Efek Salju

Kamis, 15 November 2012

THIS ETERNAL WINTER


THIS ETERNAL WINTER
Author             : Hwang Minhyo a.k.a Emily Hwang a.k.a Meilysa



Main cast        : Hwang Minhyo (yeoja. 21 tahun), Jung Yunho (namja. 23 tahun).

Other cast      
  • Hwang Sung Yeo (yeoja. 41 tahun)
  • Caiden Hwang (namja. 43 tahun)
  • Kris (namja. 25 tahun)
  • Park Nira (yeoja. 22 tahun
  • Go Ahra (yeoja. 23 tahun).

Disclaimer       : Saya hanya meminjam nama dalam FF ini. Mereka milik keluarga mereka sendiri. Tapi FF ini murni milik saya :D

Rated               : T

Genre              : Romance, Angst

Warning          : Bahasa tidak baku, typo bertebaran, author abal, OC.

FF ini boleh dibaca siapa saja. Tapiiiii~ bagi yang tidak suka, tidak usah baca. Daripada di akhir nanti malah ngebash atau apapun sejenisnya.

Anda bisa berimajinasi semau anda...membayangkan pemain yang ada di FF ini sebagai diri anda? Itu juga diperbolehkan :D

Silahkan baca :D

***
Angin musim dingin berhembus lembut memainkan helaian rambut yeoja yang sedang duduk melamun di beranda kamarnya itu. Dia menatap intens kearah danau yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Danau buatan milik tetangga sebelah sebenarnya, kebetulan danau itu ada di sebelah barat sehingga berhadapan langsung dengan matahari terbenam. Yeoja itu menghembuskan nafasnya kasar. Dia mengacak rambutnya kesal.

“Ish~ kenapa musim dingin tidak segera berakhir sih? Menyebalkan! Harusnya aku bisa melihat sunset dari sini.” ucap yeoja itu sambil menghentak-hentakkan kakinya. “Aku benci musim dingin.” Ucapnya lagi sambil mengembungkan pipinya.

Krieet~

Yeoja itu menoleh mendengar suara pintu terbuka. Yeoja itu mendapati seorang namja -dengan wajah tampan, bibir bentuk hati, tubuh tegap, kulit tan, dan perut dengan otot yang terbentuk sempurna- sedang berdiri di beranda kamar di seberang kamarnya sambil menenteng baju di tangan kanannya. Yeoja tadi segera memalingkan wajahya untuk menutupi rona merah di pipinya yang semakin menjadi setelah menyadari namja tadi topless. Dia kembali menghadap kearah danau.

“Hua~ udaranya segar sekali.” Ucap namja tadi sambil merentangkan kedua tangannya. “Kau sedang apa Minhyo-ya?” Tanya namja tadi kepada Minhyo -si yeoja-.

“Tidak sedang melakukan apapun.” Jawab Minhyo tanpa menatap namja yang menanyainya tadi.
“Aku akan ke sana.” Ucap namja tadi lalu bersiap memanjat pagar beranda kamarnya untuk meloncat ke beranda kamar Minhyo.

“Stop! Berhenti disitu!” teriak Minhyo -masih tanpa melihat- menghentikan pergerakan namja tadi.
“Wae?” Tanya namja tadi.

“Pakai baju dulu sebelum kau ke wilayah kamarku.” Jawab Minhyo.

“Memangnya kenapa?” Tanya namja itu lagi.

“Kalau tidak mau memakai baju ya sudah tidak usah kesini.” Ucap Minhyo tegas.

“Ish~ ne…ne…aku sudah memakai baju. Sekarang aku kesitu ya?” Tanya namja tadi setelah memakai baju.

Minhyo menoleh kearah namja tadi untuk memastikan bahwa namja tadi benar-benar sudah memakai baju. Setelah Minhyo memastikannya barulah Minhyo mengangguk untuk meng-iya-kan pertanyaan namja tadi.

Hup~

Dalam sekali loncatan namja tadi sudah berdiri dihadapan Minhyo. Namja tadi tersenyum lebar mendapati Minhyo dihadapannya sambil memasang muka masam. Dia tahu bahwa Minhyo sangat membenci musim dingin.

“Wae? Jangan cemberut begitu dong~” ucap Namja tadi gemas sambil menarik-narik pipi Minhyo.

“Ya! Lepaskan Yunho oppa ini sakiiiiit~” rintih Minhyo sambil memukul-mukul lengan Yunho -namja tadi- supaya menyingkir dari pipinya yang sudah sangat sakit.

“Ahehehe~ mianhae.” Yunho menunjukkan cengirannya untuk minta maaf pada Minhyo. Minhyo yang memang tidak bisa marah pada Yunho hanya bisa menghembuskan nafasnya kesal.

“Kenapa kau hanya berdiam diri di kamar?” Tanya Yunho, lalu dia mendudukkan diri di kursi santai yang ada di beranda kamar Minhyo.

“Memangnya siapa yang sudi keluyuran keluar dalam cuaca yang sedingin ini oppa?” ucap Minhyo sambil memutar matanya malas.

“Aku. Aku baru saja pulang dari kampus.” Jawab Yunho.

“Itu karena kau kurang kerjaan oppa. Di cuaca sedingin ini kau masih juga pulang sore demi mengikuti ekstra di kampus, dan lagi tadi kau keluar kamar tanpa memakai baju. Sepertinya kau sudah tidak normal oppa.” Ucap Minhyo sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya, mengambil 2 cangkir kopi panas dari mesin pembuat kopi otomatis yang ada di kamarnya. Dia kembali ke beranda dan menyerahkan secangkir kopi pada Yunho lalu dia duduk di kursi di sebelah Yunho, hanya saja mereka terhalang sebuah meja kecil diantara mereka.

“Hmm~ enak.” Komentar Yunho setelah menyesap sedikit kopi buatan Minhyo. “Gula yang kau tambahkan pas.” Puji Yunho. Ya, dia memang tahu bahwa Minhyo itu sudah hafal dengan seleranya dan sifatnya, maka dari itu Yunho selalu nyaman berada di dekat Minhyo.

“Oh ya, mulai sekarang kau harus suka musim dingin. Kau tahu musim dingin itu indah. Kau bisa melihat salju yang sangat putih dimanapun kau berada. Kau bisa merasakan hawa segar jika musim dingin. Dan yang paling penting musim dingin itu menandai datangnya tahun baru.” Ucap Yunho sambil sesekali menyesap kopi panas yang ada ditangannya.

“Aku lebih suka musim semi. Karena aku lahir di musim semi, maka aku suka musim semi. Dan lagi di musim semi banyak bunga yang bermekaran dan yang pasti aku bisa melihat sunset.” Ucap Minhyo mantap.

“Terserah padamu kalau begitu.” Ucap Yunho sambil meletakkan kopinya diatas meja lalu dia menatap Minhyo lekat-lekat. “Kau…bukankah besok adalah hari pertamamu kuliah?” Tanya Yunho.

“Euumm~” gumam Minhyo sambil mengangguk-angguk imut. Lalu dia memalingkan wajahnya kearah Yunho sambil memiringkan kepala. “Waeyo oppa?” Tanya Minhyo.

“Anieyo.” Jawab Yunho sambil mengacak rambut Minhyo lalu beranjak dari duduknya dan berjalan memasuki kamar Minhyo. Yunho merebahkan tubuhnya di kasur Queen Size mulik Minhyo. Sedangkan Minhyo hanya mengikuti Yunho dari belakang dan mendudukkan tubuhnya di sofa yang terletak di samping kasurnya. Dia mengambil komik dan mulai membacanya.

“Bagaimana kalau besok kau berangkat bersama denganku?” Tanya Yunho masih dalam posisi berbaringnya, dia hanya menolehkan kepalanya kearah Minhyo.

Minhyo menurunkan komik yang tadi dibacanya. “Memang boleh oppa?” Tanya Minhyo.

“Boleh saja. Tidak ada yang melarang kok.” Jawab Yunho sambil tersenyum.

“Eum ne kalau begitu. Besok aku berangkat bersamamu.” Jawab Minhyo sambil membalas senyuman Yunho.

Yunhopun hanya tersenyum simpul dan kembali menatap langit-langit kamar Minhyo. Tak lama kemudian suasana hening pun menyelimuti kamar Minhyo, hanya suara detak jam yang terdengar. Minhyo yang sudah mulai bosan membaca komik pun memutuskan untuk mencari makanan di bawah. Pasalnya sejak tadi siang dia belum makan sama sekali. Tapi sebelum turun dia berniat mengajak Yunho untuk makan bersama.

Minhyo mendekat kearah Yunho yang sedang terlentang diatas kasurnya sambil memejamkan mata. Takut-takut Minhyo mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah Yunho, memastikan Yunho tertidur atau belum. Karena tidak ada reaksi, maka Minhyo menyimpulkan bahwa Yunho sudah tertidur. Minhyo menutup pintu beranda kamarnya dan bergerak menyelimuti tubuh Yunho. Dia tidak ingin Yunho sakit karena suhu yang terlalu dingin.

“Dasar Jung Yunho. Kebiasaanmu tidak berubah sama sekali.” Ucap Minhyo dengan setengah berbisik, takut membangunkan Yunho. Sebelum benar-benar keluar kamarnya, Minhyo sempat mencium kening Yunho dan menghasilkan sebuah geliatan kecil dari Yunho yang sepertinya memang sudah tertidur pulas.

Tok~ tok~ tok~

“Permisi nona muda. Nona besar ingin bertemu anda.” Ucap seorang yeoja dengan pakaian maid kepada Minhyo. Belum sempat Minhyo menjawab, seorang yeoja paruh baya sudah merangsek masuk kedalam kamar Minhyo sambil memamerkan senyumnya yang masih tetap manis meski umurnya sudah terbilang tidak muda lagi.

“Eomma.” Ucap Minhyo masih dengan suara pelan (kalian masih ingat Yunho tertidur disitu kan?). Meskipun Minhyo ingin sekali memekik girang saat dapat melihat sosok eommanya yang sudah sangat dirindukan dua tahun belakangan ini, namun apa daya, disitu ada Yunho yang sedang tertidur lelap.

“Minnie chagi. Bagaimana kabarmu sayang? Kau baik-baik saja kan?” ucap Yeoja tadi girang sambil memeluk Minhyo erat.

“Ne eomma. Aku baik-baik saja. Bagaimana dengan eomma?” Tanya Minhyo masih sambil berpelukan.

“Seperti yang kau lihat. Eomma masih seperti ini.” Jawab eomma Minhyo sambil menangkup wajah putrinya itu. “Itu…siapa chagi?” Tanya eomma Minhyo sambil menunjuk seseorang –Yunho- yang tertidur di kasur putrinya.

“Itu Yunho oppa eomma.” Jawab Minhyo.

“Jinjja? Aigoo~ Yunho sudah dewasa ne. Dia menjadi sangat manly sekarang. Sangat berbeda sewaktu aku terakhir kali bertemu denagannya.” Ucap eomma Minhyo sambil memandangi Yunho yang sedang terlelap.

“Tapi kebiasaannya tidak berubah sama sekali eomma.” Ucap Minhyo sambil menarik eommmanya keluar supaya tidak mengganggu Yunho.

“Jadi dia masih sering tertidur di kamarmu chagi?” Tanya eomma Minhyo.

“Hampir setiap hari eomma.” Jawab Minhyo. “Tapi Minnie senang eomma, karena Minnie jadi tidak kesepian.”

“Syukurlah kalau Yunho selalu menjagamu. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

“Apa yang tidak perlu dikhawatirkan?” sahut seorang namja paruh baya, menghampiri pasangan ibu-anak tadi.

“Appa!!! Bogoshippo!” seru Minhyo sambil menghambur memeluk ayahnya.

“Ne nado chagiya. Kau sudah besar ne.” ucap appa Minhyo.

“Sudah pasti dong appa. Mana mungkin aku kecil terus.” Jawab Minhyo.

“Tapi appa…eomma…kenapa tidak mengabariku dulu kalau kalian akan pulang? Kalau appa dan eomma mengabari kan aku bisa masak banyak untuk menyambut appa dan eomma.” Ucap Minhyo.

“Tidak perlu chagiya. Kami juga ingin memberimu kejutan dengan pulang tiba-tiba.” Ucap appa Minhyo.

“Chagiya. Kami istirahat dulu ne? Perjalanan Amerika-Korea sangat melelahkan.” Ucap eomma Minhyo. “Yeobo, istirahatlah dulu. Kau pasti kelelahan.” Ucap eomma Minhyo pada suaminya aka appa Minhyo.

“Ne. Chagiya, appa istirahat dulu ne? Nanti sore kita berkumpul lagi. Ottae?” tawar appa Minhyo kepada Minhyo.

“Ne appa. Istirahatlah appa.” Ucap Minhyo, lalu mencium pipi appa dan eomma-nya. “Eomma juga ne.”

“Ne chagiya.” Ucap orang tua Minhyo bersamaan. Mereka lalu meninggalkan Minhyo.

Kruyuuuuk~ *anggap aja suara perut ne ^.^*

“Aish~ lapaaaarrr~” Minhyo segera berlari kebawah untuk mencari makanan.

“Shijakeun dalkomhage, pyeongbeom hage naege kkeullyo. Eonjena geuraettdeushi meonjeo mal eul geoleowa. Modeun ganeungseong, yeoleodweo~ Eh siapa kau?” nyanyian Minhyo terhenti karena melihat ada orang lain sedang mengusik(?) kulkas-nya.

“Eh?” orang tadi mendongak karena mendengar ada seseorang yang sepertinya menyapanya.

“Kau! Siapa kau!” ucap Minhyo berbahaya. Dia menatap namja yang berdiri di depannya.

“Kau maling kan? Iya kan?” Tanya Minhyo.

“Bu…bukan~” ucap namja tadi.

“Alah! Kau maling! Dasar maling! Apa yang kau lakukan disini HAH?! Mencuri makanan ya?! Ayo ngaku!!” teriak Minhyo sambil memukuli namja tadi dengan sendok sayur yang entah sudah sejak kapan berada ditangannya.

“Argh…Aduh….Aku bukan maling HEY! Hentikan! Kau menyakitiku!” teriak namja tadi. Akhirnya terjadilah pertarungan sengit antara Minhyo dengan namja tadi, sehingga menimbulkan kegaduhan.

“Minnie chagi ada ap~ Aigoo! Berhenti memukulinya chagiya!” terriak eomma Minhyo. Dia langsung berlari untuk melerai pertarungan(?) Minhyo dan Kris –namja tadi-.

“Hentikan Minnie-ya!” ucapan appa Minhyo sukses menghentikan serangan yang diberikan Minhyo pada Kris.

“Hah…hah…appa dia maling…hah…appa.” Ucap Minhyo dengan nafas terengah karena kelelahan memukuli namja asing yang ada di dapurnya tadi.

“Aish Minnie chagi. Dia bukan maling. Dia itu bawahan appa-mu. Namanya Kris.” Ucap eomma Minhyo.

“Mwo?! Bawahan appa?!” Tanya Minhyo kaget. Mata bulatnya semakin bulat saat mendengar keterangan dari eomma-nya.

“Ne Minnie-ya. Dia adalah bawahan appa di kantor. Namanya Kris. Dan Kris ini putriku Hwang Minhyo. Maafkan atas ketidak sopanannya ne.” ucap appa Minhyo.

“Ah, gwaenchanayo Mr. Caiden.” Ucap Kris dengan senyum yang masih melekat di bibirnya meskipun sudut bibirnya berdarah akibat pukulan Minhyo tadi.

“Ah Kris-ssi, maafkan aku. Aku kira kau tadi maling. Maafkan aku.” Ucap Minhyo menyesal sambil menunduk beberapa kali.

“Ne gwaenchana. Kenalkan Kris imnida.” Ucap Kris sambil mengulurkan tangannya, meminta berkenalan.

“Hwang Minhyo imnida. Bangapseumnida.” Ucap Minhyo riang sambil menjabat tangan Kris.

“Minnie chagi, Kris akan tinggal disini selama appa dan eomma ada disini. Kau harus memperlakukannya dengan baik ne. Jangan seperti tadi.” Ucap eomma Minhyo mewanti-wanti putrinya.

“Ne eomma arraseo.” Jawab Minhyo patuh.

“Ya sudah, kau obati luka Kris ne. Appa dan eomma ingin istirahat dulu. Dan Kris, setelah ini kau istirahatlah, kau pasti lelah.” Ucap Caiden (appa Minhyo).

“Ne appa (Mr. Ceiden).” Jawab Minhyo dan Kris bersamaan. Caiden dan Sung Yeo (eomma Minhyo) berjalan meninggalkan Kris dan Minhyo.

“Kris-ssi mari saya obati lukanya.” Ucap Minhyo dengan bahasa formal.

“Kau tidak perlu seformal itu dengan ku. Panggil saja aku gege.” Ucap Kris masih dengan senyumannya.

“Gege? Kau orang China?” Tanya Minhyo.

“Ne, aku ketrunan China-Kanada.” Jawab Kris.

“Ah pantas saja, sangat terlihat dari wajahmu. Kajja gege, biar ku obati lukamu.” Ajak Minhyo. Kris hanya mengikuti Minhyo dari belakang. Diam-diam dia mengulum senyum di belakang Minhyo. Oh saudara-saudara, sepertinya uri Kris sudah jatuh cinta pada Minhyo.

“Duduklah dulu gege. Aku akan mengambil kotak P3K dulu.” Uacp Minhyo.

“A-ah, ne.” jawab Kris lalu dia duduk di kursi sofa yang ada di sana. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan itu. ‘Sepertinya ini ruang keluarga.’ Batin Kris. Tak lama, Minhyo sudah datang dengan membawa kotak P3K dan sebaskom air.

“Aw! Perih!” pekik Kris saat handuk yang sudah dibasahi Minhyo menempel pada luka di sudut bibirnya.

“Minhae Kris gege. Aku akan hati-hati.” Minhyo memelankan usapannya. Dengan telaten dia mengobati luka di wajah Kris. Sedangkan Kris masih betah memandangi wajah Minhyo yang berada sangat dekat dengan wajahnya karena Minhyo memang sedang berkonsentrasi mengobati luka di pelipis Kris.

“Min~ eh?” ucap seorang namja yang diketahui bernama Yunho terpotong karena melihat adegan yang tidak umum. Minhyo memegang wajah namja asing. Hey, seumur hidupnya dia tidak pernah melihat Minhyo dekat dengan namja asing selain appa Minhyo sendiri, appa-nya, dan dia. Selain itu sepertinya sama sekali tidak pernah.

“Yunho oppa. Kau sudah bangun?” sapa Minhyo dengan masih tetap sibuk mengobati luka Kris. Yunho masih terdiam antara shock dan marah. Eh marah? Entahlah Yunho sedikit merasakan amarah saat melihat Minhyo dengan namja asing tadi.

“Nah selesai. Sudah tidak sakit kan gege?” Tanya Minhyo sambil membereskan obat-obatan yang digunakan tadi.

“Ne, gomawo Minhyo-ya.” Ucap Kris.

“Hei Yunho oppa. Kenapa kau malah berdiam diri disana? Kemarilah.” Ucap Minhyo. Yunho mendekat kerah Minhyo dan merangkul pundak Minhyo.

“Dia siapa?” Tanya Yunho pada Minhyo.

“Kenalkan. Dia Kris gege, bawahan appa di kantor. Dia datang bersama appa dan eomma dari Amerika. Dan Kris gege, kenalkan ini Yunho oppa.” Ucap Minhyo menerangkan siapa Kris.
“Annyeonghaseyo Kris imnida.” Ucap Kris memperkenalkan diri.

“Jung Yunho imnida.” Balas Yunho.

“Ah kau putra Mr. Jung Pil Gyo? Pemegang perusahaan di Jepang bukan?” Tanya Kris sok akrab.

“Ne.”

“Ah aku juga pernah bertemu appa-mu. Kau mirip beliau ne.” ucap Kris lagi.

“Jinjja? Kau pernah bertemu Pil Gyo ahjussi, Kris gege? Dimana?” Tanya Minhyo.

“Ne, aku bertemu Mr. Pil Gyo ketika aku dan Mr. Caiden mengadakan survey ke Jepang.” Jawab Kris dengan memasang senyum kharismanya.

“Oh, jadi kau juga kenal Pil Gyo ahjussi ne.” sahut Minhyo lagi. Merasa dia akan terabaikan Yunho lalu mengeratkan rangkulannya pada Minhyo.

“Minnie-ya, aku lapar.” Rengk Yunho, berusaha menglihkan perhatian Minhyo.

“Ne? Kau lapar oppa? Baiklah akan ku buatkan makanan.” Ucap Minhyo lalu segera melesat kearah dapur. ‘Hehehe~ Minhyo memang selalu mengutamakanku.’ Batin Yunho.

“Kau memiliki hubungan dengan Minhyo?” Tanya Kris tiba-tiba, dan itu sukses membuat Yunho bingung. Ya Yunho bingung. Memangnya dia punya hubungan apa dengan Minhyo? Pacar? Jelas bukan. Kakak adik? Sudah jelas bukan juga. Lalu apa? Yunho hanya menggeleng menjawab pertanyaan Kris.

“Hmm~ jadi kau tidak memiliki hubungan apapun dengan Minhyo. Jadi kalian hanya dekat satu sama lain.” Ucap Kris santai dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Lalu dia pergi meninggalkan Yunho untuk menyusul Minhyo yang sedang berada di dapur. Yunho hanya terdiam memikirkan kata-kata Kris. Tapi kemudian dia menggeleng. “Sudahlah, apapun hubunganku dengan Minhyo, yang penting Minhyo selalu ada di dekatku.” Ucap Yunho kemudian dia memustuskan untuk menyusul Minhyo.

“Taraaa~ silahkan makaan~” ucap Minhyo riang sambil merentangkan tangan di samping meja makan yang sudah penuh dengan makanan hasil masakan Minhyo.

“Woaa~ banyak sekali makanannya~” ucap Yunho excited. Dia langsung mendudukkan dirinya di kursi meja makan itu.

“Silahkan Kris gege. Kita makan bersama.” Ucap Minhyo mempersilahkan Kris duduk. Kris ikut mendudukkan dirinya di dekat Yunho. Dan Minhyo duduk di depan mereka. Setelahnya, mereka bertiga makan bersama-sama. Hah~ sepertinya mereka akan semakin akrab.

Skip time

Pagi hari sudah menyambut Seoul. Matahari bersinar tidak terlalu terang, udara pun tetap terasa dingin sehingga membuat Minhyo tetap bergumul di kasurnya.

‘Tok~ tok~ tok~’

“Permisi nona muda…Joisonghamnida…bukankah nona muda harus berangkat kuliah hari ini?” Tanya seorang maid sopan.

“Tunggu sebentar, ini masih terlalu pagiiii~” rengek Minhyo lalu menarik selimutnya hingga menitupi seluruh tubuh.

“Hei Minhyo-ya cepat bangun atau kau akan ku tinggal ha?” Tanya seorang namja dengan suara bass yang sangat Minhyo kenal.

‘Suara itu seperti Yunho oppa.’ Batin Minhyo masih dalam posisi tidurnya.

“Kau mau bangun tidak?” Tanya suara bass itu makin dekat di telinganya. Minhyo yang merasa terganggu sekaligus penasaran pun membuka selimutnya.

“O-o-opp-oppa~” ucap Minhyo tergagap. Bagaimana tidak gugup? Sekarang posisi Yunho adalah mengungkung tubuh Minhyo diantara kedua tangannya dan wajahnya berada sangat dekat dengan wajah Minhyo.

Blush~ Wajah Minhyo merona hebat bahkan hingga telinganya. Minhyo yang tersadar dari syoknya segera mendorong Yunho menjauh.

“Ehem~ ehem~ a-aku…a-akan mandi dulu…ne…mandi dulu…hehehe~” ucap Minhyo gugup sambil tertawa salah tingkah.

“N-Ne…akan kutunggu di bawah.” Jawab Yunho dengan gugup pula. Eh? Gugup?

“Eomma…appa…aku berangkat dulu ne?!” teriak Minhyo sambil terburu-buru menuruni tangga.

“Aigoo Minnie chagi. Tidak bisakah kau bersikap lembut sedikit saja? Kau ini yeoja chagi.” Ucap Sung Yeo mengingatkan putrinya.

“Ah eomma. Aku terburu-buru. Aku berangkat ne.” ucap Minhyo terburu-buru sambil mencium pipi eomma dan appa-nya.

“Setidaknya sarapanlah dulu Minhyo.” Ucap Caiden.

“Appa…aku makan dikantin saja ne. Annnyeong.” Pamit Minhyo sambil berlari ke halaman depan. Tempat Yunho menunggunya saat ini.

“Yun~ eh? Kris gege. Selamat pagi gege.” Sapa Minhyo setelah sampai di samping Yunho yang sedang berbicara dengan Kris.

“Ne. Selamat pagi Minhyo-ya. Kau sudah akan berangkat?” Sapa Kris dengan senyum menawan yang selalu menempel di bibirnya.

“Ne gege. Ah, Yunho oppa. Palliwa…palli…palli…kita bisa terlambat! Di hari pertama aku tidak mau terlambat!” ucap Minhyo panik.

“Ya…ya…ya…arraseo. Kami berangkat dulu Kris-ssi.” Ucap Yunho.

“Kris gege! Kami berangkat ne! Pai pai!” ucap Minhyo lalu segera memasuki mobil Yunho.

“Ah, ahjumeoni, ahjussi. Kami berangkat ne.” pamit Yunho kepada appa dan eomma Minhyo yang ternyata mengikuti Minhyo hingga pintu depan.

“Ne hati-hati Yunho-ya.” Jawab Caiden.

@Seoul University

“Kajja.” Ajak Yunho setelah mereka memasuki kawasan kampus. Mereka berjalan beriringan dengan Yunho yang memegang tangan Minhyo. Sepanjang perjalanan menuju kelas banyak mahasiswa yang melihat kearah mereka dengan pandangan yang berbeda-beda. Ada yang memandang mereka dengan pandangan tidak suka, ada yang memandang takjub, dan ada pula yang memandang iri pada Minhyo.

“Oppa. Kenapa mereka memandangku seperti itu?” Tanya Minhyo akhirnya. Dia sudah jengah dipandangi seperti itu.

“Ck~ sudah jangan hiraukan mereka. Kajja ku antar masuk kelas.”

“Yunho!” teriak seorang yeoja dari belakang YunMin (Yunho-Minhyo). Yeoja itu segera berlari menghampiri yunho.

“Ahra-ya. Kau sudah datang?” Tanya Yunho sambil tersenyum kearah Ahra. Minhyo? Oh tahukah? Sekarang wajahnya sudah mengeras, mata bulatnya semakin membulat sembari melihat yeoja yang dipanggil Ahra tadi dari atas kebawah kemudian kembali keatas lagi. Merasa diperhatikan, Ahra menyapa Minhyo.

“Hai...kau siapa?” tanyanya.

“Ah Ahra-ya. Kenalkan ini Hwang Min Hyo. Putri keluarga Hwang.” Jawab Yunho memperkenalkan Minhyo pada Ahra. “Dan Minhyo-ya, kenalkan dia adalah Go Ahra.” Lanjut Yunho.

“Annyeonghaseyo.” Sapa Minhyo dengan senyuman yang amat sangat dipaksakan sekali.

Minhyo POV

Aih~ siapa yeoja ini? Beraninya dia bergelayutan di lengan Yunho oppa. Dan apa itu? Yunho oppa tersenyum dengan sangat manis kepada yeoja itu? Aish~

Eih~ penampilan yeoja ini. Apa dia tidak mampu membeli baju yang sedikit tertutup? Kenapa memakai baju yang sudah hampir tidak muat seperti itu? Menjijikkan.

“Hai...kau siapa?” sapanya padaku. Iuh~ sok manis sekali.

“Ah Ahra-ya. Kenalkan ini Hwang Min Hyo~” ah...oppa katakan bahwa aku yeojachingumu...palli...
“Dia putri keluarga Hwang.” What?! Hanya itu?! Eh? Memangnya aku ini siapanya Yunho oppa? Aku kan memang bukan yeojachingunya.

“Dan Minhyo-ya, kenalkan dia adalah Go Ahra.”

“Annyeonghaseyo.” Sapaku dengan malas. Aih~ demi seluruh sanak saudaraku! Aku malas bersikap manis pada yeoja ini.

“Minhyo-ya, kelasmu ada di ujung koridor ini. Kau bisa kekelas sendiri kan? Aku juga akan kekelas.” Ucap Yunho oppa. Apa?! Sendiri?! Aku mengangguk mengiyakan ucapan Yunho oppa. Ini dia kelemahanku, aku tidak bisa menolak kata-kata Yunho oppa. Lagi pula, mungkin kelas Yunho oppa akan mulai sebentar lagi. Aku tidak boleh berpikiran buruk, tidak boleh. Akhirnya dengan sangat tidak rela aku meninggalkan Yunho oppa dan menuju kelasku.

“Huft~” aku menghembuskan nafas panjang. Sekarang disinilah aku, terdampar di kantin kampus setelah mengikuti pelajaran yang terasa sangat mengerikan karena dosen yang terlalu killer. Hari terasa semakin berat saja, apalagi aku sendirian disini. Ya! Sendirian! Menyebalkan bukan? Hah~ bukannya aku tidak memiliki teman disini, sebenarnya dikelas tadi banyak anak-anak ramah sehingga aku mudah mendapatkan teman namun mereka rata-rata memiliki urusan sendiri-sendiri.

Minhyo POV End

“Minhyo!” panggil seorang yeoja dari pintu masuk kantin. Minhyo yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh kearah sumber teriakan. Terlihat seorang yeoja tengah berlari kearahnya.

“Nira eonni, waeyo?” tanya Minhyo setelah yeoja yang memanggilnya tadi duduk.

“Anieyo. Aku juga hanya ingin makan.” Jawab yeoja itu –Nira-. Setelah itu tidak ada percakapan sama sekali. Itu bisa dimaklumi karena Nira dan Minhyo baru berkenalan pagi ini. Nira adalah kakak tingkat Minhyo yang kebetulan bertemu saat Minhyo menuju kelasnya.

“Minhyo, aku ingin bertanya sesuatu padamu.” Ucap Nira hati-hati. Minhyo menghentikan acara makannya, dia mendongakkan wajahnya menatap Nira. “Ah ne eonni, silahkan.” Jawab Minhyo sambil tersenyum.

“Kau...memiliki hubungan apa dengan Yunho oppa?” tanya Nira tiba-tiba. “Ah, maksudku apa kau dekat dengan Yunho oppa? Kudengar kau berangkat bersama Yunho oppa tadi pagi. Kenapa bisa?”
Minhyo yang mendengar pertanyaan Nira hanya terdiam membeku. ‘Darimana Nira eonni mengetahuinya? Dia bilang dia mendengar kan? Apa memang semua orang membicarakan kedatanganku dan Yunho oppa tadi pagi?’ batin Minhyo.

“Minhyo...gwaenchana? Eum, mian jika aku terlalu ikut campur.” Ucap Nira tidak enak pada Minhyo.

“Ah...gwaencaha eonni.” Jawab Minhyo setelah dia tersadar dari lamunannya. “Aku dan Yunho oppa memang sudah bersama sejak masih bayi.” Lanjut Minhyo. Nira hanya mengerutkan keningnya tanda dia tidak mengerti.

“Ah begini eonni...appa-ku dan appa Yunho oppa itu bersahabat sangat dekat. Appa kami memutuskan untuk selalu tinggal bersama, dan akhirnya kami tinggal bersebelahan.” Jelas Minhyo karena dia melihat raut bingung di wajah Nira. “Appa Yunho oppa juga memilih membantu menjalankan perusahaan appa dengan mengepalai perusahaan appa yang ada di Jepang. Eum~ apa kau mengerti eonni?” tanya Minhyo setelah menghentikan penjelasannya.

“Kau...sudah bersama Yunho oppa sejak kecil?” tanya Nira memastikan.

“Ne. Rumah kami bersebelahan.” Jawab Minhyo apa adanya.

“Appa-mu dan appa Yunho oppa berteman?” tanya Nira lagi.

“Ne.”

“Apa benar appa-mu adalah Caiden Hwang?” tanya Nira lagi.

“Ne. Kenapa kau bisa tahu eonni?” tanya Minhyo.

“Aish~ siapa yang tidak akan tahu. Kau menjelaskannya dengan sangat jelas. Appa-mu dan appa Yunho oppa berteman. Appa Yunho oppa membantu appa-mu dengan memimpin perusahaan yang ada di Jepang. Perusahaan yang dipegang appa Yunho oppa adalah cabang terbesar HG Corp. Sedangkan perusahaan induknya ada di Amerika dan Presdirnya adalah Tuan Caiden Hwang. Berarti kau adalah putri Caiden Hwang bukan? Dan lagi HG Corp itu sangat terkenal, tidak ada seorangpun yang tidak mengenal perusahaan itu Minhyo.” ucap Nira menjelaskan semuanya.

“Hahaha...kau menebaknya 100% benar eonni. Daebak!” puji Minhyo. “Ah ya eonni, ada yang ingin ku tanyakan juga padamu.”

“Ne?”

“Sebenarnya siapa Yunho oppa itu? Kenapa tadi pagi sewaktu berangkat, kami dpandangi begitu banyak orang? Bahkan sampai sekarang aku pun masih dipandangi oleh beberapa orang.” Tanya Minhyo setengah berbisik. Nira langsung memperhatikan sekelilingnya dan memang benar sabagian orang sedang memandang kearah meja mereka.

“Wah..kau jadi terkenal hanya dalam waktu satu hari Minhyo. Kau tahu, Yunho oppa itu seorang pangeran sekolah. Banyak yeoja yang mengejar-ngejarnya. Hampir semua yeoja di kampus ini takluk pada Yunho.” Ucap Nira.

“Jangan-jangan kau juga menyukai Yunho oppa Nira eonni?” tuduh Minhyo.

“Mwo?! Anieyo! Aku sama sudah punya namja chingu arraseo?”

“Jinjja? Nuguji?” tanya Minhyo penasaran.

“Aish~ kenapa kau bertanya tentang itu sih?” ucap Nira dengan wajah memerah.

“Aaaaa~ siapa eonni? Siapa eoh?” Minhyo makin semangat menggoda eonni-nya ini.

“Eih...namanya Nam Wohyun. Sudah cukup jangan bahas dia lagi.” Ucap Nira sambil menahan malu. “Tapi, hampir semua yeoja tidak berani mendekati Yunho. Kecuali satu orang...”

“Kyaaa~ Yunho oppa datang. Yunho oppa datang.” Teriak seorang yeoja histeris hingga menghentikan pembicaraan Minhyo dan Nira.

“Apa dia datang sendirian?” tanya seorang yeoja lain tak kalah heboh.

“Anni, dia datang bersama Ahra eonni.” Ucap yeoja lainnya lagi. Setelah itu terdengar desahan kecewa dari seluruh yeoja yang ada di kantin itu.

“Kau lihatkan betapa antusiasnya mereka?”

Tap~ Tap~ Tap~

Bagaikan slow motion, Yunho memasuki kantin itu. Jika ini dunia komik mungkin dibelakang Yunho sekarang sudah ada bunga-bunga bertaburan dan cahaya menyilaukan.

Minhyo memasang senyum paling indah untuk menyapa Yunho. Namun belum sempat menyapa, senyumnya lenyap seketika. “Yeoja itu.” Desis Minhyo. “Eonni, sebenarnya siapa yeoja itu?” tannya Minhyo kepada Nira.

“Dia? Ah dia adalah satu-satunya yeoja yang berani mendekati Yunho oppa. Namanya Go Ahra.” Jawab Nira.

“Bukan itu maksudku. Siapa sebenarnya Ahra itu?” tanya Minhyo tajam. Nira bisa merasakan bahwa disekelilingnya sudah terdapat aura-aura mengerikan.

“Dia...dia putri pemilik Go Shop. Kau tahu Go Shop kan? Maka dari itu tidak ada yang berani melawannya.” Jawab Nira.

“Ne, arraseo.” Jawab Minhyo. Dia segera meminum jus yang dipesannya tadi dan pergi meninggalkan kantin. “Eonni aku permisi.”

Minhyo berjalan kearah pintu kantin dengan tatapan mata yng sangat tajam. Yunho yang melihat Minhyo segera tersenyum kearah Minhyo, namun Minhyo sama sekali tidak merespon senyuman Yunho dan malah melewatinya tanpa menyapa.

“Ahra-ya, kau duduklah dan pesanlah makanan dulu. Aku ada urusan sebentar.” Ucap Yunho pada Ahra.

“Ne Yunnie. Jangan lama-lama.” Jawab Ahra sambil mencium pipi Yunho lalu dia menuju salah satu meja kosong untuk mmesan makanan. Yunho segera berjalan keluar kantin.

“Minhyo-ya...Minhyo-ya...chankka...hey!” teriak Yunho memanggil Minhyo yang entah sengaja atau tidak malah mengacuhkannya dan terus berjalan. “Minhyo-ya chankkaman.” Yunho menahan tangan Minhyo.

“Wae guraeni? Kenapa kau mengacuhkan teriakanku eoh?” tanya Yunho.

“Kau memanggilku?” tanya Minhyo balik dengan nada sinis.

“Aish~ sudah jelas aku memanggilmu kan tadi. Kenapa kau begini? Sepertinya kau marah?” tanya Yunho lagi.

“Nan gwaenchana.” Jawab Minhyo singkat masih tetap memakai nada dingin.

“Ah baiklah. Kau...nanti sore ada acara tidak?” tanya Yunho lagi.

“Anni. Wae?”

“Geurom. Maukah kau menemaniku jalan-jalan sore nanti?” tanya Yunho. Minhyo membelalak tak percaya. ‘Akankah ini ajakan kencan?’ batin Minhyo dalam hati. Di pipinya sudah muncul semburat-semburat merah muda. Rasa marahnya? Entah menguap kemana tadi.

“Ehem...bukankah kau bisa mengajak yeoja yang bersamamu tadi?” tanya Minhyo kembali dingin. Dia sudah memperbaiki ekspresinya menjadi sedingin mungkin setelah untuk sesaat mengulum senyum.

“Ahra maksudmu? Anni...aku tidak bisa. Apa aku tidak mau?” tanya Yunho lagi. “Aku harap kau mau menemaniku, karna selain jalan-jalan aku juga akan menjemput Jihye di airport.” Ucap Yunho kemudian.

“Jihye? Jung Jihye? Dia pulang dari Jepang oppa?!” tanya Minhyo excited.

“Ne. Dan aku akan menjemputnya. Kau ikut kan?”

“Ne. Aku ikut. Yey! Jihye pulang...Jihye pulang!” jerit Minhyo girang. Tanpa sadar dia memeluk Yunho saking girangnya. “Kau sudah tidak marah lagi?” tanya Yunho yang sukses menghentikan acara ‘memeluk’ Minhyo. ‘Aduuuh...paboya Minhyo. Kenapa kau bisa kelepasan?’ rutuk Minhyo dalam hati.

“Ehem...tidak. Permisi oppa, aku ada kelas.” pamit Minho. Dia segera pergi meninggalkan tempat itu sambil merutuki kebodohannya.

Sore itu...

“Jihye! Jung Jihye!” teriak Minhyo setelah melihat sosok adik Yunho baru saja keluar dari pintu kedatangan.

“Minhyo! Kau ikut menjemput? Bogoshippo!” ucap Jihye sambil memeluk Minhyo.

“Nado.”

“Kau tidak merindukan oppa-mu sendiri Jihye-ya?” tanya Yunho dengan nada marah yang dibuat-buat.

“Aigoo~ nae oppa marah ne? Bogoshippo oppa...Neomu bogoshippoyo.” Ucap Jihye sambil memeluk kakaknya. Ya, Jihye adalah adik kandung Yunho.

“Ah~ bagaimana kalau setelah ini kita jalan-jalan? Kau tidak keberatan kan Jihye-ya?” tanya Yunho.

“Sepertinya itu saran yang bagus. Mari kita jalan-jalan!” seru Jihye semangat. Minhyo dan Yunho tertawa bersama.

“Jihye...Jihye...cobalah hoodie ini. Pasti akan sangat imut jika kau pakai.” Ucap Minhyo girang sambil menenteng sebiah hoodie bergambar beruang besar dan di bagian kerudungnya berbentuk telinga.

“Aigoo~ yeppeo...Yunnie oppa, boleh aku mengambil yang ini?” tanya Jihye.

“Gurae. Kita akan membeli itu. Minhyo-ya, kau juga pilihlah satu.” Ucap Yunho.

“Ah! Biar aku yang memilihkan untuk Minhyo.” Tawar Jihye. Tanpa menunggu jawaban dari Minhyo, dia langsung berlari mencari-cari baju untuk Minhyo.

“Minhyo...Minhyo...aku menemukan sesuatu yang cocok untukmu.” Ucap Jihye girang sambil menunjukkan sepasang jaket couple.

“Eh? Couple? Kenapa couple?” tanya Minhyo bingung.

“Ne. Ini untukmu.” Ucap Jihye sambil menyerahkan jaket berwarna putih yang berukuran lebih kecil yang dibawanya kepada Minhyo. “Dan ini untuk Yunnie oppa. Ottae? Cantik kan?” tanya Jihye semangat.

“Tapi kenapa harus couple suit Jihye. Aku...”

“Minhyo. Kau tidak suka dengan pilihanku? Hiks...seleraku memang buruk. Mianhae, aku akan mengembalikannya.” Ucap Jihye sambil sedikit terisak.

“Anieyo. Ini cantik. Kami akan memakainya. Benarkan Minhyo-ya?”

“N-Ne. Kau tak perlu mengembalikannya Jihye. Aku akan memakainya.”

“Jijja?! Yeey! Ingat tidak ada penolakan ne.” Ucap Jihye kembali girang seperti sebelumnya. ‘Ei? Cepat sekali berubah mood.’ Batin yunho dan Minhyo bersamaan.

“Hahaha...hari ini menyenangkan ne?” tanya Yunho dengan tawa yang masih melekat pada dirinya.

“Ne. Hari ini sangat menyenangkan. Akhirnya aku bisa kembali ke Korea dan disambut seperti ini. Aku bahagia sekali.” Ucap Jihye.

“Eum. Kau terlihat senang sekali Jihye. Sampai-sampai senyuman tak lepas dari bibirmu.” Tambah Minhyo.

“Ne Minhyo...eit, chankaman. Kajja.” Ucap Jihye tiba-tiba berhenti dan menarik Yunho serta Minhyo untuk memasuki sebuah toko perhiasan.

“Ige...neomu yeppunde. Aigoo~” ucap Jihye mengagumi sebuah cincin dengan satu permata berwarna biru.

“Kau mau?” tanya Yunho. Jihye mengangguk antusias. “Agassi, tolong bungkuskan cincin ini.” Ucap Yunho kepada waiters di toko itu. Sementara Jihye melihat-lihat, Yunho menghampiri Minhyo yang tengah asik menatap kalung disana.

“Yeppunde...jeongmal.” ucap Minhyo pelan namun masih bisa didengar Yunho.

“Minhyo-ya, jika ada yang memberikanmu kalung seperti itu apa kau suka?” tanya Yunho tiba-tiba.

“Mwo? Tentu saja aku akan sangat senang. Kalung ini sangat spesial kau tau. Lihatlah cincin yang digunakan sebagai bandul kalung itu. Cincin itu ada dua, tapi melekat erat. Cantik dan sarat makna.” Jawab Minhyo tetap intens menatap kalung itu.

“Minhyo, maukah kau menemaniku ke toilet sebentar. Sebentar saja ne.” Ajak Jihye pada Minhyo. 

“Ne. Kajja.” Minhyo dan Jihye pun meninggalkan Yunho untuk ke toilet sebentar. Yunho kembali menatap kalung tadi. “Agassi, tolong bungkus juga kalung ini.” Ucap Yunho kepada sang waiters. 

“Ne.” Jawab waiters itu.

“Minhyo-ya, istirahatlah yang baik ne. Kau pasti lelah hari ini.” Pesan Yunho pada Minhyo setelah mereka sampai dirumah masing-masing. Saat ini mereka bercakap-cakap di beranda kamar masing-masing.

“Ne oppa. Kau juga, istirahatlah yang baik.”

“Minhyo. Gomawo ne sudah menemaniku jalan-jalan hari ini.” Ucap Jihye sambil menggapai tangan Minhyo. “Kau harus istirahat yang cukup. Supaya besok kita bisa jalan-jalan lagi.”

“Jihye!” Yunho memperingatkan pada Jihye.

“Ah gwaenchana Yunho oppa. Ne, Jihye besok kita bisa jalan-jalan lagi. Jalljayo.”

“Jalljayo Minhyo. Tutup pintu balkonmu rapat-rapat ne. Supaya angin musim dingin tidak masuk.” Teriak Jihye dari balkon kamar Yunho.

“Ne arraseo.” Jawab Minhyo dari balkon kamarnya.

Next Morning~

“Minnie chagi, eomma dengar Jihye sudah pulang dari Jepang. Apa itu benar?” tanya Sung Yeo saat mereka sedang makan bersama.

“Ne eomma. Kemarin Jihye datang.” Jawab Minhyo.

“Aigoo~ kenapa kau tidak memberitahu kami uem?” tanya Sung Yeo lagi.

“Ah mianhaeyo. Kemarin kami terlalu asik jalan-jalan sehingga aku lupa mengabari eomma bahwa Jihye pulang dari Jepang. Lagi pula sewaktu aku sampai dirumah, kalian semua sudah tidur. Jadi aku tidak berani mengganggu. Mianhaeyo eomma.”

“Gwaenchana. Yeobo, jangan marahi Minhyo seperti itu. Kita masih bisa menemui Jihye dirumahnya kan.” Ucap Caiden segera, karena dia tahu Sung Yeo akan marah sebentar lagi. “Ah Minhyo, sepertinya hari ini kau tidak berangkat dengan Yunho ne?” tanya Caiden kemudian.

“Ne appa. Yunho oppa mendapat kelas pagi hari ini, dan aku baru mulai ada kelas pukul 8.” Jawab Minyo.

“Kalau begitu kau diantar Kris saja ne?”

“Eh? Oh, anieyo appa. Aku akan membawa mobil sendiri. Lagipula hari ini aku akan pulang sedikit siang, sekitar jam 3 jadi sepertinya Kris gege belum pulang dari kantor bukan?” ucap Minhyo.

“Oh, benar juga. Jam 3 nanti kita ada meeting bukan Kris?”

“Ne Sajangnim.” Jawab Kris.

“Ya sudah nanti hati-hati ne chagi.” Ucap Sung Yeo.

“Ne eomma. Ah, aku selesai eomma, aku berangkat dulu ne. Anyyeong appa, eomma, Kris gege.”

“Ne annyeong Minnie chagi (Minhyo-ya).” Ucap Sung Yeo, Caiden, dan Kris serempak.

Sebuah mobil Lamborghini Murchielago hitam memasuki halaman kampus. Hampir semua yeoja yang ada di sana langsung memperhatikan mobil itu. Tak lama, seorang namja keluar dari mobil itu, menimbulkan bebrapa pekikan dari yeoja-yeoja yang ada di halaman parkir itu. Namun pekikan mereka terhenti ketika melihat sang namja membukakan pintu mobilnya yang lain dan turun seorang yeoja. Siapa lagi mereka jika bukan Yunho dan Ahra. Yunho berjalan dengan gagahnya dan selalu menebar senyumnya hingga membuat yeoja-yeoja mimisan dibuatnya. Dan Ahra berjalan dengan anggunnya sambil menggandeng tangan Yunho protektif. Dia juga menebar senyum menawannya yang membuat para namja terpaksa harus menelan kekecewaan karena merasa tidak mampu menyaingi Jung Yunho. Ah pasangan yang serasi.

Mereka berdua berjalan menuju kantin sekolah yang kebetulan masih sepi. Karena kebetulan mahasiswa tingkat 1-2 masuk sedikit siang, sedangkan Yunho dan Ahra yang notabene mahasiswa tingkat 3 ada kelas pagi ini.

“Ahra-ya. Apa kau ingin makan?” tanya Yunho setelah mereka duduk di salah satu meja yang kebetulan letaknya tepat ditengah ruangan kantin.

“Anieyo Yun. Aku sudah sarapan, jadi aku masih kenyang. Lagi pula aku harus menjaga berat badanku.” Jawab Ahra.

“Ah ya sudah kalau begitu. Kita pesan minuman saja, kebetulan aku juga sudah sarapan.” Ucap Yunho lalu dia beranjak memesan minuman. “Ini minuman untukmu.” Yunho menyodorkan jus tomat kepada Ahra.

“Gomawo Yun.”

“Eum, Ahra-ya. Apa kau tahu tujuanku membawamu kemari?” tanya Yunho.

“Anni. Memang kenapa Yun?”

“Aku...ehem..bisakah kau pejamkan matamu sebntar saja?” tanya Yunho lagi. Ahra menatap Yunho bingung, namun dia segera menutup matanya. Setelah Ahra menutup matanya, Yunho tampak mengambil sesuatu dari saku jaket yang dipakainya.

“Kau bisa membuka matamu Ahra-ya.” Ahra lalu membuka matanya. Tiba-tiba mata Ahra membulat tak percaya.

“Ini...apa Yun?” tanya Ahra dengan suara tercekat.

“Maukah...kau menjadi~”

TBC

***
Yeah....gamsahamnida yang sudah sempatin baca.

Bagaimana FFnya? Jelek yah? Huks...huks...mian...namanya juga khayalan author abal. Yang penting khayalan bisa diwujudkan dalam cerita ini. Hehehe~

Jika berkenan tinggalkan review please^^

Gamsahamnida ^^