Author : Hwang Minhyo (Meilysa)
Leght : Oneshot
Rated : T
Genre : Romance, Fantasy
Cast : Hwang Minhyo, Hwang
Sungyoung, Lee Taemin, Kim Jongin, Kim Chanhwa as Jongin's younger sister (Han Chanhwa), Lee Sungmin,
Sunny, Choi Minho
Disclaimer : Mereka bukan punya
saya. Cuma pinjem nama. Pengennya Jongin oppa jadi punya saya, tapi apa daya -_-
Warning : TYPOs bertebaran, tanpa
edit, cerita dari author abal :D
Yang pengen baca, silahkan! Dengan senang hati saya mempersilahkan anda semua membaca cerita saya :D
Yang ngga mau baca, ya udah deh ngga apa-apa :P
Yang pengen baca, silahkan! Dengan senang hati saya mempersilahkan anda semua membaca cerita saya :D
Yang ngga mau baca, ya udah deh ngga apa-apa :P
Silahkan dibaca~
.
.
.
Alsace
Alsace adalah sebuah negeri yang sagat damai. Negeri yang disebut
surganya kebahagiaan, dimana hewan-hewan dapat berbicara dan berhubungan baik
dengan manusia. Pohon-pohon tumbuh subur dan bunga-bunga berwarna-warni tumbuh
di berbagai tempat. Air mengalir dengan jernihnya sehingga kita bisa berkaca di
atasnya. Di tempat ini masih terdapat hal yang disebut raksasa dan juga
kurcaci. Di Alsace ini pula dipercaya bahwa kebahagiaan akan berlaku selamanya
atau abadi, karena seluruh penghuninya percaya akan hebatnya kekuatan CIUMAN
CINTA SEJATI.
Sayup-sayup terdengar nyanyian seorang gadis dari dalam hutan. Jika
benar-benar diperhatikan, tampak seorang gadis di dalam rumah pohon yang sedang
merangkai sebuah boneka kayu. Disekelilingnya terdapat banyak binatang yang
membantunya.
“Cepat! Cepat! Kalian harus cepat! Kita harus menyelesaikannya selagi
Minhyo masih mengingat wajah sang pangeran!” ucap seorang tupai dengan
cerewetnya. “Minhyo, apa kau yakin dia adalah pangeran yang ditakdirkan untukmu?”
tanya tupai itu pada sang gadis.
“Aku yakin Pip. Dia adalah pangeranku, karena dalam mimpiku dia
memberikanku ciuman cinta sejati,” jawab Emily sambil memandangi boneka kayu
dihadapannya.
“Ini untuk matanya, Minhyo,” ucap sepasang burung sambil menyerahkan 2
buah permata berwarna hitam mengkilat kepada Minhyo. Minhyo menerima permata
itu dan memasangnya pada boneka kayu itu sebagai matanya.
“Sempurna!” pekik hewan-hewan yang membantu Minhyo merancang boneka kayu
itu. Minhyo tersenyum memandang boneka kayu yang dirancangnya, mata bulatnya
berbinar-binar cerah. Namun, tiba-tiba senyumnya menghilang.
“Tunggu! Kita harus membuat bibirnya!” seru Minhyo.
“Apakah itu harus Minhyo?” tanya seekor rusa kecil.
“Tentu saja! Karena tanpa bibir, kita tidak bisa berbagi ciuman cinta
sejati,” jawab Minhyo. Hewan-hewan mulai bergotong-royong mencarikan benda yang
cocok dijadikan bibir untuk boneka kayu itu. Sambil mencobanya, Minhyo
mendendangkan lagu. Suara merdunya terdengar hingga setiap penjuru hutan. Dan
tak jauh dari sana....
“Hya! Aku mendapatkannya!” teriak seorang namja muda yang sangat tampan
dengan mata hitamnya yang berkilat, hidung mancung, dan bibir yang sangat sexy.
Namja itu memakai pakaian ala kerajaan. Saat ini namja itu sedang menaklukkan
raksasa berbadan hijau yang biasa disebut ‘Troll’ oleh warga Alsace.
“Pangeran Taemin! Anda memang hebat! Anda mendapatkan troll lagi!” teriak
seorang namja setengah baya. Namja itu berjalan mendekati sang pangeran.
“Sudah jelas! Aku adalah pangeran Alsace yang hebat!” ucap Taemin bangga.
Sayup-sayup dia mendengar suara nyanyian yeoja yang tak lain adalah Minhyo.
“Sungmin! Kau mendengar suara itu?” tanya Taemin dengan mata
berkilat-kilat bahagia.
“Saya tidak mendengar suara apapun Pangeran,” jawab Sungmin.
“Ah! Aku yakin ini adalah suara gadis cantik yang akan memberikan ciuman
cinta sejati untukku! Aku akan mendatanginya!” Taemin melompat turun dari atas
troll dan berlari menuju kuda putihnya. Dengan secepat kilat Taemin memacu
kudanya meninggalkan troll bersama Sungmin.
“Pangeran tunggu!” teriak Sungmin. Namun percuma, Taemin tidak mungkin
mendengar seruan Sungmin sama sekali karena dia sudah jauh berlalu. “Hhh~
padahal pangeran selalu disibukkan untuk berburu troll supaya dia tidak bertemu
dengan gadis. Aku yakin ratu akan sangat marah,” ucap Sungmin sedih.
“Ciuman cinta sejati,” troll itu berteriak dan segera bangkit. Troll itu
berlari menyusul Taemin menuju rumah Minhyo.
“Hey! Kau ingin mendahului ku?! Tidak akan ku biarkan! Aku yang akan
mencapai tempat itu lebih dulu!” teriak Taemin lalu memacu kudanya lebih cepat.
Sementara itu...
“Minhyo, apa kau yakin akan menemukannya?” tanya seekor rusa yang berdiri
di hadapan Minhyo.
“Tentu saja! Aku akan bertemu dengannya dan berbagi...” ucapan Minhyo
terputus karena tiba-tiba rusa itu bergetar ketakutan. “Kau kenapa Lu?” tanya
Minhyo cemas. “Kau jangan menakutiku, aku baru saja ingin mengatakan aku dan
pangeran akan bertemu dan berbagi~”
“Ciuman cinta sejati,” ucap troll memutus perkataan Minhyo. Sontak Minhyo
menoleh kebelakangnya dan Bingo! Dibelakangnya sudah terdapat troll yang siap
menangkapnya.
“Kyaaa!” Minhyo segera beranjak dan berlari menghindari troll itu. Dia
memanjat pohon yang berada didekatnya. Namun troll itu tetap mangikuti Minhyo.
Akhirnya Minhyo melompat ke dahan yang terbilang cukup kecil. Dia berlari
menuju ujung dahan itu. Troll itu masih tetap menguikuti Minhyo dan ikut
melompat ke atas dahan itu.
Kreeet~
Dahan itu menjuntai ke bawah membuat Minhyo hampir terjatuh. Troll itu
makin mendekat dan membuat Minhyo benar-benar terdesak. Tanpa pikir panjang,
Minhyo melompat kebawah pasrah dengan yang akan terjadi. Sehingga dahan itu
melemparkan sang troll entah kemana.
Bruk~
Minhyo terjatuh di pangkuan Taemin yang masih menunggangi kudanya. Mata
coklat bulatnya menatap tepat pada mata hitam Taemin.
“Princess-ku! Kau adalah cinta sejatiku!” ucap Taemin antusias. Minhyo
merona mendengar perkataan Taemin. “Siapa namamu? Namaku Lee Taemin, pangeran
negeri ini,” ucap Taemin memperkenalkan diri.
“A-Aku Minhyo. Hwang Minhyo,” jawab Minhyo sambil menundukkan kepalanya
malu.
“Baiklah! Kita akan menikah besok!” ucap Taemin semangat dan membawa
Minhyo pergi dengan kuda putihnya. Sedangkan hewan-hewan sahabat Minhyo
mengikuti dari belakang.
Di lain tempat~
“Aku tidak akan membiarkan ini! Tahtaku tidak akan kuserahkan pada
siapapun!” teriak seorang yeoja paruh baya dengan gaun mewah berwarna hitam
keunguan, memperkental penampilannya yang gothic. “SUNGMIN!” teriak yeoja itu
memanggil Sungmin. Sungmin yang memang sudah sampai di istana langsung berlari
menghampiri yeoja itu.
“N-Ne Ratu Sunny?” ucap Sungmin tergagap.
“Aku tidak setuju dengan hubungan mereka. Aku akan menggagalkan
pernikahan mereka, kau harus berada di pihakku. Mengerti?” ucap Sunny dengan
mata berkilat-kilat penuh kebencian.
“Dengan senang hati ratu-ku,” ucap Sungmin sambil menatap Sunny dengan
mata berbunga-bunga. Jatuh cinta eoh?
.
.
.
Keesokan harinya
Gluduk~ gluduk~ gluduk~
Sebuah kereta kuda mewah sampai di pelataran isatana. Sungmin sudah bersiap
menyambut kereta itu. Pintu kereta terbuka memperlihatkan seorang yeoja cantik
dengan gaun pernikahan berwarna putih yang sangat mengesankan.
“Selamat datang calon putri, mari~” perkataan Sungmin terhenti begitu
saja karena Minhyo sama sekali tidak menggubris Sungmin dan terus berjalan
menuju ke dalam istana. Hewan-hewan sahabat Minhyo mengikutinya dari belakang.
Sungmin segera berlari menyusul Minhyo dengan cepat dia menutup pintu istana
sebelum hewan-hewan sahabat Minhyo sempat masuk.
“Bagaimana ini? Kita juga ingin masuk,” ucap seekor burung sedih.
“Ah! Aku akan menyelinap masuk dengan mengerat pintu kayu ini,” ucap Pip.
Tanpa ba-bi-bu Pip langsung mengerat pintu kayu dihadapannya. Sementara di
dalam....
Minhyo berlari terburu-buru untuk segera menemui Taemin. Namun tiba-tiba
ditengah jalan seorang nenek mengahalanginya.
“Putri yang cantik, apa kau akan segera menikah?” tanya nenek itu.
“Eng iya. Maaf saya buru-buru,” Minhyo mencoba melewati nenek itu namun
gagal.
“Tunggu dulu, aku bisa meramal masa depanmu,” ucap nenek itu lagi.
“Tidak perlu. Saya buru-buru,” ucap Minhyo sambil tetap mencoba melewati
nenek tua itu.
“Kemarilah, akan ku tunjukkan sumur yang bisa mewujudkan harapanmu. Semua
harapanmu akan terkabul jika kau mengucapkan harapanmu di bibir sumur itu,”
ucap sang nenek sambil menyeret Minnyo menuju tempat sumur itu berada. Minhyo
yang awalnya ingin menolak akhirnya tertarik juga dengan apa yang dikatakan
nenek itu. ‘Semua harapanku bisa terwujud? Wah baguslah jika begitu!’ teriak
batin Minhyo girang. Dia sudah menyusun berbagai macam harapannya untuk
diucapkan di mulut sumur itu.
“Kemarilah, naiklah kemari dan ucapkan harapanmu,” perintah nenek itu
sambil menarik Minhyo kearah bibir sumur. Minhyo melongokkan kepalanya melihat
dalamnya sumur itu. Namun belum sempat Minhyo mengucapkan harapannya, tiba-tiba
nenek tadi mendorongnya hingga terjatuh ke dalam sumur.
“Kyaaa~” suara Minhyo makin menghilang seiring dengan menghilangnya tubuh
Minhyo dari pandangan sang nenek tua yang sedang tertawa bahagia di bibir sumur
itu.
Whuzzz~
Nenek tua itu berubah menjadi seorang yeoja dengan gaun hitam pekat. Ya,
dialah ratu Sunny. Ibu tiri pangeran Taemin.
“Hahahaha~ aku tidak akan membiarkan tahtaku direbut,” ucap Sunny dengan
tatapan tajam membunuh.
Sedangkan Minhyo di dalam sumur itu melayang-layang kebingungan.
Tiba-tiba cahaya terang menyelimuti tubuhnya hingga dia terlempar entah kemana.
Blitz~
Sebuah cahaya terpancar dari salah satu lubang saluran air di tepi jalan
di tengah kota Seoul. Tutup saluran air itu terbuka menampakkan seorang yeoja
cantik dengan gaun putih khas bride. Yeoja itu keluar dari lubang tersebut
dengan mengedarkan tatapan bingung ke sekitarnya. Mata bulatnya bergulir ke
kanan dan ke kiri memindai setiap bagian kota itu. Denga perlahan dia keluar
dari lubang saluran air itu dan dengan kebingungan dia berjalan ke tengah jalan
raya.
Tiiin~ tiin~ tiin~
Minhyo berlari kesana-kemari menghindari mobil-mobil yeng berlalu-lalang.
Tiiiiiiiiiinnnn~
Ckiiiitttt~
Hampir. Minhyo hampir tertabrak oleh sebuah mobil Ferrari Scaglietti
Merah yang datang dari arah belakang Minhyo. Dengan cepat Minhyo berbalik
memandang mobil itu. Retinanya menangkap seorang namja muda dan seorang yeoja
kecil yang duduk di samping namja itu.
“Seorang putri!” teriak yeoja
kecil itu lalu berlari keluar mobil dan menghampiri Minhyo.
“Chanhwa tunggu!” namja muda itu
mengikuti yeoja kecil tadi.
“Apa kau adalah barbie yang
hidup?” tanya Chanhwa –yeoja kecil tadi- kepada Minhyo dengan mata berbinar.
Tangannya menyentuh gaun putih Minhyo yang biasanya hanya dia lihat di film
barbie kesukaannya.
“Aku Hwang Minhyo. Sebentar lagi
aku akan menjadi putri, tapi aku tersesat sekarang. Aku mencari rumahku, disini
disini sangat dingin,” ucap Minhyo dengan raut wajah sedih.
“Chanhwa! Apa yang kau lakukan
eoh? Kenapa langsung keluar dari mobil dan hujan-hujanan?” tanya namja itu pada
Chanhwa yang masih sibuk menyentuh gaun Minhyo. Namja itu memandang Minhyo
dengan dahi berkerut. ‘Mau apa yeoja ini berpakaian seperti ini di tengah jalan
raya?’ batin namja itu heran.
“Jongin oppa! Kita ajak dia
pulang ne?” ucap Chanhwa membuyarkan lamunan Jongin. Jongin langsung
mengalihkan pandangannya pada Chanhwa.
“Kau tadi mengatakan apa
Chanhwa-ya?” tanya Jongin. Chanhwa mengembungkan pipinya karena kesal.
“Bagaimana jika eonni ini kita
bawa pulang? Dia seorang putri,” ucap Chanhwa dengan senyum manis yang terukir
di bibirnya.
“Chanhwa-ya. Kita tidak bisa
membawanya pulang. Kita tidak mengenalnya. Kita bisa dituduh menculik jika kita
nekat membawa dia pulang,” Jongin menunduk, mensejajarkan tingginya dengan
Chanhwa. Tangannya mengelus pelan rambut yeodongsaeng-nya itu –Chanhwa-.
“Tapi oppa. Apa oppa tidak
kasihan melihat dia kedinginan?” tanya Chanhwa sambil menunjuk Minhyo. Jongin
mengikuti arah jari telunjuk Chanhwa. Retinanya menangkap wajah cantik Minhyo
mulai memucat. Jika diperhatikan gaun Minhyo memang sedikit terbuka. Ya, bahu
Minhyo terekspose. Pantas Minhyo kedinginan.
“Hhhh~” Jongin menghela nafas
panjang. Dia bangkit dan memperhatikan Minhyo juga Chanhwa bergantian. “Baiklah.
Kau boleh ikut kami pulang. Tapi aku hanya akan membiarkanmu tinggal sebentar.
Kau hanya perlu mandi, berganti baju, dan menelpon ke rumahmu. Setelah itu kau
harus pulang. Chanhwa, cepat masuk kedalam mobil!” Jongin berjalan menuju
mobilnya. Chanhwa pun berlari menuju mobilnya dan mendudukkan diri di kursi di
samping kemudi. Tangan kanan Jongin bergerak meraih pintu namun terhenti. Dia
kembali melihat Minhyo yang masih berdiri mematung. “Hey kau, cepat masuk
kedalam mobil!” perintah Jongin namun Minhyo tetap diam. “Ish! Jinjja!” Jongin
berjalan kearah Minhyo dan menyeretnya dengan pelan memasuki Ferrarinya. Jongin
pun segera memposisikn diri di kursi kemudi dan menjalankan mobilnya menuju
apartemen yang ditinggalinya.
.
.
.
“Wah! Besar sekali! Apa ini
istanamu? Apa kau seorang pangeran?” Minhyo menatap antusias pada Jongin dengan
mata bulat besarnya yang bersinar. Jongin hanya menatap Minhyo tidak percaya,
namun dia tetap menjawab pertanyaan Minhyo.
“Aku bukan pangeran dan ini bukan
istana. Bangunan ini disebut A-PAR-TE-MEN. Apartemen, kau mengerti?” ucap
Jongin dengan penuh penekanan. Minhyo memiringkan kepalanya imut. Dia
mengerjap-ngerjapkan mata, memandang Jongin dengan pandangan tidak mengerti.
“Kau tidak mengerti apa itu apartemen?”
tanya Jongin setelah bisa mengartikan tatapan tidak mengerti Minhyo. Dan Minhyo
hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Jongin. Seketika Jongin sweetdrop.
“Hhh~. Dengar! Apartemen adalah
bangunan besar dimana di dalamnya ada banyak ruangan-ruangan. Nah di setiap
ruangan, akan ditempati oleh seseorang atau satu keluarga. Apa kau mengerti?”
Jongin mencoba menjelaskannya sesederhana mungkin. Minhyo tersenyum kemudian
mengangguk.
“Wah! Hebat! Di Alsace tidak ada
tempat seperti ini,” gumam Minhyo sambil terkagum memandangi apartemen mewah di
depannya.
“Oppa~ di luar dingin sekali. Ayo
kita masuk~” rengek Chanhwa sambil mengeratkan jaket yang dipakainya. Jongin
yang tersedar bahwa mereka masih di luar segera menggendong Chanhwa dan
mengajak Minhyo masuk. Minyo hanya menurut dan mengikuti di belakang Jongin.
Mereka berjalan menuju lift.
Ting!
Lift itu terbuka. Jongin
melangkah masuk namun tidak dengan Minhyo. Dia malah terkagum-kagum menyaksikan
kecanggihan teknologi di hadapannya ini.
“Wah! Pintunya bisa membuka
sendiri!” ucap Minhyo antusias. Dia memperhatikan pintu lift itu tanpa
berkedip. Sedangkan Jongin dan Chanhwa hanya menatapnya cengo.
“Eonni, ayo cepat masuk!” Chanhwa
yang sudah tidak sabar segera menarik Minhyo memasuki lift itu. Pintu lift pun
tertutup dan mulai berjalan.
“Kyaaa! Ruangannya bergerak!”
Minhyo yang kaget, refleks langsung memeluk Jongin yang ada di sampingnya.
“Yak! Yak! Lepaskan aku! Hey!”
Jongin berontak di dalam dekapan Minhyo. Namun setelah lift berhenti, Minhyo
baru membuka pelukannya. “Aku hampir mati~” desah Jongin sambil meraup oksigen
sebanyak-banyaknya.
Minhyo berjalan ke luar lift
dengan di tarik Chanhwa, sedang Jongin mengikutinya di belakang.
“Ayo masuk!” Chanhwa
mempersilahkan Minhyo masuk.
Klontang~
Minhyo, Jongin, dan juga Chanhwa
serentak menatap benda yang jatuh tersebut. Tempat payung. Chanhwa dan Jongin
menatap Minhyo bersamaan.
“Ehehehe~ maaf! Sepertinya gaun
buatanku terlalu lebar ne?” Minhyo menggosok tengkuknya canggung.
Jongin dan Chanhwa saling berpandangan kemudian menghembuskan nafas panjang
sambil sweetdrop.
“Ya sudah. Chanhwa-ya, tunjukkan
di mana kamar mandinya dan ambilkan baju eomma untuk Minhyo. Mungkin dia bisa
memakainya sementara. Jika ukurannya tidak pas, ambil saja baju Sung Young yang
dititipkan di lemari mu ne? Aku ingin membereskan file-file untuk rapat besok
dulu,” Jongin meninggalkan Chanhwa dan Minhyo yang sedang duduk-duduk di ruang
tamu apartemennya. Chanhwa masih betah memperhatikan gaun yang dipakai Minhyo.
“Apa gaun ini benar-benar
buatanmu?” tanya Chanhawa penasaran. Minhyo tersenyum dan mengangguk.
“Tentu saja. Aku mengumpulkan
benangnya dari ulat-ulat, lalu memintalnya menjadi kain. Setelah itu aku
menjahitnya menjadi gaun,” jawab Minhyo dengan bangga.
“Apa kau mengerjakannya sendiri?”
tanya Chanhwa lagi.
“Tidak. Kelinci-kelinci yang
membantuku,” Minhyo menjawab sambil menguap lebar. Dia mengedip-ngedipkan
matanya untuk mengusir rasa ngantuknya.
“Apa kau benar-benar seorang
putri?” tanya Chanhwa lagi.
“Belum. Tapi sebentar lagi aku
akan jadi putri. Andai saja aku tidak melihat terlalu dalam pada sumur itu, aku
tidak akan tersesat di sini dan tidak akan meninggalkan Alsace serta
pangeranku, Taemin,” ucap Minhyo sedih. Matanya berkaca-kaca.
“Alsace? Taemin?” Chanhwa
mengulang kata-kata asing yang di ucapkan Minhyo barusan.
“Iya. Alsace adalah tempat dimana
aku tinggal sebelumnya. Dan Taemin, Lee Taemin, adalah pangeran yang akan
menikahiku dan memberiku ciuman cinta sejati,” ucap Minhyo sambil menerawang
jauh. Dia tersenyum sendiri. Sedangkan Chanhwa yang tidak tahu maksud
pembicaraan Minhyo hanya mengangkat bahu dan bergegas mengambilkan baju untuk
Minhyo.
Chanhwa keluar dari kamarnya
dengan membawa baju untuk Minhyo, namun dia langsung menganga saat melihat
Minhyo tidur meringkuk di sofa. Dia langsung berlari ke kamar oppa-nya untuk
memberitahu sang oppa.
“Oppa, sepertinya Minhyo eonni
benar-benar kelelahan. Dia tertidur di sofa,” ucap Chanhwa memberitahu sang
kakak. Pandangan Jongin beralih dari file-file di tangannya kearah Chanhwa,
matanya membulat sempurna.
“Aish! Bagaimana bisa?!” Jongin
beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Dia melihat Minhyo yang tidur
nyenyak. Dengan penuh amarah dia meraih gagang telpon yang ada di runag tamu
dan segera menghubungi seseorang.
“Chanhwa-ya, kau segera tidurlah.
Besok kau harus sekolah. Ingat! Sikat gigi dan cuci kaki tangan dulu sebelum
tidur, arraseo!” pesan Jongin kepada Chanhwa. Chanhwa mengangguk dan berlari ke
dalam kamarnya. Namun sebelum menutup pintunya dia sempat berteriak pada
Jongin. “Oppa! Aku harap kau membiarkan Minhyo eonni menginap disini malam ini!”
teriak Chanhwa lalu menutup pintu kamarnya. Jongin menghela nafas panjang,
jarinya bergerak memencet beberapa nomor lalu menempelkan gagang telpon itu ke
telinganya.
“Halo? Aku butuh taksi ke
apartemen ku ne?” ucap Jongin di telpon. Terdengar sahutan dari seberang.
“Baik tuan. Kami akan segera
mengirimnya,” balas suara di seberang. “Maaf tuan, dimana alamat apartemen
anda?” tanya suara di seberang setelah menyadari bahwa penelpon belum
menyebutkan alamat apartemennya. Jongin terdiam memandangi Minhyo yang tertidur
sangat pulas. Entah kenapa timbul rasa iba darinya.
“Halo tuan?!” suara di seberang
telpon menyadarkan Jongin dari lamunan sesaatnya.
“Ah tidak jadi,” ucap Jongin lalu
menutup telpon itu. Dia mendekati Minhyo dan memperhatikan wajah damai Minhyo
yang sedang tertidur. Kepala Minhyo bergerak-gerak seperti anak kucing yang
sedang tidur. Jongin tersenyum melihatnya.
“Tidak ada salahnya membiarkan
nona ini menginap. Kasihan juga jika membiarkannya berkeliaran malam-malam
seperti ini. Sepertinya dia benar-benar kebingungan,” ucap Jongin pada diri
sendiri. Dia beranjak dari duduknya menuju kamar Chanhwa. Dengan perlahan
dibukanya pintu kamar Chanhwa. Terlihat Chanhwa sudah tertidur di ksurnya.
Dengan perlahan Jongin mendekati dongsaengnya itu. Jongin menarik selimut yang
digunakan Chanhwa hingga sebatas dada dan mengecup kening Chanhwa perlahan.
“Tidur yang nyenyak Chanhwa-ya,”
ucap Jongin pelan lalu beranjak kaluar kamar. Retinanya tak sengaja menangkap
sosok Minhyo yang menggigil dengan mata tetap tertutup. Jongin segera menuju
kamarnya, mengambil selimut dan menyelimutkannya pada Minhyo. Dia lalu bergegas
mandi dan tidur mengistirahatkan tubuh lelahnya.
.
.
.
Ciiit~ ciiit~ ciiit~
Burung bersiul indah di pagi itu.
Minhyo menggeliat pelan dalam tidurnya. Matanya membuka perlahan menampakkan
keping granit bening berwarna kecoklatan. Minhyo mendudukkan diri kemudian
meregangkan tubuhnya. Dia melihat sekeliling. Dahinya mengernyit ketika
menyadari betapa kotornya apartemen Jongin. Dia lalu beranjak dan membuka
jendela kecil yang ada di ruangan itu. Burung-burung masuk dan berterbangan di
dalam ruang itu. Tikus-tikus juga keluar dari sarangnya. Seekor kera kecil
masuk melalui jendela yang dibuka Minhyo tadi. Binatang-binatang itu berjajar
di hadapan Minhyo.
“Baiklah. Aku ingin meminta
bantuan kalian. Maukah kalian membantuku membersihkan apartemen ini? Tolong
dibersihkan sebersih mungkin ne?” ucap Minhyo lembut. Hewan-hewan itu langsung
melaksanankan tugas masing-masing. Mereka saling bekerja sama. Minhyo tersenyum
melihat kerja ‘sahabat-sahabatnya’ itu.
“Eugh~” Jongin melenguh pelan
sambil meregangkan tubuhnya. Dia merasa ada sesuatu yang bergerak-gerak di atas
selimutnya. Dengan berat dia membuka matanya dan melihat apa yang bergerak di
atas selimutnya.
1 detik...tak ada respon
2 detik...nyawa Jongin baru
terkumpul setengahnya
3 detik...Jongin
mengerjap-ngerjap
4 detik...mata Jongin melebar
5 det...
“Huwaaaaa!!!! Tikus! Tikus! Pergi
kau! Hush~ hush~” belum sampai hitungan 5 detik, Jongin sudah berlari tunggang
langgang di dalam kamarnya. Dengan terburu-buru dia berlari keluar kamarnya
yang sudah dipenuhi tikus-tikus yang berkeliaran. Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat apartemennya
seolah-olah berubah menjadi kebun binatang. Sambil terus menghindari
tikus-tikus yang berlalu lalang di lantai, Jongin mencari siapapun yang bisa
menusir binatang-binatang menjijikkan –menurut Jongin- ini. Bingo! Jongin
melihat Minhyo yang kebingungan mencari sesuatu.
“Minhyo...Minhyo...tolong
aku...huwaaaa!” Jongin panik dan seketika berteriak keras saat ada seekor tikus
lewat di kakinya.
“Oppa sudah bangun?” sapa Minhyo.
“Singkirkan hewan menjijikkan ini
dariku!” teriak Jongin frustasi. Minhyo malah terkikik geli melihat Jongin. Dia
mengambil tikus yang bergelantungan di baju Jongin.
“Wae oppa? Mereka semua baik
oppa. Bukankah mereka terlihat sangat lucu?” Minhyo mengelus pelan kepala tikus
putih itu perlahan. Terlihat sang tikus menikmati belaian Minhyo dengan
memejamkan matanya. Jongin hanya menatap jijik pada tikus itu.
“Baiklah semua! Kalian boleh
pulang. Terima kasih atas batuannya!” ucap Minhyo pada binatang-binatang itu.
Dengan seolah diberi aba-aba, binatang-binatang itu keluar satu persatu
meninggalkan apartemen Jongin. Sedang Jongin hanya mengaga melihat apa yang
terjadi di haapannya. Dengan menghembuskan nafas panjang, Jongin mendudukkan
dirinya di kursi sofa.
“Oppa, aku ingin mandi. Jadi
dimana aku harus mandi?” tanya Minhyo dengan polosnya. Jongin mengernyit
menyadari satu ucapan aneh yang dilontarkan Minhyo.
“Sejak kapan kau memanggilku
oppa?” tanya Jongin aneh.
“Sejak tadi pagi?” jawab Minhyo
seadanya. “Aku mendengar Chanhwa selalu memanggilmu dengan sebutan itu. Karena
aku tidak tahu namamu, jadi aku memanggilmu begitu. Apa itu bukan nama
panggilanmu?” tanya Minhyo polos.
“Haah~ namaku Kim Jongin. Panggil
saja Jongin. Oppa itu panggilan untuk laki-laki dari perempuan yang lebih muda
dan sudah akrab. Apa di tempat mu tidak ada panggilan seperti itu?”
“Di tempatku seseorang memanggil
orang lain dengan sebutan kasih, sayang, cinta, dan sejenisnya,” jawab Minhyo.
Jongin mengernyitkan dahinya.
“Menjijikkan!”
“Itu tidak menjijikkan. Dari
situlah kau mengekspresikan kasih sayangmu kepada orang yang kau panggil,” ucap
Minhyo menjelaskan.
“Aish! Terserah kau saja. Kau
bilang kau ingin mandi kan? Kajja, kutunjukkan di mana kamar mandinya,” Jongin
menunjukkan letak kamar mandi pada Minhyo.
“Bagaimana cara mandinya?” tanya Minhyo
bingung.
“Astaga! Perhatikan aku!” dengan
kesabaran yang dipaksakan, Jongin menjelaskan pada Minhyo. Minhyo hanya
mengangguk-angguk saja. “Ya sudah. Cepat mandi!” Jongin keluar dari kamar mandi
dan segera menuju dapur, berencana membuat sarapan.
“Eh? Kenapa bersih sekali?”
Jongin heran melihat dapurnya sangat bersih, tidak seperti biasanya. Dia
berlari ke ruang tamu lalu ke kamarnya, dan hanya satu kata yang ada di
kepalanya. Bersih. ‘Apa ini pekerjaan hewan-hewan itu?’ batin Jongin.
“Jongin! Bagaimana cara mematikan
ini?!” teriak Minhyo dari dalam kamar mandi. Jongin menepuk jidatnya dan segera
menuju kamar mandi.
Cklek~
“Astaga!” pekik Jongin lalu
menutup matanya dan kembali keluar. Pasalnya Minhyo belum mengenakan apapun dan
artinya dia masih naked.
“Aku sudah selesai,” ucap Minhyo
lalu keluar dengan tubuh yang dililit handuk. “Maaf, aku tidak bisa mematikan
mesin itu,” ucap Minhyo sambil menunnjuk shower yang masih menyala. Jongin
segera mematikannya dan berbalik menghadap Minhyo. Namun tanpa sengaja dia
menginjak sabun dan tergelincir menabrak Minhyo.
Bruk~
Keduanya terjatuh dengan posisi
Minhyo di bawah dan Jongin diatasnya dengan menumpu tubuh dengan kedua
tangannya. Keduanya berpandangan, belum sadar dengan posisi masing-masing.
Minhyo memandang Jongin dengan pandangan polosnya, sedang Jongin memandang
Minhyo dengan pandangan kaget.
“Astaga!” pekikan seseorang
menyadarkan keduanya. Jongin segera beranjak dari atas
Minhyo. Begitu pula dengan Minhyo yang segera bangkit dari jatuhnya.
“Sungyoung, ini tidak seperti
yang kau pikirkan,” Jongin mencoba mendekati yeoja yang baru saja memasuki
apartemennya. Namun yeoja yang dipanggil Sungyoung itu malah menghindari
Jongin.
“Jadi ini yang kau lakukan ketika
aku tidak ada? Aku tidak menginap disini karena aku menghormati pendapatmu
untuk menjaga jarak ketika ada Chanhwa. Tapi ternyata kau malah berduaan dengan
yeoja itu?!” marah yeoja yang dipanggil Sungyoung itu.
“Ini bukan...ah! Aku hanya
menolongnya...dia...”
“Hai! Namaku Minhyo. Aku dari
Alsace. Sebentar lagi aku akan menikah,” ucap Minhyo memperkenalkan diri sambil
menyalami tangan Sungyoung. Sungyoung menautkan alisnya.
“Menikah?” tanya Sungyoung.
“Belum. Belum menikah
Sungyoung-a!” sela Jongin sebelum Minhyo sempat menjawab. Sungyoung mendengus kesal
lalu meninggalkan apartemen Jongin. Jongin bingung apa yang harus dilakukannya.
Tapi akhirnya dia mengejar Sungyoung.
“Sungyoung-a tunggu! Sungyoung-a!”
teriak Jongin, tapi sayang Sungyoung sudah terlanjur naik taksi meninggalkan
apartemen Jongin. Jongin menyerah dan kembali masuk ke apartemennya.
Dia sudah melihat Minhyo
menggunakan gaun dengan motif bunga-bunga. Dia berjalan melewati Minhyo namun langkahnya
terhenti.
“Baju ini?” Jongin membolak-balik
kain gaun yang dipakai Minhyo. “Kau mendapat ini dari mana?”
“Aku...” belum sempat Minhyo
menjawab, Jongin sudah berjalan ke arah ruang keluarga.
“Ini?!” Jongin menganga melihat
gorden di ruang keluarganya sudah berlubang-lubang dengan pola bentuk gaun.
Minhyo hanya tersenyum tanpa dosa kearah Jongin. Chanhwa yang mendengar
kegaduhan sudah keluar kamar dan berdiri di dekat Jongin. Jongin menatap
Chanhwa dan seolah teringat hal besar yang sangat penting.
“Sekolah! Chanhwa harus sekolah!”
pekik Jongin panik. Dia segera menggiring Chanhwa ke kamar mandi dan menyiapkan
air untuknya. Sedangkan Minhyo dengan cekatan memasak makanan untuk Jongin dan
Chanhwa.
Pagi yang benar-benar sibuk dan
melelahkan. Berkali-kali Jongin menghela nafasnya sambil tetap berkonsentrasi
mengemudikan mobilnya menuju sekolah Chanhwa.
“Minhyo eonni, gaun mu bagus
sekali,” ucap Chanhwa mencairkan suasana hening yang tercipta di dalam mobil.
Minhyo tersenyum untuk menanggapi ucapan Chanhwa.
“Kau suka? Aku bisa membuatkannya
untukmu,” ucap Minhyo. “Dengan kain yang lain pastinya,” sambung Minhyo setelah
mendapat tatapan tajam dari Jongin.
“Mian Jongin-ssi. Siapa yeoja
yang tadi?” tanya Minhyo sedikit ragu. Takut jika Jongin marah.
“Dia tunangan ku. Namanya Hwang
Sung Young,” jawab Jongin datar.
“Hwang? Sama seperti ku?” ucap
Minhyo dengan mata bulatnya yang semakin membulat.
“Yeah. Ngomong-ngomong, apa benar
kau datang dari dunia lain?” tanya Jongin sudah tidak sedingin tadi.
“Entahlah. Aku datang dari
Alsace. Dan tempatnya bukan seperti disini. Disana masih banyak
hutan...dan...hewan-hewan bisa bicara,” jawab Minhyo sambil menerawang keluar
jendela.
“Hhh~ lalu kau harus kuantar
kemana?” tanya Jongin gusar.
“Biarkan Minhyo eonni tinggal di
apartemen kita oppa,” ucap Chanhwa.
“Tidak bisa Chanhwa. Kita
harus...”
“Jika oppa tidak mau. Maka aku
tidak akan mau pulang dan tidak akan mau makan!” ucap Chanhwa keras kepala.
Jongin menghela nafasnya.
“Baiklah...baiklah...oppa
mengerti. Minhyo akan tinggal di apartemen kita. Tapi kau harus pulang dan mau
makan ne?” ucap Jongin akhirnya. Hey, bagaimanapun Chanhwa itu adik yang sangat
disayanginya. Karena hanya tinggal Chanhwa-lah keluarganya.
“Yey! Gomawo oppa! Chu~” Chanhwa
mengecup pipi Jongin sekilas dan melesat keluar dari mobil untuk masuk ke
sekolahnya, karena kebetulan mereka sudah sampai.
“Pindahlah kedepan,” ucap Jongin.
Sedang Minhyo hanya menatap Jongin dengan polosnya. “Aku tidak mau terlihat
seperti supirmu,” sambung Jongin lagi. Minhyo mengangguk dan berpindah kedepan.
“Aku akan ke kantor. Kau akan ku
ajak, tapi kau tidak boleh membuat onar. Arraseo?” ucap Jongin. Minhyo
mengangguk patuh.
Mereka pun sampai di kantor
Jongin. Banyak pasang mata yang memperhatikan Jongin dan Minhyo. Jongin merasa
risih dan hanya mampu menebar senyum canggungnya ke orang-orang. Sedangkan
Minhyo malah asik sendiri memperhatikan benda-benda asing yang belum ia lihat
sebelumnya.
“Siapa dia?” tanya seorang rekan
kerja Jongin. Jongin hanya mengangkat bahu tidak peduli. Dilihatnya Minhyo yang
asik memandangi ikan-ikan di dalam akuarium. Jongin berjalan mendekati Minhyo.
“Kau tunggulah disini. Aku akan
mengadakan meeting sebentar,” ucap Jongin. Minhyo hanya mengangguk sambil terus
memperhatikan ikan-ikan itu. Tak lama setelah Jongin memasuki ruang rapatnya,
terdengar keributan dari dua orang (namja dan yeoja) yang sedang bertengkar.
Minhyo memandang sedih pasangan itu dan mendekati mereka.
“Hey! Kalian sedang apa?” tanya
Minhyo.
“Ini bukan urusan mu!” bentak
pasangan itu.
“Jangan bertengkar,” Minhyo
mencoba menenangkan pasangan itu.
“Tau apa kau ha?! Aku sudah muak
dengan namja seperti dia! Penghianat!” teriak sang yeoja sambil menudingkan
telunjuknya ke sang namja.
“Apa maksudmu penghianat ha?! Kau
yang tidak mengerti!” teriak balik sang namja.
“Berhenti! Apa kalian pikir
dengan bertengkar semuanya akan selesai? Semua akan berhenti jika kalian
menyadari bahwa kalian saling melengkapi. Yeoja akan melengkapi namja, begitu
pula sebaliknya. Sebuah hubungan tidak akan selalu menemui kebahagiaan. Mereka
juga akan menemui kesedihan, namun kesedihan itulah pelengkap hubungan kita dan
akan mempererat hubungan kita. Jika kalian saling percaya, maka semuanya akan
menjadi baik-baik saja dan menjadi semakin indah,” ucap Minhyo dengan senyum
melekat dibibirnya. Di akhir kalimatnya, dia memejamkan mata sambil tersenyum.
“Dasar orang gila! Aku tidak jadi
menemui Kim Jongin. Memuakkan!” ucap sang yeoja lalu pergi meninggalkan tempat
itu.
“Maaf tuan Jongin, clien anda
pergi begitu saja,” ucap seorang staf kepada Jongin yang menunggu dengan tenang
cliennya.
“Apa?! Kenapa bisa?!” teriak
Jongin marah.
“Seorang yeoja dengan gaun biru
muda telah membuat onar,” jawab staf itu. Jongin memicingkan matanya. ‘Yeoja
dengan gaun biru? Minhyo!’ batin Jongin. Dengan secepat kilat dia sudah keluar
dari ruang tersebut dan melihat Minhyo yang sedang memejamkan mata sambil
tersenyum-senyum aneh dan orang-orang yang memperhatikan di sekelilingnya.
Dengan segera Jongin menarik Minhyo dari sana.
“Eh? Kita akan kemana? Kau sudah
selesai?” tanya Minhyo ditengah seretan Jongin. Dengan kesal Jongin menyentakkan
genggamannya hingga Minhyo terdorong ke depan.
“Apa sebenarnya maumu?! Kau sudah
mengacaukan kehidupanku!!” teriak Jongin marah, frustasi.
“Apa aku berbuat salah?” tanya
Minhyo sedih.
“Kau masih bertanya?! Kau baru
saja membuat clien ku pergi kau tahu?! Kau bisa membuatku dipecat dari sini!!”
teriak Jongin frustasi. Tapi teriakan itu sukses membuat mata Minhyo
berkaca-kaca.
“Maafkan aku...” lirih Minhyo.
Jongin tersentak mendengar suara bergetar Minhyo. Dia menatap Minhyo yang
sedang meremas gaunnya dan menggigit bibir bawahnya dengan air mata yang sudah
menggenang. Aish, melihatnya membuat Jongin merasa bersalah.
“A-Aku...maaf...aku tidak
bermaksud membentakmu. A-Aku hanya...terbawa...emosi,” ucap Jongin menyesal.
Minhyo menatap Jongin dengan matanya yang berkaca-kaca, lalu dia tersenyum
melihat Jongin memasang wajah menyesalnya.
“Baiklah. Aku tidak akan
mengulanginya,” ucap Minhyo berjanji.
“Aish! Ya sudahlah kalau begitu.
Kita jalan-jalan sebentar, aku sudah tidak ada pekerjaan,” ucap Jongin lalu
berjalan keluar kantor dan diikuti Minhyo.
Sementara itu~
“Sungmin!” teriak ratu Sunny
menggelegar di seluruh istana.
“I-Iya. Ratu-ku,” jawab Sungmin
yang entah datang darimana, yang jelas dia sudah dihadapan ratu Sunny.
“Jangan menyebutku dengan sebutan
itu bodoh! Sebut aku dengan sebutan ‘yang mulia’,” titah ratu Sunny kepada
Sungmin.
“Baik yang mulia,” ucap Sungmin.
“Aku ingin kau mendatangi Minhyo
dan buat dia sengsara di sana. Dan, bawalah 2 apel ini. Berikan kepada Minhyo
dan dia akan tertidur untuk selamanya hahahahahaha~” titah ratu Sunny dengan
penuh otoritas. Dari tawanya terdengar bahwa dia sedang merencanaan niat buruk.
“Apapun untuk anda ratuku,” jawab
Sungmin lalu segera mengambil apel itu dan masuk ke dalam sumur yang
menghubungkan dunia manusia dengan Alsace.
Blitz~
Lagi-lagi. Seberkas cahaya muncul
dari dalam lubang air di tepi jalan kota Seoul. Sungmin keluar dari dalam
lubang itu.
“Ahaha~ waktunya menjalankan
tugas ratu Sunny-ku yang cantik,” ucap Sungmin dengan semangat. Dia berjalan ke
arah taman kota. Tak sengaja dia melihat Minhyo sedang merangkai sebuah bunga
di tepi sungai kecil yang ada di taman itu. Meski terhalang banyak orang, tapi
Sungmin yakin bahwa itu adalah Minhyo.
“Tunggu saja gadis manis,” ucap
Sungmin dengan seringaian di bibirnya.
Dengan cekatan Minhyo merangkai
bunga-bunga warna-warni di tangannya membentuk love. Jongin duduk di sampingnya
sambil meminum soft drink. Sesekali manik hazel-nya melirik Minhyo yang sangat
ahli merangkai bunga itu.
“Kenapa kau harus membuat hal
konyol seperti itu?” tanya Jongin dengan nada dingin.
“Ini akan membuat Sung Young
memaafkanmu. Kenapa kau tidak berkata sebelumnya bahwa lusa adalah hari ulang
tahun Sung Young? Kau tidak boleh membuatnya marah,” ucap Minhyo sambil tetap
fokus dengan karangan bunganya.
“Memberikan sesuatu seperti ini
bukan gayaku,” ucap Jongin.
“Kau harus memberikan ini. Yeoja
sangat menyukai bunga,” ucap Minhyo keras kepala. Dengan satu jentikan jari,
dua burung merpati berwarna putih menghampiri Minhyo. Burung itu bertengger di
pundak kanan dan pundak kiri Minhyo.
“Pinjam kertas dan bolpoinmu,”
Minhyo menengadahkan tangannya di hadapan Jongin. Jongin hanya menurut dan
memberikan kertas serta bolpoin pada Minhyo. Minhyo menuliskan kalimat 'Sungyoung, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu~' pada
kertas itu dan melipatnya kemudian menyelipkan kertas itu di karangan bunga
tadi.
“Nah, kalian bahwalah ini kepada
Sung Young. Wanita cantik yang akan menikahi namja ini. Kalian mengerti?” ucap
Minhyo pada kedua merpati tersebut. Sepasang merpati itu mengapit karangan
bunga tadi bersama di paruh mereka kemudian terbang. Jongin menganga
menyaksikan hal itu. ‘Berbicara dengan hewan? What the...!!!’ batin Jongin.
“Konyol,” gumam Jongin pelan.
Namun Minhyo masih mendengar gumaman Jongin, dia hanya tersenyum. Dia ikut
beranjak mengikuti Jongin yang sudah mulai berjalan meninggalkannya.
“Kau tidak percaya pada dongeng?”
tanya Minhyo.
“Sama sekali tidak percaya. Itu
hanya sebuah cerita karangan yang diceritakan untuk mengantar anak-anak tidur.
Sama sekali tidak bisa dipercaya,” ucap Jongin kesal.
“Tapi kau harus percaya,” ucap
Minhyo keras kepala.
“Nona manis. Silahkan menikmati
apel ini. Ini adalah apel termanis yang pernah ada,” ucap seorang namja yang
menawarkan apel berbalut karamel pada Minhyo (kalian pasti tahu siapa namja itu -Sungmin-). Minhyo yang tertarik langsung
mengambilnya.
“Terima kasih!” ucapnya riang.
“Kau sangat aneh. Dan kuanggap
itu karna kau memiliki gangguan jiwa,” ucap Jongin dengan santainya sambil
memasukkan kedua tagannya pada saku celana.
“Ha?! Kenapa begitu?!” Minhyo
menghentak-hentakkan tangannya dan mengibaskan tangannya persis anak kecil yang
ngambek. Tak sengaja apel itu terlempar dari tangannya. “Oh! Apelnya!” Minhyo
melihat apel itu melayang dan mencebur ke kolam ikan.
“Ya sudahlah. Lagipula kau
mendapatkannya gratis,” ucap Jongin santai lalu melanjutkan jalannya. Minhyo
sedari tadi mengoceh tanpa berhenti. Entah dia menceritakan tentang Alsace,
pangeran Taemin yang akan menikahinya, juga teman tupai kecilnya bernama Pip.
Minhyo sangat riang hingga membuat Jongin ikut tersenyum.
“Nona, mau apel? Apel ini sangat
nikmat dan segar. Ini adalah stok terakhir. Jadi aku akan memberikannya gratis
padamu,” ucap seorang namja yanga tak lain dan tak bukan adalah Sungmin yang
sedang menyanar. Minhyo menatap apel itu dengan mata berbinar.
“Terima kasih!” Minhyo menerima
apel itu.
“Aka lebih baik kalau kau segera
memakannya di sini nona,” ucap Sungmin mencoba merayu Minhyo supaya mau segera
memakan apel itu. Minhyo mengengguk dan sudah bersiap membuka mulutnya.
Namun...
“Minhyo! Astaga! Kita harus cepat
menjemput Chanhwa ke sekolah!” teriak Jongin kemudia berlari. Minhyo yang kaget
pun langsung melempar apel itu dan berlari mengikuti Jongin. Sungmin menggeram
kesal dan segera pergi dari sana. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon besar
sambil minum.
Srrt~
“Hey bodoh! Kenapa memberi apel
pada Minhyo saja kau tidak becus eoh?!” teriak sebuah suara. Sungmin
menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Ah, apa karena aku terlalu
mencintai ratu Sunny hingga aku mendengar suaranya disini?” gumam Sungmin pelan.
“Hey! Kau tidak mendengarku?!
Lihat air minummu sekarang!” refleks Sungmin pun melihat air minumnya. Disana
ternyata sudah terdapat wajah ratu Sunny yang sudah memasang wajah seram.
“Yang mulia!” kaget Sungmin.
“Apa kau tahu bahwa apel itu
adalah apel langka ha?! Disini hanya tinggal satu. Dan asal kau tahu bahwa ini
adalah apel beracun yang sudah tidak akan tumbuh lagi. Dan apel ini
satu-satunya!” teriak ratu Sunny sambil memegang sebuah apel di tangan
kanannya. “Kau ternyata terlalu bodoh untuk ku percaya!” teriak ratu Sunny
geram lalu menghilang dari air itu. Sungmin memasang wajah sedih.
.
.
.
.
.
@Alsace
“Kemana perginya permaisuriku?
Calon istriku? Ciuman cinta sejatiku?” pangeran Taemin berjalan kesana kemari
panik. Calon pengantin wanitanya tak kunjung datang.
“Pangeran!” seekor tupai kecil
menghampiri Pangeran Taemin dengan terengah-engah.
“Oh hewan kecil. Ada apa?” tanya
Pangeran Taemin ramah.
“Minhyo...Minhyo masuk kedalam
sumur sakti itu!” teriak tupai itu.
“Apa?!” pekik pengeran Taemin
kaget. “Kita harus segera menyusulnya!”
“Tunggu dulu. Jangan sampai sang ratu tahu bahwa pangeran mengejar Minhyo!” ucap tupai itu yang berada di genggaman pangeran.
“Tunggu dulu. Jangan sampai sang ratu tahu bahwa pangeran mengejar Minhyo!” ucap tupai itu yang berada di genggaman pangeran.
“Aku tahu. Terima kasih...eng,
siapa namamu?”
“Pip. Namaku Pip!” ucap tupai
itu.
“Baiklah sobat kecil kita masuk
kedalam sana!” pangeran Taemin melompat masuk kedalam sumur itu bersama Pip
tanpa sepengtahuan ratu Sunny.
Blitz~ Klang~
Sosok pangeran Taemin seketika
muncul diatas lubang air itu. Semua mata memperhatikannya. Memandang aneh pada
pangeran Taemin yang berdiri dengan angkuhnya di atas samping lubang air itu.
Blitz~
“Hap! Tertangkap sobat kecil,”
ucap Taemin sambil menggengam Pip yang baru saja muncul. “Baiklah kita mulai
mencari Minhyo.”
Other Side~
“Jongin~” panggil seorang yeoja
dengan setelan jas rapi yang melekat sangat pas ditubuhnya. Jongin yang merasa
dipanggil menoleh dan melihat seorang yeoja cantik menghampirinya.
“Sung Young, akhirnya kau mau
menemuiku,” ucap Jongin lega. Dengan segera dia memeluk yeoja itu.
“Aku tidak menyangka kau akan
seromantis ini,” ucap Sung Young sambil menunjukkan karangan bunga yang di
bawanya. Jongin tersenyum melihatnya. “Bagaimana kau membuatnya? Ini terbuat
dari bungan asli. Dan bagaimana kau bisa mengirimkan dengan dua merpati?”
“A-Ah itu sebenarnya ide dari
Minhyo. Dan merpati itu, Minhyo yang menyuruhnya,” ucap Jongin sambil menujuk
Minhyo yang sedang duduk di sofa yang ada di lobi kantor itu bersama Chanhwa.
Ya, saat ini mereka sedang berada di kantor Sung Young.
“Benarkah?” tanya Sungyoung lalu
menghampiri Minhyo dan Chanhwa.
“Terima kasih Minhyo-ssi! Kau
tahu? Jongin tidak pernah berlaku seromantis ini kepadaku,” ucap Sungyoung
ramah pada Minhyo. Minhyo tersenyum manis pada Sungyoung.
“Ah bukan masalah. Aku hanya
ingin kalian tidak lagi bertengkar. Bagaimanapun lusa adalah ulang tahunmu.
Tidak baik jika kalian terus bertengkar,” ucap Minhyo.
“Oh kau sungguh baik. Maafkan aku
sudah salah paham padamu,” ucap Sungyoung sambil memegang bahu kiri Minhyo.
Minhyo tersenyum dan mengangguk.
“Ah, sebaiknya aku dan Chanhwa
jalan-jalan di sekitar sini dulu. Kalian lanjutkanlah mengobrol,” Minhyo
melambaikan tangannya dan menggandeng tangan Chanhwa keluar gedung tersebut.
“Kita akan kemana Minhyo eonni?”
tanya Chanhwa.
“Aku juga tidak tahu,” ucap Minhyo
bingung.
“Kita pulang lebih dulu saja? Aku
akan mengirim pesan pada Jongin oppa jika kita pulang lebih dulu,” ucap Chanhwa
sambil mendongak menatap Minhyo.
“Itu lebih baik daripada kita
tersesat nantinya. Tapi aku tidak membawa uang,” ucap Minhyo lalu mengangkat
kedua bahunya.
“Tenang saja, aku punya eonni,”
Chanhwa menunjukkan beberapa lembar uang yang cukup untuk mereka naik taksi.
.
.
.
Hari ulang tahun Sungyoung tiba.
Tapi Jongin malah terlihat malas-malasan di dalam apartemen. Kebetulan hari ini
dia tidak ada pekerjaan, jadi dia memilih berdiam diri di rumah dan tidur.
“Jongin! Hey Jongin!” panggil
Minhyo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jongin yang terlentang tidur di sofa.
“Ish! Ada apa?” tanya Jongin
dengan mata setengah terpejam.
“Ini hari ulang tahun Sungyoung!
Kau harus menyiapkan hadiah untuknya,” ucap Minhyo sebal.
“Lalu apa yang harus kulakukan
eoh?” tanya Jongin malas. “Aku berencana mengajaknya kencan saja nanti malam,”
sambung Jongin.
“Eh? Kencan? Apa itu kencan?”
tanya Minhyo bingung.
“Kau tidak tahu? Begini, kencan
itu kegiatan jalan-jalan berdua dengan kekasih. Kau bisa menonton film, makan
bersama, atau kegiatan menyenangkan yang lain. Kau juga bisa pergi ke pesta
dansa dengan pasanganmu,” ucap Jongin menjelaskan. Sekarang dia sudah
mendudukkan dirinya di sofa. “Apa kau mengerti?”
“Iya aku mengerti,” Minhyo
mengangguk paham.
“Kau sudah mengganggu acara tiduku. Kalau begitu kau mau jalan-jalan?
Setelah itu kita jemput Chanhwa di sekolahnya,” tawar Jongin. Minhyo tersenyum
dan mengangguk.
“Apa aku harus memakai baju yang
bagus juga?” tanya Minhyo polos setelah melihat Jongin berganti pakaian dengan celana
jeans, kaos santai dan di lapisi cardigan santai. Terlihat sangat tampan.
“Tidak perlu. Kau sudah cantik
dengan gaun itu,” ucap Jongin sambil merapikan rambutnya di kaca yang terletak
di ruang TV. Minhyo menunduk menutupi pipinya yang memerah. Jongin mengamati
Minhyo dari kaca. Senyum tipis mneghiasi bibirnya saat melihat pipi Minhyo
merona merah. Sejenak Jongin memperhatikan penampilan Minhyo. Rambut yang di ikat
sebagian dan sebagian dibiarkan terurai, gaun selutut berwarna coklat lembut
dengan motif bunga, bahu yang dibiarkan terekspose karena gaunnya memang tidak
berlengan. Jongin menjadi teringat bahwa kemarin dia membelikan kain itu untuk
Minhyo, jika tidak mungkin seluruh kain di rumahnya akan habis digunakan Minhyo
untuk membuat baju. Jongin juga sangat heran melihat Minhyo yang sangat suka
bersusah payah menjahit pakaian, padahal dia bisa saja membelikan baju langsung
jadi, tapi Minhyo selalu tidak mau.
“Kau sudah selesai?” tanya Minhyo
membuyarkan lamunan Jongin.
“Tentu saja. Kajja!” Jongin
berjalan lebih dulu diikuti Minhyo di belakangnya.
“Kenapa hari ini kau tidak
bekerja?” tanya Minhyo setelah mampu mensejajari langkah panjang Jongin.
“Hari ini aku diliburkan. Tidak
ada yang harus kukerjakan di kantor,” ucap Jongin lalu memasukkan kedua telapak
tangannya di saku celana.
“Tuan Jongin!” panggil seseorang
membuat Minhyo dan Jongin menoleh ke arah asal suara.
“Tuan Kangta? Kau yang waktu itu
tidak jadi menemuiku? Ah maafka...”
“Tidak masalah. Berkat kekasihmu
itu, kami jadi rujuk kembali. Jadi kami tidak jadi menggunakan jasamu sebagai
pengacara kami. Terima kasih!” ucap namja yang tempo lalu bertengkar dan di
nasehati oleh Minhyo.
“Eh?” Jongin memasang wajah
bingung melihat namja itu yang senantiasa memeluk san yeoja yang ada di
hadapannya.
“Aku dan BoA menyadari bahwa apa
yang diucapkan kekasihmu itu benar. Bahwa sebuah hubungan tidak akan selalu
menemui kebahagiaan. Mereka juga akan menemui kesedihan, namun kesedihan itulah
pelengkap hubungan kita dan akan mempererat hubungan kita. Jika kalian saling
percaya, maka semuanya akan menjadi baik-baik saja dan menjadi semakin indah.
Aku mempercayai kata-katanya. Terima kasih nona,” ucap Kangta kepada Minhyo.
Minhyo tersenyum dan mengangguk.
“Syukurlah kalau kalian suda
tidak bertengkar lagi,” jawab Minhyo senang.
“Ya sudah. Sepertinya kalian akan
berkencan. Kami permisi dulu,” pamit Kangta lalu menggandeng BoA meninggalkan
Minhyo dan Jongin. Jongin masih melongo sedangkan Minhyo sudah berjalan
terlebih dahulu.
“Jongin, kau tidak jadi pergi?”
tanya Minhyo bingung. Jongin mengalihkan pandangannya pada Minhyo lalu tersadar
dan segera menyusul. “Kita akan kemana?” tanya Minhyo setelah Jongin sudah ada
di sampingnya.
“Kita jalan-jalan di sungai Han
saja,” jawab Jongin.
Dan disinilah mereka. Berjalan di
tepian sungai Han. Sesekali Minhyo memetik bunga yang terlihat indah di sana.
Jongin hanya memperhatikan Minhyo yang bertingkah seperti anak kecil, sangat lucu
menurutnya.
“Itukan hanya rumput. Kenapa kau
suka sekali?” tanya Jongin yang melihat Minhyo tersenyum kecil memetik bunga
berwarna biru kecil-kecil yang notabene hanya rumput liar.
“Tapi bunga ini cantik. Akan
lebih cantik lagi jika bunga ini dipelihara,” jawab Minhyo sambil memainkan
bunga itu. Jongin hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Minhyo.
Drrrt~ Drrt~
Ponsel Jongin bergetar di saku
celananya. Jongin segera mengambilnya dan melihat pesan dari siapa yang masuk.
From : Sungyoungie
Text :
Kau tidak mengucapkan selamat
ulang tahun padaku? :(
Jongin tersenyum sejenak dan
jemarinya bergerak membalas pesan Sungyoung.
To : Sungyoungie
Text :
Selamat ulang tahun chagiya ku.
Kau ingin hadiah apa?
Belum lama pesan itu terkirim,
ternyata Sungyoung sudah membalasnya.
From : Sungyoungie
Text :
Bagaimana kalau malam ini kita ke
pesta dansa? Kau pakailah jas yang mirip pakaian ala pangeran kerajaan inggris
itu. Dan aku akan memakai gaun :)
Jongin mencoba mengingat dimana
dia meletakkan jas hadiah dari Sungyoung itu. Yah, Sungyoung memang sangat
mempercayai dongeng, jadi dia berkhayal suatu saat ketika pernikahannya dengan
Jongin akan bernuansa kerajaan seperti negeri dongeng.
To : Sungyoungie
Text :
Baiklah. Aku akan menjemputmu jam
9 malam. Kudengar peta dansanya akan sampai tengah malam.
From : Sungyoungie
Text :
Baiklah. Saranghae~ :*
To : Sungyoungie
Text :
Nado...
Jongin menatap ponselnya sejenak
dan kembali memasukkannya ke dalam saku celana. Pandangannya teralih pada
Minhyo yang sedang berjongkok mengelus anjing yang sepertinya ditinggal
pemiliknya membeli eskrim tak jauh dari sana.
“Minhyo, ayo kita menjemput
Chanhwa,” ajak Jongin. Minhyo beralih menatap Jongin dan kemuadian tersenyum.
“Apa Chanhwa sudah pulang? Pesan
tadi dari Chanhwa ya?” tanya Minhyo setelah dia sampai di samping Jongin.
“Sepertinya Chanhwa sudah pulang.
Pesan tadi dari Sungyoung, bukan dari Chanhwa. Dia mengajakku ke pesta dansa
sebagai hadiah ulang tahunnya,” jawab Jongin. Minhyo tersenyum kecil.
“Baguslah kalau begitu. Ayo,
nanti Chanhwa terlalu lama menunggu,” Minhyo masuk kedalam mobil Minhyo diikuti
Jongin yang duduk di kursi kemudi. Jongin segera memacu mobilnya meninggalkan
sungai Han menuju sekolahan Chanhwa.
“Oppa!!!” Chanhwa tampak berlari
dari dalam sekolahnya, primary school. “Eonni!!!” setelah memeluk Jongin
sebentar, dia beralih memeluk Minhyo yang berdiri di dekat mobil.
“Kau senang sekali,” ucap Minhyo
melihat Chanhwa yang sejak tadi tersenyum.
“Ne. Apa ada sesuatu yang
menyenangkan hari ini Chanhwa-ya?” tanya Jongin sambil mengikuti Minhyo dan
Chanhwa yang memasuki mobil. Kali ini mereka duduk sedikit berbeda, jika
biasanya Chanhwa akan duduk di samping Jongin, sekarang Chanhwa memilih duduk
di kursi belakang dan Minhyo duduk di samping Jongin.
“Hari ini adalah hari paling
indah!” ucap Chanhwa riang.
“Oh...oh...sepertinya aku tahu
apa yang terjadi. Kau sudah jadi yeojachingu Minho?” tanya Jongin menggoda
Chanhwa namun tanpa disangka pipi Chanhwa merona merah dan dia menganggukkan
kepala.
“Benarkah??!” Minhyo bertanya
antusias. Dan lagi-lagi hanya naggukan dan wajah malu-malu Chanhwa yang menjadi
jawaban. “Ah chukkae!” Minhyo mencubit pipi Chanhwa gemas. Chanhwa hanya
memamerkan senyum manisnya pada Minhyo. Sedang Jongin hanya tersenyum melihat
tingkah Minhyo dan Chanhwa.
“Kita akan langsung pulang?”
tanya Jongin pada kedua yeoja itu. Minhyo dan Chanhwa mengangguk bersamaan.
.
.
.
“Permisi! Pangeran Taemin ingin
mencari permaisurinya!” ucap seorang namja tampan masih dengan baju ala
kerajaan Inggris-nya. Yah, siapa lagi kalau bukan Taemin. Dia membuka satu
persatu kamar apartemen itu. Tak heran jika dia berulang kali mendapat omelan
atau lemparan barang-barang karena penghuni apartemen yang kesal dengan
tingkahnya.
“Aduuuh...kenapa aku selalu
mendapat lemparan barang-barang ini sih? Sobat kecil, kau tahu alasannya?”
tanya Taemin pada Pip yang sejak tadi brtenggr di pundaknya.
Ciit~ ciit~
“Hah, benar juga. Setelah disini
kau tidak bisa bicara. Kasihan sekali kau. Kita cari lagi!” Mereka berjalan
menyusuri lorong lantai tiga. Taemin berhenti dan berdiri di depan kamar
bernomor 305. Dengan perlahan dia membuka pintu itu.
“Sang Pangeran Taemin sedang
mencari permaisurinya. Apa ada orang di dalam?!!!” teriak Taemin membuat Jongin
dan Minhyo tersentak. Minhyo langsung beranjak dari duduknya ketika melihat
Taemin.
“Pangeran!” teriak Minhyo lalu
berlari memeluk Taemin.
“Permaisuriku!” Taemin langsung
merengkuh Minhyo dalam pelukannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Taemin, Minhyo
mengangguk sambil tersenyum.
“Apakah kau yang akan menikah
dengan Minhyo?” tanya Jongin mendekati kedua pasang orang yang sedang melepas
rindu itu.
Srang~
“Kau yang sudah menculik
permaisuriku!” teriak Taemin sambil mengarahkan pedangnya pada Jongin.
“Jangan pangeran!” Minhyo refleks
membentangkan tangan di depan Jongin, berniat melindunginya. “Dia yang sudah
menyelamatkanku,” ucap Minhyo pada Taemin.
“Benarkah?” tanya Taemin. Minhyo
mengangguk yakin. Akhirnya Taemin menurunkan pedangnya dan memasukkan kembali
ke sarung pedang miliknya. “Baiklah, terima kasih sudah merawat calon ratu di
kerajaan kami,” ucap Taemin menekati Jongin. Jongin hanya tersenyum kaku karena
masih syok dengan kajadian barusan.
“Eh? Kau memiliki wajah yang
mirip denganku!” teriak Taemin karena baru menyadari bahwa Jongin memiliki
wajah yang mirip dengannya. Minhyo pun juga kaget, ternyata Jongin dan Taemin
memang mirip.
“Ah! Minhyo. Ayo kita pergi!”
Taemin menarik lengan Minhyo, namun Minhyo masih terdiam di tempatnya dan malah
memasang wajah bingung.
“Kemana?” tanyanya bingung.
Taemin juga menjadi bingung ketika Minhyo bertanya begitu.
“Tentu saja kembali ke Alsace
dan menikah,” jawab Taemin.
“A-Ah...baiklah,” Minhyo
tersenyum kecil dan mengangguk mengikuti Taemin. Jongin dan Chanhwa mengantarkan
mereka hingga di depan apartemen.
“Terima kasih sudah menolong
Minhyo,” ucap Taemin setelah mereka sampai di depan apartemen. Jongin tersenyum
dan mengangguk. Manik hazelnya menatap Minhyo yang sejak tadi hanya menunduk.
Merasa ada yang memperhatikan, Minhyo mendongak menatap Jongin dengan mata
bulatnya. Mereka hanya saling menatap, entah apa yang mereka bicarakan dengan
tatapan mata itu.
“Berpamitanlah dulu,” ucap Taemin
kepada Minhyo sambil menepuk-nepuk bahu Minhyo.
“Chanhwa...aku harus pergi. Kau
tidak boleh nakal ya? Ingat, jangan pernah merepotkan Jongin, belajarlah untuk
memasak juga seperti yang ku ajarkan padamu. Arraseo?” ucap Minhyo sambil
mengelus kepala Chanhwa yang sudah berkaca-kaca. Chanhwa segera memeluk Minhyo
dan menumpahkan tangisnya di pelukan Minhyo. Minhyo melepas pelukannya dengan
Chanhwa dan beralih menatap Jongin yang juga sedang menatapnya.
“Terima kasih. Aku akan sangat
merindukanmu dan juga Chanhwa,” ucap Minhyo pada Jongin.
“Aku juga akan merindukanmu,
sangat. Sesekali datanglah kemari,” ucap Jongin dengan senyumnya. Minhyo
mengangguk dan berbalik meninggalkan Jongin serta Chanhwa.
“Kita segera pulang?” tanya
Taemin pada Minhyo. Mereka berjalan pelan meninggalkan Jongin dan Chanhwa.
Minhyo menatap kedua mata Taemin.
“Bagaimana jika kita kencan dulu?”
tawar Minhyo.
“Kencan?” Taemin tampak bingung
dengan apa yang diucapkan Minhyo.
“Iya. Kencan. Kita bisa mengajak
orang yang kau cintai untuk makan bersama, jalan-jalan, mengetahui pribadi
masing-masing lebih jauh. Kau juga bisa mengajaknya ke pesta dansa,” ucap
Minhyo. Taemin tersenyum senang.
“Pesta dansa?” tanya Taemin
terlihat tertarik. Minhyo mengangguk. “Baiklah mari kita ke pasta dansa,” ajak
Taemin kemudian.
“Tunggu dulu! Pesta dansanya
nanti malam,” ucap Minhyo menahan lengan Taemin.
“Lalu kita akan kemana sekarang?”
tanya Taemin.
“Kita kecan dulu. Kita
jalan-jalan,” ajak Minhyo. Taemin dengan semangat menggandeng lengan Minhyo. “Ayo!!!”
.
.
.
“Ternyata kencan itu
menyenangkan,” ucap Taemin pada Minhyo. Saat ini keduanya sedang berjalan-jalan
di tepi sungai Han. Minhyo tersenyum menanggapi kata-kata Taemin. “Kita akan ke
pesta dansa sekarang?” tanya Taemin lagi.
“Belum. Pesta dansanya masih
nanti malam. Jadi sebaiknya kita berpisah dulu dan nanti malam kita akan
terkejut dengan penampilan masing-masing,” jawab Minhyo.
“Baiklah. Tapi setelah itu kita
kembali ke Alsace?” tanya Taemin memastikan. Minhyo tersenyum kaku dan
mengangguk. “Baiklah. Kita bertemu nanti malam,” Taemin langsung pergi
meninggalkan Minhyo. Minhyo segera berlari kembali ke apartemen Jongin.
Cklek~
“Lho? Minhyo eonni kembali?”
tanya Chanhwa bingung.
“Aku butuh bantuanmu Chanhwa. Aku
akan ke pesta dansa. Kau harus menjadi ibu peri ku,” ucap Minhyo panik. “Dimana
Jongin?” Minhyo sadar bahwa sejak tiba di apartemen ini, dia tidak menemui
Jongin.
“Dia ke kantor,” jawab Chanhwa
lalu berlalu menuju kamarnya, tak lama dia keluar dengan menggunakan cardigan
santai dan membawa credit card gold. “Jongin oppa bilang bahwa ini hanya
digunakan untuk keperluan genting. Dan ini sangat genting!” ucap Chanhwa sambil
tersenyum menunjukkan credit card goldnya.
Mereka berbelanja kesana kemari
mencari baju yang pas untuk Minhyo, sepatu yang pas, perhiasan yang pas. Hingga
mereka juga pergi ke salon untuk memoles wajah Minhyo.
“Apa hal ini juga harus
dilakukan?” tanya Minhyo ketika mereka sedang di salon. Chanhwa dengan setia
menemani Minhyo di sampingnya.
“Aku tidak begitu tahu, tapi
kebanyakan orang akan pergi ke salon sebelum mereka kencan,” jawab Chanhwa
sambil meminum bubble tea yang ia genggam. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi
sendu, dia menunduk sambil memandangi bubble tea yang ada di tangannya. “Apa
seperti ini rasanya?” tanya Minhyo lirih.
“Hm?” tanya Minhyo yang mendengar
gumaman Chanhwa tadi. Chanhwa mendongakkan wajahnya menatap Minhyo.
“Apa seperti ini rasanya
berbelanja dengan kakak perempuanmu atau ibumu?” tanya Chanhwa dengan mata
berkaca-kaca.
“Entahlah. Aku juga tidak tahu.
Aku tidak pernah melakukannya. Ini yang pertama bagiku,” ucap Minhyo sambil
mengelus pelan kepala Chanhwa.
“Ini juga yang pertama bagiku,
dan aku sangat senang,” ucap Chanhwa sambil tersenyum. Minhyo ikut tersenyum.
“Aku juga merasa senang.”
.
.
.
Sementara itu ratu Sunny geram
dengan semuanya.
“Kenapa semua menjadi begitu
mengkhawatirkan!!!” teriak Sunny sambil membanting vas bunga yang ada di
hadapannya. “Aku harus segera kesana,”
Ratu Sunny berjalan tergesa menuju
sumur ajaib itu dan menceburka dirinya kedalam sana.
Wuuzzz~ blitz~ klang~
Ratu Sunny muncul di dekat lubang
air itu. Beberapa orang yang masih berlalu-lalang malam itu menatap aneh
sekaligus takut pada ratu Sunny yang terlihat sangat mengerikan. Dengan langkah
yang terkesan angkuh, Sunny berjalan menyebragi jalan dengan menyihir
mobil-mobil yang lewat untuk berhenti sejenak. Dia berjalan dengan angkuhnya
tanpa ada yang berani memaki atau menghalangi.
“Ah, ratu Sunny-ku yang
cantik...kenapa aku tidak pernah bisa merebut hatinya?” Sungmin terlihat mabuk
dan terduduk di tepi jalan. Dia menggumam-menggumam tidak jelas karena efek
alkohol yang mempengaruhi kesaradannya.
“Kau merindukanku bodoh?” tanya Sunny
di hadapan Sungmin. Sungmin mencoba memperhatikan siapa yang berdiri di
depannya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya. Setelah sadar bahwa itu ratu
Sunny, dia langsung berdiri meskipun sempoyongan.
“Yang hik~ Yang Mulia hik~”
sapanya dengan nada lemah.
“Dasar namja bodoh!” Sunny
menoyor kepala Sungmin membuatnya tersungkur, dalam sekejap terdengar dengkuran
halus yang menandakan Sungmin tertidur karna efek alkohol.
.
.
.
.
.
@Pesta dansa
Jongin terlihat berdansa dengan
Sungyoung. Sungyoung tersenyum manis mengikuti alunan musik, berdansa
bersama-sama beberapa orang lain yang hampir memenuhi ball room itu. Sesekali
Sungyoung terkikik karena musik yang mengiringi mereka sedikit ceria, jadi
banyak gerakan dansa yang cukup ekstrem.
“Kau senang?” tanya Jongin pada
Sungyoung yang sejak tadi memperhatikan wajah Jongin lekat-lekat. Sungyoung
mengangguk, tangannya bergerak mengalung di leher Jongin. Musik berubah menjadi
alunan romantis.
Pintu utama terbuka lebar
menampakkan dua sosok yang familiar. Minhyo dan Taemin. Taemin (masih)
menggunakan baju ala kerajaannya, sedangkan Minhyo menggunakan gaun modern
panjang berwarna merah.
Jongin dan Sungyoung menoleh
menatap kedua insan tadi, dengan ekspresi yang berbeda. Sungyoung menatap
bingung mereka berdua . Sedangkan Jongin menatap mereka, ah mungkin hanya
Minhyo dengan pandangan yang, takjub?
“Mereka pasangan yang serasi
bukan?” tanya Sungyoung berbisik pada Jongin, namun tak ada jawaban. Seluruh
pasang mata tertuju pada dua insan yang sedang menuruni tangga, bergabung
dengan yang lainnya di lantai dansa.
“Hay! Kau disini juga Jongin?”
sapa Minhyo. Jongin tersentak dan tersenyum.
“Ah ya, kau disini juga?” tanya
Jongin balik.
“Ya. Taemin mengajakku kemari,”
ucap Minhyo. “Oh ya, perkenalkan. Ini adalah Taemin...ng...ng...dia...” Minhyo
kebingungan menjelaskan status Taemin pada Sungyoung.
“Aku adalah pangeran yang akan
menikahinya,” ucap Taemin menyambung ucapan Minhyo.
“Ah, jadi kau yang akan menikahi
Minhyo. Kalian pasangan yang serasi,” ucap Sungyoung. Taemin menatapnya dalam.
Jongin yang mengetahui itu segera memperkenalkan Sungyoung.
“Dia adalah Hwang Sung
Young...kami...kami...” Jongin juga bingung menjelaskan hubungan mereka.
“Kami bersama,” sambung Sungyoung.
Taemin tersenyum dan bergerak memeluk pinggang Minhyo.
“Baiklah. Kita akan segera
memulai suffle dance. Jadi ajaklah orang yang tidak datang bersama anda, dan
ditengah-tengah nanti kita akan melakukan
pertukaran,” sebuah pengumuman terdengar dari pengeras suara.
“Bolehkah?” tawar Taemin kepada
Sungyoung yang ada di hadapannya. Sungyoung mengangguk dan menerima tawaran
Taemin. Mereka segera berdansa bergabung dengan yang lain. Sedang Jongin sudah
menawarkan tangannya pada Minhyo, Minhyo menerimanya dengan senang hati. Mereka
berdansa. Mata mereka saling mengunci satu sama lain, seolah mereka bisa
berbicara dengan tatapan masing-masing. Seolah duniapun berpusat pada mereka.
Cukup lama Minhyo dan Jongin
berdansa berdua, namun tepukan Sungyoung di pundak Jongin membuyarkan semua.
Dengan berat hati Jongin melepas pelukannya di pinggang Minhyo, begitu juga
Minhyo melepaskan rangkulannya di leher Jongin.
“Bolehkah?” tanya Sungyoung
menunjuk Jongin. Segera Minhyo melepaskan tautan tangannya dengan tangan Jongin
dan mundur ke belakang.
“T-Tentu saja,” jawab Minhyo
lirih. Sungyoung dan Jongin kembali berdansa, sedangkan Minhyo memilih menepi.
Taemin entah kemana.
“Hai nona cantik,” sapa seorang
nenek tua keriput dengan jubah ungunya. Minhyo tersentak melihat nenek itu.
“Hai nek,” jawab Minhyo lalu
pandangannya kembali tertuju pada pasangan JoYoung (Jongin-Sungyoung) yang
sedang berdansa dengan mesra di lantai dansa, sekilas bisa dilihat pancaran
kesedihan dari manik hazel Minhyo.
“Cerita yang menyedihkan bukan?”
tanya sang nenek pada Minhyo. Minhyo memandang nenek itu dan mengangguk. “Aku
bisa membuatmu melupakan semuanya. Melupakan semua kenangan buruk dan kau hanya
mengingat kenangan-kenangan indah saja. Hanya dengan memakan apel ini, maka
semua memori buruk akan terhapus untuk selamanya!” ucap sang nenek sambil
menyodorkan sebuah apel merah kepada Minhyo. Tampak Minhyo bimbang, namun
akhirnya tangannya terulur mengambil apel itu dan memakannya.
Kress~
Hanya satu gigitan. Hanya satu
gigitan yang memberikan vonis mengenaskan. Minhyo terjatuh begitu saja tak
sadarkan diri, sedang apel yang dipegangnya menggelinding ke lantai dansa dan
terhenti di kaki Jongin. Jongin memungut apel itu dan memandang ke arah pintu
masuk, terlihat Minhyo sedang dibopong seorang wanita setengah baya.
“Dia hanya pingsan. Dia hanya
pingsan. Kalian tenanglah. Kembalilah berpesta,” ucap wanita itu yang ternyata
ratu Sunny sambil membawa Minhyo menuju ke pintu masuk. Sebelum sempat
membukanya, pintu itu sudah terbuka lebih dahulu dan menampilkan sosok Taemin.
“Ibu?” tanya Taemin.
“Taemin? Kenapa kau disini?” ucap
ratu Sunny kaget.
“Aku baru saja ke kamar kecil
sebentar,” jawab Taemin polos. “Kenapa dengan Minhyo?” tanya Taemin. Mendadak
wajahnya menegang. “Dia tidak bernapas?!” Taemin langsung mengambil Minhyo dari
gendongan ibunya dan membawanya menjauh. Dia membaringkan Minhyo dan berusaha
membangunkannya.
“Minhyo bangunlah! Bangunlah!”
melihat itu, Jongin berlari menghampiri Taemin dan Minhyo. Sungyoung ikut berlari tapi tidak mendekat.
“Percuma Taemin! Percuma! Disaat
jam berdentang 12 kali, dia akan mati. Selamanya! Hahahahaha!” ucap Sunny
dengan tawa evilnya.
Teng~
Teng~
“Ciuman cinta sejati,” ucapan
Taemin menghentikan tawa Sunny. Sunny menatap tajam Taemin seolah dengan
tatapannya dia bisa membenuh Taemin. “Dengan ciuman cinta sejati, semua sihirmu
akan hilang,” ucap Taemin tajam.
“Silahkan saja!” ucap Sunny
percaya diri. Tanpa berpikir dua kali Taemin mencium Minhyo tepat di bibirnya.
Taemin melepas ciumannya...namun Minhyo sama sekali tak bergerak.
Teng~
Teng~
Teng~
“Bagaimana bisa?!!” teriak Taemin
bingung.
Teng~
Teng~
Teng~
Teng~
Jam terus saja berdentang. Taemin
menatap Jongin seolah meminta Jongin untuk mencium Minhyo. Jongin bingung. Jika
dia mencium Minhyo, dia masih berstatus tunangan dengan Sungyoung, namun dia
ingin Minhyo selamat. Dia memandang Sungyoung seolah meminta saran.
“Cium dia Jongin! Apa yang kau
tunggu?! Cium dia!” teriak Sungyoung yang memang berjarak agak jauh dengan
Jongin. Jongin segera mendekati Minhyo dan Taemin menyingkir dari sana.
Teng~
Teng~
CHU~
Jongin mencium Minhyo tepat
dibibirnya dengan penuh perasaan. Seolah dia mecurahkan perasaannya saat itu
juga.
Teng~
Pada dentangan kedua belas,
Jongin melepas ciumannya perlahan. Dan seiring dengan itu, Minhyo berangsur-angsur
membuka matanya dan terbatuk. Semua orang yang ada di sana melihat dengan
terpana, seolah yang barusan hanyalah opera untuk memeriahkan pesta dansa itu.
“Aku membenci ini!” Sunny
berjalan ke tengah ruangan dan wuuuzzz~ dia berubah menjadi seekor naga. Dia
mengambil Jongin dan menggenggamnya di tangan. “Ayo gadis lemah! Selamatkan
dia! Sebelum aku menjatuhkannya dari atas sini,” setelah berucap seperti itu,
Sunny keluar dari ruang itu dengan merusak salah satu sisi dinding dan dia
memanjat naik ke atas.
Dengan panik Minhyo mengejar
Jongin hingga tanpa sadar sebelah sepatunya terlepas dan tertinggal di tengah
ruangan itu. Minhyo mengikuti Sunny naik ke atas gedung Namsan yang menjadi
tempat pesta itu. Selama perjalanannya memanjat dinding, Minhyo meraih hiasan
besi panjang dan lancip yang ada di sana.
Minhyo kebingungan dengan apa
yang akan dia lakukan saat sampai di puncak Namsan tower. Dia tidak bisa melakukan
apapun.
“Minhyo!” tiba-tiba Pip datang
dari belakangnya, berlari keatas tanpa diketahui naga Sunny. Dia mendekati
tangan naga itu yang menggenggam puncak tower dan menggigitnya. Sontak naga itu
melepaskan pegangannya sehingga dia hilang keseimbangan dan akan terjatuh.
Dengan refleks dia melepaskan pegangannya pada Jongin sehingga Jongin terjatuh.
Minhyo melihat besi di tangannya dan melemparkannya kearah jongin.
Jleb~
Tongkat itu menancap pada lengan
baju Jongin sehingga Jongin menggantung di sana. Dan naga Sunny akhirnya
terjatuh ke bawah dan lenyap. Namun...srek~ srek~ Sreeeekk~ lengan baju Jongin
sobek perlahan dan menyebabkan Jongin terjatuh.
“Hyyyyaaaaa!!” Jongin berteriak
sekencangnya. Dia meraih Minhyo dalam pelukannya dan Bugh~ mereka terjatuh di
beranda ruangan yang tadi digunakan untuk pesta dansa. Keduanya berpandangan
dan tersenyum. “Saranghae~” bisik Jongin pada Minhyo. Minhyo tersenyum
mendengernya.
“Nado saranghae~”
Sementara itu, Sungyoung terjatuh
di tengah ruangan hampir menangis. Taemin mendekatinya dan berjongkok di
sampingnya.
“Jangan bersedih,” ucap Taemin.
“Bagaimana tidak bersedih!
Tunanganmu malah bersama wanita lain!” ucap Sungyoung kesal, dia mengerucutkan
bibirnya.
“Tapi yeoja secantik dirimu tidak
pantas bersedih,” ucap Taemin lalu meraih sepatu Minhyo yang tadi tertinggal.
Dengan perlahan dia memasangkan sepatu itu pada kaki Sungyoung. “Pas! Maukah
kau menjadi permaisuriku?” tawar Taemin sambil mengulurkan tanggannya pada
Sungyoung. Sungyoung merona malu namun menerima uluran tangan Taemin. Ini seprti khayalannya. “Baiklah,
ayo kembali!” Taemin membawa Sungyoung ke lubang air yang dulunya merupakan
tempat dia keluar. Sungyoung melompat kedalamnya dan di susul Taemin
lalu...Pip, dia juga masuk ke dalamnya.
.
.
.
.
.
@Alsace
“Kalian resmi menjadi suami
istri. Silahkan cium pasangan anda,” ucap penghulu itu. Taemin menatap mata
Sungyoung dalam dan perlahan mendekatkan wajahnya kearah Sungyoung, Sungyoung
memejamkan matanya dan...
Chu~
Bibir tipis Taemin mendarat sempurna
di bibir merah Sungyoung. Ciuman yang lembut dan penuh cinta.
.
.
.
.
.
1 year later
Minhyo membuka sebuah toko
bernama Alsace. Banyak orang yang berkunjung kesana, selain karena koleksi gaun
Minhyo yang unik dan indah. Namun disana juga pengunjung menyaksikan
tikus-tikus bekerja sama, ada yang membuat gaun, ada yang memintal benang, dan
ada juga yang menggelar karpet. Pengunjung sangat terhibur dengan itu semua.
Tak jauh dari toko itu, terlihat
kerumunan orang yang sedang meminta tanda tangan seseorang. Ah, Sungmin
rupanya. Sungmin mengarang buku berjudul Alsace dan dia menceritakan kehidupan
di sana. Buku itu terjual laris dan menjadikannya penulis terkenal.
Sedang di Alsace, Pip juga
menjadi seorang penulis yang terkenal di kalangan hewan-hewan dengan buku karangannya
yang berjudul Seoul.
Sungyoung-pun terlihat bahagia
bersama Taemin. Impiannya selama ini untuk hidup di negeri dongeng terwujud
sudah.
Sepertinya semua berakhir
bahagia. Tapi bagaimana dengan Chanhwa? Kita lihat.
“Minho!” panggil Jongin pada
seorang namja bermata bulat yang berdiri di samping Chanhwa.
“Ne hyung?” jawab Minho
takut-takut.
“Kau harus menjaga adikku
arraseo? Jika kau bisa menjaganya dengan baik, maka suatu saat kau boleh
menikahinya,” ucap Jongin. Minho tersentak dengan ucapan Jongin. Karena
bahagia dia bergerak memeluk Chanhwa erat.
Baiklah, semua sudah berakhir
bahagia. Ternyata memang ada kata ‘happily ever after’ jika kalian
mempercayainya. Dan jika kalian juga percaya, kekuatan ‘TRUE LOVE KISS’ adalah
kekuatan yang besar.
END
Huwaaa~ apa ini? Ini adalah buah
pikiran nista admin setelah menonton film Enchanted. Kalian tahu kan? Itu lho
yang Gissele itu #plak#
Sudahlah tidak usah cuap-cuap. Ffnya
sudah di tunggu seseorang. Lagi pula aku harus belajar, seminggu lagi ujian brooooo~~~
Gila, ujian makin tahun makin mengerikan saja -_- 20 paket soal dengan barcode, ckckckckckck -_-
Gila, ujian makin tahun makin mengerikan saja -_- 20 paket soal dengan barcode, ckckckckckck -_-
Sungyoung-a! Ini Ffnya. Tuh kau sudah jadi istri Taemin. Sudah
puas eoh? Jika belum, terserah padamulah -_- makanya tunggu FF ku selanjutnya hehehehe~ #tawa nista#
Sampai jumpa lagi...annyeong ^^
Review Please~ Review Juseyo ^^
Review Please~ Review Juseyo ^^