kris hanya mengikuti
Minhyo dari belakang. Diam-diam dia mengulum senyum di belakang Minhyo. Oh saudara-saudara,
sepertinya uri Kris sudah jatuh cinta pada Minhyo.
“Duduklah dulu gege. Aku akan
mengambil kotak P3K dulu.” Uacp Minhyo.
“A-ah, ne.” jawab Kris lalu dia duduk
di kursi sofa yang ada di sana. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling
ruangan itu. ‘Sepertinya ini ruang keluarga.’ Batin Kris. Tak lama, Minhyo
sudah datang
dengan membawa kotak P3K dan sebaskom air.
“Aw! Perih!” pekik Kris saat handuk
yang sudah dibasahi Minhyo menempel pada luka di sudut bibirnya.
“Minhae Kris gege. Aku akan hati-hati.”
Minhyo memelankan usapannya. Dengan telaten dia mengobati luka di wajah Kris.
Sedangkan Kris masih betah memandangi wajah Minhyo yang berada sangat dekat
dengan wajahnya karena Minhyo memang sedang berkonsentrasi mengobati luka di
pelipis Kris.
“Min~ eh?” ucap seorang namja yang
diketahui bernama Yunho terpotong karena melihat adegan yang tidak umum. Minhyo
memegang wajah namja asing. Hey, seumur hidupnya dia tidak pernah melihat
Minhyo dekat dengan namja asing selain appa Minhyo sendiri, appa-nya, dan dia.
Selain itu sepertinya sama sekali tidak pernah.
“Yunho oppa. Kau sudah bangun?” sapa
Minhyo dengan masih tetap sibuk mengobati luka Kris. Yunho masih terdiam antara
shock dan marah. Eh marah? Entahlah Yunho sedikit merasakan amarah saat melihat
Minhyo dengan namja asing tadi.
“Nah selesai. Sudah tidak sakit kan
gege?” Tanya Minhyo sambil membereskan obat-obatan yang digunakan tadi.
“Ne, gomawo Minhyo-ya.” Ucap Kris.
“Hei Yunho oppa. Kenapa kau malah
berdiam diri disana? Kemarilah.” Ucap Minhyo. Yunho mendekat kerah Minhyo dan
merangkul pundak Minhyo.
“Dia siapa?” Tanya Yunho pada Minhyo.
“Kenalkan. Dia Kris gege, bawahan
appa di kantor. Dia datang bersama appa dan eomma dari Amerika. Dan Kris gege,
kenalkan ini Yunho oppa.” Ucap Minhyo menerangkan siapa Kris.
“Annyeonghaseyo Kris imnida.” Ucap
Kris memperkenalkan diri.
“Jung Yunho imnida.” Balas Yunho.
“Ah kau putra Mr. Jung Pil Gyo?
Pemegang perusahaan di Jepang bukan?” Tanya Kris sok akrab.
“Ne.”
“Ah aku juga pernah bertemu appa-mu.
Kau mirip beliau ne.” ucap Kris lagi.
“Jinjja? Kau pernah bertemu Pil Gyo
ahjussi, Kris gege? Dimana?” Tanya Minhyo.
“Ne, aku bertemu Mr. Pil Gyo ketika aku dan
Mr. Caiden mengadakan survey ke Jepang.” Jawab Kris dengan memasang senyum
kharismanya.
“Oh, jadi kau juga kenal Pil Gyo
ahjussi ne.” sahut Minhyo lagi. Merasa dia akan terabaikan Yunho lalu
mengeratkan rangkulannya pada Minhyo.
“Minnie-ya, aku lapar.” Rengk Yunho,
berusaha menglihkan perhatian Minhyo.
“Ne? Kau lapar oppa? Baiklah akan ku
buatkan makanan.” Ucap Minhyo lalu segera melesat kearah dapur. ‘Hehehe~ Minhyo
memang selalu mengutamakanku.’ Batin Yunho.
“Kau memiliki hubungan dengan
Minhyo?” Tanya Kris tiba-tiba, dan itu sukses membuat Yunho bingung. Ya Yunho
bingung. Memangnya dia punya hubungan apa dengan Minhyo? Pacar? Jelas bukan.
Kakak adik? Sudah jelas bukan juga. Lalu apa? Yunho hanya menggeleng menjawab
pertanyaan Kris.
“Hmm~ jadi kau tidak memiliki
hubungan apapun dengan Minhyo. Jadi kalian hanya dekat satu sama lain.” Ucap
Kris santai dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Lalu dia pergi
meninggalkan Yunho untuk menyusul Minhyo yang sedang berada di dapur. Yunho
hanya terdiam memikirkan kata-kata Kris. Tapi kemudian dia menggeleng.
“Sudahlah, apapun hubunganku dengan Minhyo, yang penting Minhyo selalu ada di
dekatku.” Ucap Yunho kemudian dia memustuskan untuk menyusul Minhyo.
“Taraaa~ silahkan makaan~” ucap
Minhyo riang sambil merentangkan tangan di samping meja makan yang sudah penuh
dengan makanan hasil masakan Minhyo.
“Woaa~ banyak sekali makanannya~”
ucap Yunho excited. Dia langsung mendudukkan dirinya di kursi meja makan itu.
“Silahkan Kris gege. Kita makan
bersama.” Ucap Minhyo mempersilahkan Kris duduk. Kris ikut mendudukkan dirinya
di dekat Yunho. Dan Minhyo duduk di depan mereka. Setelahnya, mereka bertiga
makan bersama-sama. Hah~ sepertinya mereka akan semakin akrab.
Skip time
Pagi hari sudah menyambut Seoul.
Matahari bersinar tidak terlalu terang, udara pun tetap terasa dingin sehingga
membuat Minhyo tetap bergumul di kasurnya.
‘Tok~ tok~ tok~’
“Permisi nona
muda…Joisonghamnida…bukankah nona muda harus berangkat kuliah hari ini?” Tanya
seorang maid sopan.
“Tunggu sebentar, ini masih terlalu
pagiiii~” rengek Minhyo lalu menarik selimutnya hingga menitupi seluruh tubuh.
“Hei Minhyo-ya cepat bangun atau kau
akan ku tinggal ha?” Tanya seorang namja dengan suara bass yang sangat Minhyo
kenal.
‘Suara itu seperti Yunho oppa.’ Batin
Minhyo masih dalam posisi tidurnya.
“Kau mau bangun tidak?” Tanya suara
bass itu makin dekat di telinganya. Minhyo yang merasa terganggu sekaligus
penasaran pun membuka selimutnya.
“O-o-opp-oppa~” ucap Minhyo tergagap.
Bagaimana tidak gugup? Sekarang posisi Yunho adalah mengungkung tubuh Minhyo diantara
kedua tangannya dan wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Minhyo.
Blush~ Wajah Minhyo merona hebat
bahkan hingga telinganya. Minhyo yang tersadar dari syoknya segera mendorong
Yunho menjauh.
“Ehem~ ehem~ a-aku…a-akan mandi
dulu…ne…mandi dulu…hehehe~” ucap Minhyo gugup sambil tertawa salah tingkah.
“N-Ne…akan kutunggu di bawah.” Jawab
Yunho dengan gugup pula. Eh? Gugup?
“Eomma…appa…aku berangkat dulu ne?!”
teriak Minhyo sambil terburu-buru menuruni tangga.
“Aigoo Minnie chagi. Tidak bisakah
kau bersikap lembut sedikit saja? Kau ini yeoja chagi.” Ucap Sung Yeo mengingatkan
putrinya.
“Ah eomma. Aku terburu-buru. Aku
berangkat ne.” ucap Minhyo terburu-buru sambil mencium pipi eomma dan appa-nya.
“Setidaknya sarapanlah dulu Minhyo.”
Ucap Caiden.
“Appa…aku makan dikantin saja ne.
Annnyeong.” Pamit Minhyo sambil berlari ke halaman depan. Tempat Yunho
menunggunya saat ini.
“Yun~ eh? Kris gege. Selamat pagi
gege.” Sapa Minhyo setelah sampai di samping Yunho yang sedang
berbicara dengan Kris.
“Ne. Selamat pagi Minhyo-ya. Kau
sudah akan berangkat?” Sapa Kris dengan senyum menawan yang selalu menempel di
bibirnya.
“Ne gege. Ah, Yunho oppa.
Palliwa…palli…palli…kita bisa terlambat! Di hari pertama aku tidak mau
terlambat!” ucap Minhyo panik.
“Ya…ya…ya…arraseo. Kami berangkat
dulu Kris-ssi.” Ucap Yunho.
“Kris gege! Kami berangkat ne! Pai
pai!” ucap Minhyo lalu segera memasuki mobil Yunho.
“Ah, ahjumeoni, ahjussi. Kami
berangkat ne.” pamit Yunho kepada appa dan eomma Minhyo yang ternyata mengikuti
Minhyo hingga pintu depan.
“Ne hati-hati Yunho-ya.” Jawab
Caiden.
@Seoul University
“Kajja.” Ajak Yunho setelah mereka
memasuki kawasan kampus. Mereka berjalan beriringan dengan Yunho yang memegang
tangan Minhyo. Sepanjang perjalanan menuju kelas banyak mahasiswa yang melihat
kearah mereka dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang memandang mereka
dengan pandangan tidak suka, ada yang memandang takjub, dan ada pula yang
memandang iri pada Minhyo.
“Oppa. Kenapa mereka memandangku
seperti itu?” Tanya Minhyo akhirnya. Dia sudah jengah dipandangi seperti itu.
“Ck~ sudah jangan hiraukan mereka. Kajja
ku antar masuk kelas.”
“Yunho!” teriak seorang yeoja dari
belakang YunMin (Yunho-Minhyo). Yeoja itu segera berlari menghampiri yunho.
“Ahra-ya. Kau sudah datang?” Tanya Yunho sambil
tersenyum kearah Ahra. Minhyo? Oh tahukah? Sekarang wajahnya sudah mengeras,
mata bulatnya semakin membulat sembari melihat yeoja yang dipanggil Ahra tadi
dari atas kebawah kemudian kembali keatas lagi. Merasa diperhatikan, Ahra
menyapa Minhyo.
“Hai...kau siapa?” tanyanya.
“Ah Ahra-ya. Kenalkan ini Hwang Min Hyo.
Putri keluarga Hwang.” Jawab Yunho memperkenalkan Minhyo pada Ahra. “Dan
Minhyo-ya, kenalkan dia adalah Go Ahra.” Lanjut Yunho.
“Annyeonghaseyo.” Sapa Minhyo dengan
senyuman yang amat sangat dipaksakan sekali.
Minhyo POV
Aih~ siapa yeoja ini? Beraninya dia bergelayutan
di lengan Yunho oppa. Dan apa itu? Yunho oppa tersenyum dengan sangat manis
kepada yeoja itu? Aish~
Eih~ penampilan yeoja ini. Apa dia tidak
mampu membeli baju yang sedikit tertutup? Kenapa memakai baju yang sudah hampir
tidak muat seperti itu? Menjijikkan.
“Hai...kau siapa?” sapanya padaku. Iuh~
sok manis sekali.
“Ah Ahra-ya. Kenalkan ini Hwang Min
Hyo~” ah...oppa katakan bahwa aku yeojachingumu...palli...
“Dia putri keluarga Hwang.” What?! Hanya
itu?! Eh? Memangnya aku ini siapanya Yunho oppa? Aku kan memang bukan
yeojachingunya.
“Dan Minhyo-ya, kenalkan dia adalah Go
Ahra.”
“Annyeonghaseyo.” Sapaku dengan malas.
Aih~ demi seluruh sanak saudaraku! Aku malas bersikap manis pada yeoja ini.
“Minhyo-ya, kelasmu ada di ujung koridor
ini. Kau bisa kekelas sendiri kan? Aku juga akan kekelas.” Ucap Yunho oppa.
Apa?! Sendiri?! Aku mengangguk mengiyakan ucapan Yunho oppa. Ini dia
kelemahanku, aku tidak bisa menolak kata-kata Yunho oppa. Lagi pula, mungkin
kelas Yunho oppa akan mulai sebentar lagi. Aku tidak boleh berpikiran buruk,
tidak boleh. Akhirnya dengan sangat tidak rela aku meninggalkan Yunho oppa dan
menuju kelasku.
“Huft~” aku menghembuskan nafas panjang.
Sekarang disinilah aku, terdampar di kantin kampus setelah mengikuti pelajaran
yang terasa sangat mengerikan karena dosen yang terlalu killer. Hari terasa
semakin berat saja, apalagi aku sendirian disini. Ya! Sendirian! Menyebalkan
bukan? Hah~ bukannya aku tidak memiliki teman disini, sebenarnya dikelas tadi
banyak anak-anak ramah sehingga aku mudah mendapatkan teman namun mereka
rata-rata memiliki urusan sendiri-sendiri.
Minhyo POV End
“Minhyo!” panggil seorang yeoja dari
pintu masuk kantin. Minhyo yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh
kearah sumber teriakan. Terlihat seorang yeoja tengah berlari kearahnya.
“Nira eonni, waeyo?” tanya Minhyo
setelah yeoja yang memanggilnya tadi duduk.
“Anieyo. Aku juga hanya ingin makan.”
Jawab yeoja itu –Nira-. Setelah itu tidak ada percakapan sama sekali. Itu bisa
dimaklumi karena Nira dan Minhyo baru berkenalan pagi ini. Nira adalah kakak
tingkat Minhyo yang kebetulan bertemu saat Minhyo menuju kelasnya.
“Minhyo, aku ingin bertanya sesuatu
padamu.” Ucap Nira hati-hati. Minhyo menghentikan acara makannya, dia mendongakkan
wajahnya menatap Nira. “Ah ne eonni, silahkan.” Jawab Minhyo sambil tersenyum.
“Kau...memiliki hubungan apa dengan
Yunho oppa?” tanya Nira tiba-tiba. “Ah, maksudku apa kau dekat dengan Yunho
oppa? Kudengar kau berangkat bersama Yunho oppa tadi pagi. Kenapa bisa?”
Minhyo yang mendengar pertanyaan Nira
hanya terdiam membeku. ‘Darimana Nira eonni mengetahuinya? Dia bilang dia
mendengar kan? Apa memang semua orang membicarakan kedatanganku dan Yunho oppa
tadi pagi?’ batin Minhyo.
“Minhyo...gwaenchana? Eum, mian jika aku
terlalu ikut campur.” Ucap Nira tidak enak pada Minhyo.
“Ah...gwaencaha eonni.” Jawab Minhyo
setelah dia tersadar dari lamunannya. “Aku dan Yunho oppa memang sudah bersama
sejak masih bayi.” Lanjut Minhyo. Nira hanya mengerutkan keningnya tanda dia
tidak mengerti.
“Ah begini eonni...appa-ku dan appa
Yunho oppa itu bersahabat sangat dekat. Appa kami memutuskan untuk selalu
tinggal bersama, dan akhirnya kami tinggal bersebelahan.” Jelas Minhyo karena
dia melihat raut bingung di wajah Nira. “Appa Yunho oppa juga memilih membantu
menjalankan perusahaan appa dengan mengepalai perusahaan appa yang ada di
Jepang. Eum~ apa kau mengerti eonni?” tanya Minhyo setelah menghentikan
penjelasannya.
“Kau...sudah bersama Yunho oppa sejak
kecil?” tanya Nira memastikan.
“Ne. Rumah kami bersebelahan.” Jawab
Minhyo apa adanya.
“Appa-mu dan appa Yunho oppa berteman?”
tanya Nira lagi.
“Ne.”
“Apa benar appa-mu adalah Caiden Hwang?”
tanya Nira lagi.
“Ne. Kenapa kau bisa tahu eonni?” tanya
Minhyo.
“Aish~ siapa yang tidak akan tahu. Kau
menjelaskannya dengan sangat jelas. Appa-mu dan appa Yunho oppa berteman. Appa
Yunho oppa membantu appa-mu dengan memimpin perusahaan yang ada di Jepang.
Perusahaan yang dipegang appa Yunho oppa adalah cabang terbesar HG Corp.
Sedangkan perusahaan induknya ada di Amerika dan Presdirnya adalah Tuan Caiden
Hwang. Berarti kau adalah putri Caiden Hwang bukan? Dan lagi HG Corp itu sangat
terkenal, tidak ada seorangpun yang tidak mengenal perusahaan itu Minhyo.” ucap
Nira menjelaskan semuanya.
“Hahaha...kau menebaknya 100% benar eonni.
Daebak!” puji Minhyo. “Ah ya eonni, ada yang ingin ku tanyakan juga padamu.”
“Ne?”
“Sebenarnya siapa Yunho oppa itu? Kenapa
tadi pagi sewaktu berangkat, kami dpandangi begitu banyak orang? Bahkan sampai
sekarang aku pun masih dipandangi oleh beberapa orang.” Tanya Minhyo setengah
berbisik. Nira langsung memperhatikan sekelilingnya dan memang benar sabagian
orang sedang memandang kearah meja mereka.
“Wah..kau jadi terkenal hanya dalam
waktu satu hari Minhyo. Kau tahu, Yunho oppa itu seorang pangeran sekolah.
Banyak yeoja yang mengejar-ngejarnya. Hampir semua yeoja di kampus ini takluk
pada Yunho.” Ucap Nira.
“Jangan-jangan kau juga menyukai Yunho
oppa Nira eonni?” tuduh Minhyo.
“Mwo?! Anieyo! Aku sama sudah punya
namja chingu arraseo?”
“Jinjja? Nuguji?” tanya Minhyo
penasaran.
“Aish~ kenapa kau bertanya tentang itu
sih?” ucap Nira dengan wajah memerah.
“Aaaaa~ siapa eonni? Siapa eoh?” Minhyo
makin semangat menggoda eonni-nya ini.
“Eih...namanya Nam Wohyun. Sudah cukup jangan
bahas dia lagi.” Ucap Nira sambil menahan malu. “Tapi, hampir semua yeoja tidak
berani mendekati Yunho. Kecuali satu orang...”
“Kyaaa~ Yunho oppa datang. Yunho oppa
datang.” Teriak seorang yeoja histeris hingga menghentikan pembicaraan Minhyo
dan Nira.
“Apa dia datang sendirian?” tanya
seorang yeoja lain tak kalah heboh.
“Anni, dia datang bersama Ahra eonni.”
Ucap yeoja lainnya lagi. Setelah itu terdengar desahan kecewa dari seluruh
yeoja yang ada di kantin itu.
“Kau lihatkan betapa antusiasnya
mereka?”
Tap~ Tap~ Tap~
Bagaikan slow motion, Yunho memasuki
kantin itu. Jika ini dunia komik mungkin dibelakang Yunho sekarang sudah ada bunga-bunga
bertaburan dan cahaya menyilaukan.
Minhyo memasang senyum paling indah
untuk menyapa Yunho. Namun belum sempat menyapa, senyumnya lenyap seketika.
“Yeoja itu.” Desis Minhyo. “Eonni, sebenarnya siapa yeoja itu?” tannya Minhyo
kepada Nira.
“Dia? Ah dia adalah satu-satunya yeoja
yang berani mendekati Yunho oppa. Namanya Go Ahra.” Jawab Nira.
“Bukan itu maksudku. Siapa sebenarnya
Ahra itu?” tanya Minhyo tajam. Nira bisa merasakan bahwa disekelilingnya sudah
terdapat aura-aura mengerikan.
“Dia...dia putri pemilik Go Shop. Kau
tahu Go Shop kan? Maka dari itu tidak ada yang berani melawannya.” Jawab Nira.
“Ne, arraseo.” Jawab Minhyo. Dia segera
meminum jus yang dipesannya tadi dan pergi meninggalkan kantin. “Eonni aku
permisi.”
Minhyo berjalan kearah pintu kantin
dengan tatapan mata yng sangat tajam. Yunho yang melihat Minhyo segera
tersenyum kearah Minhyo, namun Minhyo sama sekali tidak merespon senyuman Yunho
dan malah melewatinya tanpa menyapa.
“Ahra-ya, kau duduklah dan pesanlah
makanan dulu. Aku ada urusan sebentar.” Ucap Yunho pada Ahra.
“Ne Yunnie. Jangan lama-lama.” Jawab
Ahra sambil mencium pipi Yunho lalu dia menuju salah satu meja kosong untuk
mmesan makanan. Yunho segera berjalan keluar kantin.
“Minhyo-ya...Minhyo-ya...chankka...hey!”
teriak Yunho memanggil Minhyo yang entah sengaja atau tidak malah
mengacuhkannya dan terus berjalan. “Minhyo-ya chankkaman.” Yunho menahan tangan
Minhyo.
“Wae guraeni? Kenapa kau mengacuhkan
teriakanku eoh?” tanya Yunho.
“Kau memanggilku?” tanya Minhyo balik
dengan nada sinis.
“Aish~ sudah jelas aku memanggilmu kan
tadi. Kenapa kau begini? Sepertinya kau marah?” tanya Yunho lagi.
“Nan gwaenchana.” Jawab Minhyo singkat
masih tetap memakai nada dingin.
“Ah baiklah. Kau...nanti sore ada acara
tidak?” tanya Yunho lagi.
“Anni. Wae?”
“Geurom. Maukah kau menemaniku
jalan-jalan sore nanti?” tanya Yunho. Minhyo membelalak tak percaya. ‘Akankah
ini ajakan kencan?’ batin Minhyo dalam hati. Di pipinya sudah muncul
semburat-semburat merah muda. Rasa marahnya? Entah menguap kemana tadi.
“Ehem...bukankah kau bisa mengajak yeoja
yang bersamamu tadi?” tanya Minhyo kembali dingin. Dia sudah memperbaiki
ekspresinya menjadi sedingin mungkin setelah untuk sesaat mengulum senyum.
“Ahra maksudmu? Anni...aku tidak bisa.
Apa aku tidak mau?” tanya Yunho lagi. “Aku harap kau mau menemaniku, karna
selain jalan-jalan aku juga akan menjemput Jihye di airport.” Ucap Yunho
kemudian.
“Jihye? Jung Jihye? Dia pulang dari
Jepang oppa?!” tanya Minhyo excited.
“Ne. Dan aku akan menjemputnya. Kau ikut
kan?”
“Ne. Aku ikut. Yey! Jihye pulang...Jihye
pulang!” jerit Minhyo girang. Tanpa sadar dia memeluk Yunho saking girangnya.
“Kau sudah tidak marah lagi?” tanya Yunho yang sukses menghentikan acara
‘memeluk’ Minhyo. ‘Aduuuh...paboya Minhyo. Kenapa kau bisa kelepasan?’ rutuk
Minhyo dalam hati.
“Ehem...tidak. Permisi oppa, aku ada
kelas.” pamit Minho. Dia segera pergi meninggalkan tempat itu sambil merutuki
kebodohannya.
Sore itu...
“Jihye! Jung Jihye!” teriak Minhyo
setelah melihat sosok adik Yunho baru saja keluar dari pintu kedatangan.
“Minhyo! Kau ikut menjemput?
Bogoshippo!” ucap Jihye sambil memeluk Minhyo.
“Nado.”
“Kau tidak merindukan oppa-mu sendiri
Jihye-ya?” tanya Yunho dengan nada marah yang dibuat-buat.
“Aigoo~ nae oppa marah ne? Bogoshippo
oppa...Neomu bogoshippoyo.” Ucap Jihye sambil memeluk kakaknya. Ya, Jihye
adalah adik kandung Yunho.
“Ah~ bagaimana kalau setelah ini kita
jalan-jalan? Kau tidak keberatan kan Jihye-ya?” tanya Yunho.
“Sepertinya itu saran yang bagus. Mari
kita jalan-jalan!” seru Jihye semangat. Minhyo dan Yunho tertawa bersama.
“Jihye...Jihye...cobalah hoodie ini.
Pasti akan sangat imut jika kau pakai.” Ucap Minhyo girang sambil menenteng
sebiah hoodie bergambar beruang besar dan di bagian kerudungnya berbentuk
telinga.
“Aigoo~ yeppeo...Yunnie oppa, boleh aku
mengambil yang ini?” tanya Jihye.
“Gurae. Kita akan membeli itu. Minhyo-ya,
kau juga pilihlah satu.” Ucap Yunho.
“Ah! Biar aku yang memilihkan untuk
Minhyo.” Tawar Jihye. Tanpa menunggu jawaban dari Minhyo, dia langsung berlari
mencari-cari baju untuk Minhyo.
“Minhyo...Minhyo...aku menemukan sesuatu
yang cocok untukmu.” Ucap Jihye girang sambil menunjukkan sepasang jaket
couple.
“Eh? Couple? Kenapa couple?” tanya
Minhyo bingung.
“Ne. Ini untukmu.” Ucap Jihye sambil
menyerahkan jaket berwarna putih yang berukuran lebih kecil yang dibawanya
kepada Minhyo. “Dan ini untuk Yunnie oppa. Ottae? Cantik kan?” tanya Jihye
semangat.
“Tapi kenapa harus couple suit Jihye.
Aku...”
“Minhyo. Kau tidak suka dengan
pilihanku? Hiks...seleraku memang buruk. Mianhae, aku akan mengembalikannya.”
Ucap Jihye sambil sedikit terisak.
“Anieyo. Ini cantik. Kami akan
memakainya. Benarkan Minhyo-ya?”
“N-Ne. Kau tak perlu mengembalikannya
Jihye. Aku akan memakainya.”
“Jijja?! Yeey! Ingat tidak ada penolakan
ne.” Ucap Jihye kembali girang seperti sebelumnya. ‘Ei? Cepat sekali berubah
mood.’ Batin yunho dan Minhyo bersamaan.
“Hahaha...hari ini menyenangkan ne?”
tanya Yunho dengan tawa yang masih melekat pada dirinya.
“Ne. Hari ini sangat menyenangkan.
Akhirnya aku bisa kembali ke Korea dan disambut seperti ini. Aku bahagia
sekali.” Ucap Jihye.
“Eum. Kau terlihat senang sekali Jihye.
Sampai-sampai senyuman tak lepas dari bibirmu.” Tambah Minhyo.
“Ne Minhyo...eit, chankaman. Kajja.”
Ucap Jihye tiba-tiba berhenti dan menarik Yunho serta Minhyo untuk memasuki
sebuah toko perhiasan.
“Ige...neomu yeppunde. Aigoo~” ucap
Jihye mengagumi sebuah cincin dengan satu permata berwarna biru.
“Kau mau?” tanya Yunho. Jihye mengangguk
antusias. “Agassi, tolong bungkuskan cincin ini.” Ucap Yunho kepada waiters di
toko itu. Sementara Jihye melihat-lihat, Yunho menghampiri Minhyo yang tengah
asik menatap kalung disana.
“Yeppunde...jeongmal.” ucap Minhyo pelan
namun masih bisa didengar Yunho.
“Minhyo-ya, jika ada yang memberikanmu
kalung seperti itu apa kau suka?” tanya Yunho tiba-tiba.
“Mwo? Tentu saja aku akan sangat senang.
Kalung ini sangat spesial kau tau. Lihatlah cincin yang digunakan sebagai
bandul kalung itu. Cincin itu ada dua, tapi melekat erat. Cantik dan sarat
makna.” Jawab Minhyo tetap intens menatap kalung itu.
“Minhyo, maukah kau menemaniku ke toilet
sebentar. Sebentar saja ne.” Ajak Jihye pada Minhyo.
“Ne. Kajja.” Minhyo dan
Jihye pun meninggalkan Yunho untuk ke toilet sebentar. Yunho kembali menatap
kalung tadi. “Agassi, tolong bungkus juga kalung ini.” Ucap Yunho kepada sang
waiters.
“Ne.” Jawab waiters itu.
“Minhyo-ya, istirahatlah yang baik ne.
Kau pasti lelah hari ini.” Pesan Yunho pada Minhyo setelah mereka sampai
dirumah masing-masing. Saat ini mereka bercakap-cakap di beranda kamar
masing-masing.
“Ne oppa. Kau juga, istirahatlah yang
baik.”
“Minhyo. Gomawo ne sudah menemaniku
jalan-jalan hari ini.” Ucap Jihye sambil menggapai tangan Minhyo. “Kau harus
istirahat yang cukup. Supaya besok kita bisa jalan-jalan lagi.”
“Jihye!” Yunho memperingatkan pada
Jihye.
“Ah gwaenchana Yunho oppa. Ne, Jihye
besok kita bisa jalan-jalan lagi. Jalljayo.”
“Jalljayo Minhyo. Tutup pintu balkonmu
rapat-rapat ne. Supaya angin musim dingin tidak masuk.” Teriak Jihye dari
balkon kamar Yunho.
“Ne arraseo.” Jawab Minhyo dari balkon
kamarnya.
Next Morning~
“Minnie chagi, eomma dengar Jihye sudah
pulang dari Jepang. Apa itu benar?” tanya Sung Yeo saat mereka sedang makan
bersama.
“Ne eomma. Kemarin Jihye datang.” Jawab
Minhyo.
“Aigoo~ kenapa kau tidak memberitahu
kami uem?” tanya Sung Yeo lagi.
“Ah mianhaeyo. Kemarin kami terlalu asik
jalan-jalan sehingga aku lupa mengabari eomma bahwa Jihye pulang dari Jepang.
Lagi pula sewaktu aku sampai dirumah, kalian semua sudah tidur. Jadi aku tidak
berani mengganggu. Mianhaeyo eomma.”
“Gwaenchana. Yeobo, jangan marahi Minhyo
seperti itu. Kita masih bisa menemui Jihye dirumahnya kan.” Ucap Caiden segera,
karena dia tahu Sung Yeo akan marah sebentar lagi. “Ah Minhyo, sepertinya hari
ini kau tidak berangkat dengan Yunho ne?” tanya Caiden kemudian.
“Ne appa. Yunho oppa mendapat kelas pagi
hari ini, dan aku baru mulai ada kelas pukul 8.” Jawab Minyo.
“Kalau begitu kau diantar Kris saja ne?”
“Eh? Oh, anieyo appa. Aku akan membawa
mobil sendiri. Lagipula hari ini aku akan pulang sedikit siang, sekitar jam 3
jadi sepertinya Kris gege belum pulang dari kantor bukan?” ucap Minhyo.
“Oh, benar juga. Jam 3 nanti kita ada
meeting bukan Kris?”
“Ne Sajangnim.” Jawab Kris.
“Ya sudah nanti hati-hati ne chagi.”
Ucap Sung Yeo.
“Ne eomma. Ah, aku selesai eomma, aku
berangkat dulu ne. Anyyeong appa, eomma, Kris gege.”
“Ne annyeong Minnie chagi (Minhyo-ya).”
Ucap Sung Yeo, Caiden, dan Kris serempak.
Sebuah mobil Lamborghini Murchielago
hitam memasuki halaman kampus. Hampir semua yeoja yang ada di sana langsung
memperhatikan mobil itu. Tak lama, seorang namja keluar dari mobil itu,
menimbulkan bebrapa pekikan dari yeoja-yeoja yang ada di halaman parkir itu.
Namun pekikan mereka terhenti ketika melihat sang namja membukakan pintu
mobilnya yang lain dan turun seorang yeoja. Siapa lagi mereka jika bukan Yunho
dan Ahra. Yunho berjalan dengan gagahnya dan selalu menebar senyumnya hingga
membuat yeoja-yeoja mimisan dibuatnya. Dan Ahra berjalan dengan anggunnya
sambil menggandeng tangan Yunho protektif. Dia juga menebar senyum menawannya
yang membuat para namja terpaksa harus menelan kekecewaan karena merasa tidak
mampu menyaingi Jung Yunho. Ah pasangan yang serasi.
Mereka berdua berjalan menuju kantin
sekolah yang kebetulan masih sepi. Karena kebetulan mahasiswa tingkat 1-2 masuk
sedikit siang, sedangkan Yunho dan Ahra yang notabene mahasiswa tingkat 3 ada
kelas pagi ini.
“Ahra-ya. Apa kau ingin makan?” tanya
Yunho setelah mereka duduk di salah satu meja yang kebetulan letaknya tepat
ditengah ruangan kantin.
“Anieyo Yun. Aku sudah sarapan, jadi aku
masih kenyang. Lagi pula aku harus menjaga berat badanku.” Jawab Ahra.
“Ah ya sudah kalau begitu. Kita pesan
minuman saja, kebetulan aku juga sudah sarapan.” Ucap Yunho lalu dia beranjak
memesan minuman. “Ini minuman untukmu.” Yunho menyodorkan jus tomat kepada
Ahra.
“Gomawo Yun.”
“Eum, Ahra-ya. Apa kau tahu tujuanku
membawamu kemari?” tanya Yunho.
“Anni. Memang kenapa Yun?”
“Aku...ehem..bisakah kau pejamkan matamu
sebntar saja?” tanya Yunho lagi. Ahra menatap Yunho bingung, namun dia segera
menutup matanya. Setelah Ahra menutup matanya, Yunho tampak mengambil sesuatu
dari saku jaket yang dipakainya.
“Kau bisa membuka matamu Ahra-ya.” Ahra
lalu membuka matanya. Tiba-tiba mata Ahra membulat tak percaya.
“Ini...apa Yun?” tanya Ahra dengan suara
tercekat.
“Maukah...kau menjadi~”
TBC
***
Yeah....gamsahamnida yang sudah sempatin
baca.
Bagaimana FFnya? Jelek yah?
Huks...huks...mian...namanya juga khayalan author abal. Yang penting khayalan
bisa diwujudkan dalam cerita ini. Hehehe~
Jika berkenan tinggalkan review please^^
Gamsahamnida ^^