Efek Salju

Minggu, 07 April 2013

True Love Kiss






Title : True Love Kiss

Author : Hwang Minhyo (Meilysa)

Leght : Oneshot

Rated : T

Genre : Romance, Fantasy

Cast : Hwang Minhyo, Hwang Sungyoung, Lee Taemin, Kim Jongin, Kim Chanhwa as Jongin's younger sister (Han Chanhwa), Lee Sungmin, Sunny, Choi Minho

Disclaimer : Mereka bukan punya saya. Cuma pinjem nama. Pengennya Jongin oppa jadi punya saya, tapi apa daya -_-

Warning : TYPOs bertebaran, tanpa edit, cerita dari author abal :D

Yang pengen baca, silahkan! Dengan senang hati saya mempersilahkan anda semua membaca cerita saya :D
Yang ngga mau baca, ya udah deh ngga apa-apa :P

Silahkan dibaca~
.
.
.
Alsace

Alsace adalah sebuah negeri yang sagat damai. Negeri yang disebut surganya kebahagiaan, dimana hewan-hewan dapat berbicara dan berhubungan baik dengan manusia. Pohon-pohon tumbuh subur dan bunga-bunga berwarna-warni tumbuh di berbagai tempat. Air mengalir dengan jernihnya sehingga kita bisa berkaca di atasnya. Di tempat ini masih terdapat hal yang disebut raksasa dan juga kurcaci. Di Alsace ini pula dipercaya bahwa kebahagiaan akan berlaku selamanya atau abadi, karena seluruh penghuninya percaya akan hebatnya kekuatan CIUMAN CINTA SEJATI.

Sayup-sayup terdengar nyanyian seorang gadis dari dalam hutan. Jika benar-benar diperhatikan, tampak seorang gadis di dalam rumah pohon yang sedang merangkai sebuah boneka kayu. Disekelilingnya terdapat banyak binatang yang membantunya.

“Cepat! Cepat! Kalian harus cepat! Kita harus menyelesaikannya selagi Minhyo masih mengingat wajah sang pangeran!” ucap seorang tupai dengan cerewetnya. “Minhyo, apa kau yakin dia adalah pangeran yang ditakdirkan untukmu?” tanya tupai itu pada sang gadis.

“Aku yakin Pip. Dia adalah pangeranku, karena dalam mimpiku dia memberikanku ciuman cinta sejati,” jawab Emily sambil memandangi boneka kayu dihadapannya.

“Ini untuk matanya, Minhyo,” ucap sepasang burung sambil menyerahkan 2 buah permata berwarna hitam mengkilat kepada Minhyo. Minhyo menerima permata itu dan memasangnya pada boneka kayu itu sebagai matanya.

“Sempurna!” pekik hewan-hewan yang membantu Minhyo merancang boneka kayu itu. Minhyo tersenyum memandang boneka kayu yang dirancangnya, mata bulatnya berbinar-binar cerah. Namun, tiba-tiba senyumnya menghilang.

“Tunggu! Kita harus membuat bibirnya!” seru Minhyo.

“Apakah itu harus Minhyo?” tanya seekor rusa kecil.

“Tentu saja! Karena tanpa bibir, kita tidak bisa berbagi ciuman cinta sejati,” jawab Minhyo. Hewan-hewan mulai bergotong-royong mencarikan benda yang cocok dijadikan bibir untuk boneka kayu itu. Sambil mencobanya, Minhyo mendendangkan lagu. Suara merdunya terdengar hingga setiap penjuru hutan. Dan tak jauh dari sana....

“Hya! Aku mendapatkannya!” teriak seorang namja muda yang sangat tampan dengan mata hitamnya yang berkilat, hidung mancung, dan bibir yang sangat sexy. Namja itu memakai pakaian ala kerajaan. Saat ini namja itu sedang menaklukkan raksasa berbadan hijau yang biasa disebut ‘Troll’ oleh warga Alsace.

“Pangeran Taemin! Anda memang hebat! Anda mendapatkan troll lagi!” teriak seorang namja setengah baya. Namja itu berjalan mendekati sang pangeran.

“Sudah jelas! Aku adalah pangeran Alsace yang hebat!” ucap Taemin bangga. Sayup-sayup dia mendengar suara nyanyian yeoja yang tak lain adalah Minhyo.

“Sungmin! Kau mendengar suara itu?” tanya Taemin dengan mata berkilat-kilat bahagia.

“Saya tidak mendengar suara apapun Pangeran,” jawab Sungmin.

“Ah! Aku yakin ini adalah suara gadis cantik yang akan memberikan ciuman cinta sejati untukku! Aku akan mendatanginya!” Taemin melompat turun dari atas troll dan berlari menuju kuda putihnya. Dengan secepat kilat Taemin memacu kudanya meninggalkan troll bersama Sungmin.

“Pangeran tunggu!” teriak Sungmin. Namun percuma, Taemin tidak mungkin mendengar seruan Sungmin sama sekali karena dia sudah jauh berlalu. “Hhh~ padahal pangeran selalu disibukkan untuk berburu troll supaya dia tidak bertemu dengan gadis. Aku yakin ratu akan sangat marah,” ucap Sungmin sedih.

“Ciuman cinta sejati,” troll itu berteriak dan segera bangkit. Troll itu berlari menyusul Taemin menuju rumah Minhyo.

“Hey! Kau ingin mendahului ku?! Tidak akan ku biarkan! Aku yang akan mencapai tempat itu lebih dulu!” teriak Taemin lalu memacu kudanya lebih cepat.

Sementara itu...

“Minhyo, apa kau yakin akan menemukannya?” tanya seekor rusa yang berdiri di hadapan Minhyo.

“Tentu saja! Aku akan bertemu dengannya dan berbagi...” ucapan Minhyo terputus karena tiba-tiba rusa itu bergetar ketakutan. “Kau kenapa Lu?” tanya Minhyo cemas. “Kau jangan menakutiku, aku baru saja ingin mengatakan aku dan pangeran akan bertemu dan berbagi~”

“Ciuman cinta sejati,” ucap troll memutus perkataan Minhyo. Sontak Minhyo menoleh kebelakangnya dan Bingo! Dibelakangnya sudah terdapat troll yang siap menangkapnya.

“Kyaaa!” Minhyo segera beranjak dan berlari menghindari troll itu. Dia memanjat pohon yang berada didekatnya. Namun troll itu tetap mangikuti Minhyo. Akhirnya Minhyo melompat ke dahan yang terbilang cukup kecil. Dia berlari menuju ujung dahan itu. Troll itu masih tetap menguikuti Minhyo dan ikut melompat ke atas dahan itu.

Kreeet~

Dahan itu menjuntai ke bawah membuat Minhyo hampir terjatuh. Troll itu makin mendekat dan membuat Minhyo benar-benar terdesak. Tanpa pikir panjang, Minhyo melompat kebawah pasrah dengan yang akan terjadi. Sehingga dahan itu melemparkan sang troll entah kemana.

Bruk~

Minhyo terjatuh di pangkuan Taemin yang masih menunggangi kudanya. Mata coklat bulatnya menatap tepat pada mata hitam Taemin.

“Princess-ku! Kau adalah cinta sejatiku!” ucap Taemin antusias. Minhyo merona mendengar perkataan Taemin. “Siapa namamu? Namaku Lee Taemin, pangeran negeri ini,” ucap Taemin memperkenalkan diri.

“A-Aku Minhyo. Hwang Minhyo,” jawab Minhyo sambil menundukkan kepalanya malu.

“Baiklah! Kita akan menikah besok!” ucap Taemin semangat dan membawa Minhyo pergi dengan kuda putihnya. Sedangkan hewan-hewan sahabat Minhyo mengikuti dari belakang.

Di lain tempat~

“Aku tidak akan membiarkan ini! Tahtaku tidak akan kuserahkan pada siapapun!” teriak seorang yeoja paruh baya dengan gaun mewah berwarna hitam keunguan, memperkental penampilannya yang gothic. “SUNGMIN!” teriak yeoja itu memanggil Sungmin. Sungmin yang memang sudah sampai di istana langsung berlari menghampiri yeoja itu.

“N-Ne Ratu Sunny?” ucap Sungmin tergagap.

“Aku tidak setuju dengan hubungan mereka. Aku akan menggagalkan pernikahan mereka, kau harus berada di pihakku. Mengerti?” ucap Sunny dengan mata berkilat-kilat penuh kebencian.

“Dengan senang hati ratu-ku,” ucap Sungmin sambil menatap Sunny dengan mata berbunga-bunga. Jatuh cinta eoh?
.
.
.
Keesokan harinya

Gluduk~ gluduk~ gluduk~

Sebuah kereta kuda mewah sampai di pelataran isatana. Sungmin sudah bersiap menyambut kereta itu. Pintu kereta terbuka memperlihatkan seorang yeoja cantik dengan gaun pernikahan berwarna putih yang sangat mengesankan.

“Selamat datang calon putri, mari~” perkataan Sungmin terhenti begitu saja karena Minhyo sama sekali tidak menggubris Sungmin dan terus berjalan menuju ke dalam istana. Hewan-hewan sahabat Minhyo mengikutinya dari belakang. Sungmin segera berlari menyusul Minhyo dengan cepat dia menutup pintu istana sebelum hewan-hewan sahabat Minhyo sempat masuk.

“Bagaimana ini? Kita juga ingin masuk,” ucap seekor burung sedih.

“Ah! Aku akan menyelinap masuk dengan mengerat pintu kayu ini,” ucap Pip. Tanpa ba-bi-bu Pip langsung mengerat pintu kayu dihadapannya. Sementara di dalam....

Minhyo berlari terburu-buru untuk segera menemui Taemin. Namun tiba-tiba ditengah jalan seorang nenek mengahalanginya.

“Putri yang cantik, apa kau akan segera menikah?” tanya nenek itu.

“Eng iya. Maaf saya buru-buru,” Minhyo mencoba melewati nenek itu namun gagal.

“Tunggu dulu, aku bisa meramal masa depanmu,” ucap nenek itu lagi.

“Tidak perlu. Saya buru-buru,” ucap Minhyo sambil tetap mencoba melewati nenek tua itu.

“Kemarilah, akan ku tunjukkan sumur yang bisa mewujudkan harapanmu. Semua harapanmu akan terkabul jika kau mengucapkan harapanmu di bibir sumur itu,” ucap sang nenek sambil menyeret Minnyo menuju tempat sumur itu berada. Minhyo yang awalnya ingin menolak akhirnya tertarik juga dengan apa yang dikatakan nenek itu. ‘Semua harapanku bisa terwujud? Wah baguslah jika begitu!’ teriak batin Minhyo girang. Dia sudah menyusun berbagai macam harapannya untuk diucapkan di mulut sumur itu.

“Kemarilah, naiklah kemari dan ucapkan harapanmu,” perintah nenek itu sambil menarik Minhyo kearah bibir sumur. Minhyo melongokkan kepalanya melihat dalamnya sumur itu. Namun belum sempat Minhyo mengucapkan harapannya, tiba-tiba nenek tadi mendorongnya hingga terjatuh ke dalam sumur.

“Kyaaa~” suara Minhyo makin menghilang seiring dengan menghilangnya tubuh Minhyo dari pandangan sang nenek tua yang sedang tertawa bahagia di bibir sumur itu.

Whuzzz~

Nenek tua itu berubah menjadi seorang yeoja dengan gaun hitam pekat. Ya, dialah ratu Sunny. Ibu tiri pangeran Taemin.

“Hahahaha~ aku tidak akan membiarkan tahtaku direbut,” ucap Sunny dengan tatapan tajam membunuh.

Sedangkan Minhyo di dalam sumur itu melayang-layang kebingungan. Tiba-tiba cahaya terang menyelimuti tubuhnya hingga dia terlempar entah kemana.

Blitz~

Sebuah cahaya terpancar dari salah satu lubang saluran air di tepi jalan di tengah kota Seoul. Tutup saluran air itu terbuka menampakkan seorang yeoja cantik dengan gaun putih khas bride. Yeoja itu keluar dari lubang tersebut dengan mengedarkan tatapan bingung ke sekitarnya. Mata bulatnya bergulir ke kanan dan ke kiri memindai setiap bagian kota itu. Denga perlahan dia keluar dari lubang saluran air itu dan dengan kebingungan dia berjalan ke tengah jalan raya.

Tiiin~ tiin~ tiin~

Minhyo berlari kesana-kemari menghindari mobil-mobil yeng berlalu-lalang.

Tiiiiiiiiiinnnn~

Ckiiiitttt~

Hampir. Minhyo hampir tertabrak oleh sebuah mobil Ferrari Scaglietti Merah yang datang dari arah belakang Minhyo. Dengan cepat Minhyo berbalik memandang mobil itu. Retinanya menangkap seorang namja muda dan seorang yeoja kecil yang duduk di samping namja itu.

“Seorang putri!” teriak yeoja kecil itu lalu berlari keluar mobil dan menghampiri Minhyo.

“Chanhwa tunggu!” namja muda itu mengikuti yeoja kecil tadi.

“Apa kau adalah barbie yang hidup?” tanya Chanhwa –yeoja kecil tadi- kepada Minhyo dengan mata berbinar. Tangannya menyentuh gaun putih Minhyo yang biasanya hanya dia lihat di film barbie kesukaannya.

“Aku Hwang Minhyo. Sebentar lagi aku akan menjadi putri, tapi aku tersesat sekarang. Aku mencari rumahku, disini disini sangat dingin,” ucap Minhyo dengan raut wajah sedih.

“Chanhwa! Apa yang kau lakukan eoh? Kenapa langsung keluar dari mobil dan hujan-hujanan?” tanya namja itu pada Chanhwa yang masih sibuk menyentuh gaun Minhyo. Namja itu memandang Minhyo dengan dahi berkerut. ‘Mau apa yeoja ini berpakaian seperti ini di tengah jalan raya?’ batin namja itu heran.

“Jongin oppa! Kita ajak dia pulang ne?” ucap Chanhwa membuyarkan lamunan Jongin. Jongin langsung mengalihkan pandangannya pada Chanhwa.

“Kau tadi mengatakan apa Chanhwa-ya?” tanya Jongin. Chanhwa mengembungkan pipinya karena kesal.

“Bagaimana jika eonni ini kita bawa pulang? Dia seorang putri,” ucap Chanhwa dengan senyum manis yang terukir di bibirnya.

“Chanhwa-ya. Kita tidak bisa membawanya pulang. Kita tidak mengenalnya. Kita bisa dituduh menculik jika kita nekat membawa dia pulang,” Jongin menunduk, mensejajarkan tingginya dengan Chanhwa. Tangannya mengelus pelan rambut yeodongsaeng-nya itu –Chanhwa-.

“Tapi oppa. Apa oppa tidak kasihan melihat dia kedinginan?” tanya Chanhwa sambil menunjuk Minhyo. Jongin mengikuti arah jari telunjuk Chanhwa. Retinanya menangkap wajah cantik Minhyo mulai memucat. Jika diperhatikan gaun Minhyo memang sedikit terbuka. Ya, bahu Minhyo terekspose. Pantas Minhyo kedinginan.

“Hhhh~” Jongin menghela nafas panjang. Dia bangkit dan memperhatikan Minhyo juga Chanhwa bergantian. “Baiklah. Kau boleh ikut kami pulang. Tapi aku hanya akan membiarkanmu tinggal sebentar. Kau hanya perlu mandi, berganti baju, dan menelpon ke rumahmu. Setelah itu kau harus pulang. Chanhwa, cepat masuk kedalam mobil!” Jongin berjalan menuju mobilnya. Chanhwa pun berlari menuju mobilnya dan mendudukkan diri di kursi di samping kemudi. Tangan kanan Jongin bergerak meraih pintu namun terhenti. Dia kembali melihat Minhyo yang masih berdiri mematung. “Hey kau, cepat masuk kedalam mobil!” perintah Jongin namun Minhyo tetap diam. “Ish! Jinjja!” Jongin berjalan kearah Minhyo dan menyeretnya dengan pelan memasuki Ferrarinya. Jongin pun segera memposisikn diri di kursi kemudi dan menjalankan mobilnya menuju apartemen yang ditinggalinya.
.
.
.
“Wah! Besar sekali! Apa ini istanamu? Apa kau seorang pangeran?” Minhyo menatap antusias pada Jongin dengan mata bulat besarnya yang bersinar. Jongin hanya menatap Minhyo tidak percaya, namun dia tetap menjawab pertanyaan Minhyo.

“Aku bukan pangeran dan ini bukan istana. Bangunan ini disebut A-PAR-TE-MEN. Apartemen, kau mengerti?” ucap Jongin dengan penuh penekanan. Minhyo memiringkan kepalanya imut. Dia mengerjap-ngerjapkan mata, memandang Jongin dengan pandangan tidak mengerti.

“Kau tidak mengerti apa itu apartemen?” tanya Jongin setelah bisa mengartikan tatapan tidak mengerti Minhyo. Dan Minhyo hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Jongin. Seketika Jongin sweetdrop.

“Hhh~. Dengar! Apartemen adalah bangunan besar dimana di dalamnya ada banyak ruangan-ruangan. Nah di setiap ruangan, akan ditempati oleh seseorang atau satu keluarga. Apa kau mengerti?” Jongin mencoba menjelaskannya sesederhana mungkin. Minhyo tersenyum kemudian mengangguk.

“Wah! Hebat! Di Alsace tidak ada tempat seperti ini,” gumam Minhyo sambil terkagum memandangi apartemen mewah di depannya.

“Oppa~ di luar dingin sekali. Ayo kita masuk~” rengek Chanhwa sambil mengeratkan jaket yang dipakainya. Jongin yang tersedar bahwa mereka masih di luar segera menggendong Chanhwa dan mengajak Minhyo masuk. Minyo hanya menurut dan mengikuti di belakang Jongin. Mereka berjalan menuju lift.

Ting!

Lift itu terbuka. Jongin melangkah masuk namun tidak dengan Minhyo. Dia malah terkagum-kagum menyaksikan kecanggihan teknologi di hadapannya ini.

“Wah! Pintunya bisa membuka sendiri!” ucap Minhyo antusias. Dia memperhatikan pintu lift itu tanpa berkedip. Sedangkan Jongin dan Chanhwa hanya menatapnya cengo.

“Eonni, ayo cepat masuk!” Chanhwa yang sudah tidak sabar segera menarik Minhyo memasuki lift itu. Pintu lift pun tertutup dan mulai berjalan.

“Kyaaa! Ruangannya bergerak!” Minhyo yang kaget, refleks langsung memeluk Jongin yang ada di sampingnya.

“Yak! Yak! Lepaskan aku! Hey!” Jongin berontak di dalam dekapan Minhyo. Namun setelah lift berhenti, Minhyo baru membuka pelukannya. “Aku hampir mati~” desah Jongin sambil meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

Minhyo berjalan ke luar lift dengan di tarik Chanhwa, sedang Jongin mengikutinya di belakang.

“Ayo masuk!” Chanhwa mempersilahkan Minhyo masuk.

Klontang~

Minhyo, Jongin, dan juga Chanhwa serentak menatap benda yang jatuh tersebut. Tempat payung. Chanhwa dan Jongin menatap Minhyo bersamaan.

“Ehehehe~ maaf! Sepertinya gaun buatanku terlalu lebar ne?” Minhyo menggosok tengkuknya canggung. Jongin dan Chanhwa saling berpandangan kemudian menghembuskan nafas panjang sambil sweetdrop.

“Ya sudah. Chanhwa-ya, tunjukkan di mana kamar mandinya dan ambilkan baju eomma untuk Minhyo. Mungkin dia bisa memakainya sementara. Jika ukurannya tidak pas, ambil saja baju Sung Young yang dititipkan di lemari mu ne? Aku ingin membereskan file-file untuk rapat besok dulu,” Jongin meninggalkan Chanhwa dan Minhyo yang sedang duduk-duduk di ruang tamu apartemennya. Chanhwa masih betah memperhatikan gaun yang dipakai Minhyo.

“Apa gaun ini benar-benar buatanmu?” tanya Chanhawa penasaran. Minhyo tersenyum dan mengangguk.

“Tentu saja. Aku mengumpulkan benangnya dari ulat-ulat, lalu memintalnya menjadi kain. Setelah itu aku menjahitnya menjadi gaun,” jawab Minhyo dengan bangga.

“Apa kau mengerjakannya sendiri?” tanya Chanhwa lagi.

“Tidak. Kelinci-kelinci yang membantuku,” Minhyo menjawab sambil menguap lebar. Dia mengedip-ngedipkan matanya untuk mengusir rasa ngantuknya.

“Apa kau benar-benar seorang putri?” tanya Chanhwa lagi.

“Belum. Tapi sebentar lagi aku akan jadi putri. Andai saja aku tidak melihat terlalu dalam pada sumur itu, aku tidak akan tersesat di sini dan tidak akan meninggalkan Alsace serta pangeranku, Taemin,” ucap Minhyo sedih. Matanya berkaca-kaca.

“Alsace? Taemin?” Chanhwa mengulang kata-kata asing yang di ucapkan Minhyo barusan.

“Iya. Alsace adalah tempat dimana aku tinggal sebelumnya. Dan Taemin, Lee Taemin, adalah pangeran yang akan menikahiku dan memberiku ciuman cinta sejati,” ucap Minhyo sambil menerawang jauh. Dia tersenyum sendiri. Sedangkan Chanhwa yang tidak tahu maksud pembicaraan Minhyo hanya mengangkat bahu dan bergegas mengambilkan baju untuk Minhyo.

Chanhwa keluar dari kamarnya dengan membawa baju untuk Minhyo, namun dia langsung menganga saat melihat Minhyo tidur meringkuk di sofa. Dia langsung berlari ke kamar oppa-nya untuk memberitahu sang oppa.

“Oppa, sepertinya Minhyo eonni benar-benar kelelahan. Dia tertidur di sofa,” ucap Chanhwa memberitahu sang kakak. Pandangan Jongin beralih dari file-file di tangannya kearah Chanhwa, matanya membulat sempurna.

“Aish! Bagaimana bisa?!” Jongin beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Dia melihat Minhyo yang tidur nyenyak. Dengan penuh amarah dia meraih gagang telpon yang ada di runag tamu dan segera menghubungi seseorang.

“Chanhwa-ya, kau segera tidurlah. Besok kau harus sekolah. Ingat! Sikat gigi dan cuci kaki tangan dulu sebelum tidur, arraseo!” pesan Jongin kepada Chanhwa. Chanhwa mengangguk dan berlari ke dalam kamarnya. Namun sebelum menutup pintunya dia sempat berteriak pada Jongin. “Oppa! Aku harap kau membiarkan Minhyo eonni menginap disini malam ini!” teriak Chanhwa lalu menutup pintu kamarnya. Jongin menghela nafas panjang, jarinya bergerak memencet beberapa nomor lalu menempelkan gagang telpon itu ke telinganya.

“Halo? Aku butuh taksi ke apartemen ku ne?” ucap Jongin di telpon. Terdengar sahutan dari seberang.

“Baik tuan. Kami akan segera mengirimnya,” balas suara di seberang. “Maaf tuan, dimana alamat apartemen anda?” tanya suara di seberang setelah menyadari bahwa penelpon belum menyebutkan alamat apartemennya. Jongin terdiam memandangi Minhyo yang tertidur sangat pulas. Entah kenapa timbul rasa iba darinya.

“Halo tuan?!” suara di seberang telpon menyadarkan Jongin dari lamunan sesaatnya.

“Ah tidak jadi,” ucap Jongin lalu menutup telpon itu. Dia mendekati Minhyo dan memperhatikan wajah damai Minhyo yang sedang tertidur. Kepala Minhyo bergerak-gerak seperti anak kucing yang sedang tidur. Jongin tersenyum melihatnya.

“Tidak ada salahnya membiarkan nona ini menginap. Kasihan juga jika membiarkannya berkeliaran malam-malam seperti ini. Sepertinya dia benar-benar kebingungan,” ucap Jongin pada diri sendiri. Dia beranjak dari duduknya menuju kamar Chanhwa. Dengan perlahan dibukanya pintu kamar Chanhwa. Terlihat Chanhwa sudah tertidur di ksurnya. Dengan perlahan Jongin mendekati dongsaengnya itu. Jongin menarik selimut yang digunakan Chanhwa hingga sebatas dada dan mengecup kening Chanhwa perlahan.

“Tidur yang nyenyak Chanhwa-ya,” ucap Jongin pelan lalu beranjak kaluar kamar. Retinanya tak sengaja menangkap sosok Minhyo yang menggigil dengan mata tetap tertutup. Jongin segera menuju kamarnya, mengambil selimut dan menyelimutkannya pada Minhyo. Dia lalu bergegas mandi dan tidur mengistirahatkan tubuh lelahnya.
.
.
.
Ciiit~ ciiit~ ciiit~

Burung bersiul indah di pagi itu. Minhyo menggeliat pelan dalam tidurnya. Matanya membuka perlahan menampakkan keping granit bening berwarna kecoklatan. Minhyo mendudukkan diri kemudian meregangkan tubuhnya. Dia melihat sekeliling. Dahinya mengernyit ketika menyadari betapa kotornya apartemen Jongin. Dia lalu beranjak dan membuka jendela kecil yang ada di ruangan itu. Burung-burung masuk dan berterbangan di dalam ruang itu. Tikus-tikus juga keluar dari sarangnya. Seekor kera kecil masuk melalui jendela yang dibuka Minhyo tadi. Binatang-binatang itu berjajar di hadapan Minhyo.

“Baiklah. Aku ingin meminta bantuan kalian. Maukah kalian membantuku membersihkan apartemen ini? Tolong dibersihkan sebersih mungkin ne?” ucap Minhyo lembut. Hewan-hewan itu langsung melaksanankan tugas masing-masing. Mereka saling bekerja sama. Minhyo tersenyum melihat kerja ‘sahabat-sahabatnya’ itu.

“Eugh~” Jongin melenguh pelan sambil meregangkan tubuhnya. Dia merasa ada sesuatu yang bergerak-gerak di atas selimutnya. Dengan berat dia membuka matanya dan melihat apa yang bergerak di atas selimutnya.

1 detik...tak ada respon

2 detik...nyawa Jongin baru terkumpul setengahnya

3 detik...Jongin mengerjap-ngerjap

4 detik...mata Jongin melebar

5 det...

“Huwaaaaa!!!! Tikus! Tikus! Pergi kau! Hush~ hush~” belum sampai hitungan 5 detik, Jongin sudah berlari tunggang langgang di dalam kamarnya. Dengan terburu-buru dia berlari keluar kamarnya yang sudah dipenuhi tikus-tikus yang berkeliaran. Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat apartemennya seolah-olah berubah menjadi kebun binatang. Sambil terus menghindari tikus-tikus yang berlalu lalang di lantai, Jongin mencari siapapun yang bisa menusir binatang-binatang menjijikkan –menurut Jongin- ini. Bingo! Jongin melihat Minhyo yang kebingungan mencari sesuatu.

“Minhyo...Minhyo...tolong aku...huwaaaa!” Jongin panik dan seketika berteriak keras saat ada seekor tikus lewat di kakinya.

“Oppa sudah bangun?” sapa Minhyo.

“Singkirkan hewan menjijikkan ini dariku!” teriak Jongin frustasi. Minhyo malah terkikik geli melihat Jongin. Dia mengambil tikus yang bergelantungan di baju Jongin.

“Wae oppa? Mereka semua baik oppa. Bukankah mereka terlihat sangat lucu?” Minhyo mengelus pelan kepala tikus putih itu perlahan. Terlihat sang tikus menikmati belaian Minhyo dengan memejamkan matanya. Jongin hanya menatap jijik pada tikus itu.

“Baiklah semua! Kalian boleh pulang. Terima kasih atas batuannya!” ucap Minhyo pada binatang-binatang itu. Dengan seolah diberi aba-aba, binatang-binatang itu keluar satu persatu meninggalkan apartemen Jongin. Sedang Jongin hanya mengaga melihat apa yang terjadi di haapannya. Dengan menghembuskan nafas panjang, Jongin mendudukkan dirinya di kursi sofa.

“Oppa, aku ingin mandi. Jadi dimana aku harus mandi?” tanya Minhyo dengan polosnya. Jongin mengernyit menyadari satu ucapan aneh yang dilontarkan Minhyo.

“Sejak kapan kau memanggilku oppa?” tanya Jongin aneh.

“Sejak tadi pagi?” jawab Minhyo seadanya. “Aku mendengar Chanhwa selalu memanggilmu dengan sebutan itu. Karena aku tidak tahu namamu, jadi aku memanggilmu begitu. Apa itu bukan nama panggilanmu?” tanya Minhyo polos.

“Haah~ namaku Kim Jongin. Panggil saja Jongin. Oppa itu panggilan untuk laki-laki dari perempuan yang lebih muda dan sudah akrab. Apa di tempat mu tidak ada panggilan seperti itu?”

“Di tempatku seseorang memanggil orang lain dengan sebutan kasih, sayang, cinta, dan sejenisnya,” jawab Minhyo. Jongin mengernyitkan dahinya.

“Menjijikkan!”

“Itu tidak menjijikkan. Dari situlah kau mengekspresikan kasih sayangmu kepada orang yang kau panggil,” ucap Minhyo menjelaskan.

“Aish! Terserah kau saja. Kau bilang kau ingin mandi kan? Kajja, kutunjukkan di mana kamar mandinya,” Jongin menunjukkan letak kamar mandi pada Minhyo.

“Bagaimana cara mandinya?” tanya Minhyo bingung.

“Astaga! Perhatikan aku!” dengan kesabaran yang dipaksakan, Jongin menjelaskan pada Minhyo. Minhyo hanya mengangguk-angguk saja. “Ya sudah. Cepat mandi!” Jongin keluar dari kamar mandi dan segera menuju dapur, berencana membuat sarapan.

“Eh? Kenapa bersih sekali?” Jongin heran melihat dapurnya sangat bersih, tidak seperti biasanya. Dia berlari ke ruang tamu lalu ke kamarnya, dan hanya satu kata yang ada di kepalanya. Bersih. ‘Apa ini pekerjaan hewan-hewan itu?’ batin Jongin.

“Jongin! Bagaimana cara mematikan ini?!” teriak Minhyo dari dalam kamar mandi. Jongin menepuk jidatnya dan segera menuju kamar mandi.

Cklek~

“Astaga!” pekik Jongin lalu menutup matanya dan kembali keluar. Pasalnya Minhyo belum mengenakan apapun dan artinya dia masih naked.

“Aku sudah selesai,” ucap Minhyo lalu keluar dengan tubuh yang dililit handuk. “Maaf, aku tidak bisa mematikan mesin itu,” ucap Minhyo sambil menunnjuk shower yang masih menyala. Jongin segera mematikannya dan berbalik menghadap Minhyo. Namun tanpa sengaja dia menginjak sabun dan tergelincir menabrak Minhyo.

Bruk~

Keduanya terjatuh dengan posisi Minhyo di bawah dan Jongin diatasnya dengan menumpu tubuh dengan kedua tangannya. Keduanya berpandangan, belum sadar dengan posisi masing-masing. Minhyo memandang Jongin dengan pandangan polosnya, sedang Jongin memandang Minhyo dengan pandangan kaget.

“Astaga!” pekikan seseorang menyadarkan keduanya. Jongin segera beranjak dari atas Minhyo. Begitu pula dengan Minhyo yang segera bangkit dari jatuhnya.

“Sungyoung, ini tidak seperti yang kau pikirkan,” Jongin mencoba mendekati yeoja yang baru saja memasuki apartemennya. Namun yeoja yang dipanggil Sungyoung itu malah menghindari Jongin.

“Jadi ini yang kau lakukan ketika aku tidak ada? Aku tidak menginap disini karena aku menghormati pendapatmu untuk menjaga jarak ketika ada Chanhwa. Tapi ternyata kau malah berduaan dengan yeoja itu?!” marah yeoja yang dipanggil Sungyoung itu.

“Ini bukan...ah! Aku hanya menolongnya...dia...”

“Hai! Namaku Minhyo. Aku dari Alsace. Sebentar lagi aku akan menikah,” ucap Minhyo memperkenalkan diri sambil menyalami tangan Sungyoung. Sungyoung menautkan alisnya.

“Menikah?” tanya Sungyoung.

“Belum. Belum menikah Sungyoung-a!” sela Jongin sebelum Minhyo sempat menjawab. Sungyoung mendengus kesal lalu meninggalkan apartemen Jongin. Jongin bingung apa yang harus dilakukannya. Tapi akhirnya dia mengejar Sungyoung.

“Sungyoung-a tunggu! Sungyoung-a!” teriak Jongin, tapi sayang Sungyoung sudah terlanjur naik taksi meninggalkan apartemen Jongin. Jongin menyerah dan kembali masuk ke apartemennya.

Dia sudah melihat Minhyo menggunakan gaun dengan motif bunga-bunga. Dia berjalan melewati Minhyo namun langkahnya terhenti.

“Baju ini?” Jongin membolak-balik kain gaun yang dipakai Minhyo. “Kau mendapat ini dari mana?”

“Aku...” belum sempat Minhyo menjawab, Jongin sudah berjalan ke arah ruang keluarga.

“Ini?!” Jongin menganga melihat gorden di ruang keluarganya sudah berlubang-lubang dengan pola bentuk gaun. Minhyo hanya tersenyum tanpa dosa kearah Jongin. Chanhwa yang mendengar kegaduhan sudah keluar kamar dan berdiri di dekat Jongin. Jongin menatap Chanhwa dan seolah teringat hal besar yang sangat penting.

“Sekolah! Chanhwa harus sekolah!” pekik Jongin panik. Dia segera menggiring Chanhwa ke kamar mandi dan menyiapkan air untuknya. Sedangkan Minhyo dengan cekatan memasak makanan untuk Jongin dan Chanhwa.

Pagi yang benar-benar sibuk dan melelahkan. Berkali-kali Jongin menghela nafasnya sambil tetap berkonsentrasi mengemudikan mobilnya menuju sekolah Chanhwa.

“Minhyo eonni, gaun mu bagus sekali,” ucap Chanhwa mencairkan suasana hening yang tercipta di dalam mobil. Minhyo tersenyum untuk menanggapi ucapan Chanhwa.

“Kau suka? Aku bisa membuatkannya untukmu,” ucap Minhyo. “Dengan kain yang lain pastinya,” sambung Minhyo setelah mendapat tatapan tajam dari Jongin.

“Mian Jongin-ssi. Siapa yeoja yang tadi?” tanya Minhyo sedikit ragu. Takut jika Jongin marah.

“Dia tunangan ku. Namanya Hwang Sung Young,” jawab Jongin datar.

“Hwang? Sama seperti ku?” ucap Minhyo dengan mata bulatnya yang semakin membulat.

“Yeah. Ngomong-ngomong, apa benar kau datang dari dunia lain?” tanya Jongin sudah tidak sedingin tadi.

“Entahlah. Aku datang dari Alsace. Dan tempatnya bukan seperti disini. Disana masih banyak hutan...dan...hewan-hewan bisa bicara,” jawab Minhyo sambil menerawang keluar jendela.

“Hhh~ lalu kau harus kuantar kemana?” tanya Jongin gusar.

“Biarkan Minhyo eonni tinggal di apartemen kita oppa,” ucap Chanhwa.

“Tidak bisa Chanhwa. Kita harus...”

“Jika oppa tidak mau. Maka aku tidak akan mau pulang dan tidak akan mau makan!” ucap Chanhwa keras kepala. Jongin menghela nafasnya.

“Baiklah...baiklah...oppa mengerti. Minhyo akan tinggal di apartemen kita. Tapi kau harus pulang dan mau makan ne?” ucap Jongin akhirnya. Hey, bagaimanapun Chanhwa itu adik yang sangat disayanginya. Karena hanya tinggal Chanhwa-lah keluarganya.

“Yey! Gomawo oppa! Chu~” Chanhwa mengecup pipi Jongin sekilas dan melesat keluar dari mobil untuk masuk ke sekolahnya, karena kebetulan mereka sudah sampai.

“Pindahlah kedepan,” ucap Jongin. Sedang Minhyo hanya menatap Jongin dengan polosnya. “Aku tidak mau terlihat seperti supirmu,” sambung Jongin lagi. Minhyo mengangguk dan berpindah kedepan.

“Aku akan ke kantor. Kau akan ku ajak, tapi kau tidak boleh membuat onar. Arraseo?” ucap Jongin. Minhyo mengangguk patuh.

Mereka pun sampai di kantor Jongin. Banyak pasang mata yang memperhatikan Jongin dan Minhyo. Jongin merasa risih dan hanya mampu menebar senyum canggungnya ke orang-orang. Sedangkan Minhyo malah asik sendiri memperhatikan benda-benda asing yang belum ia lihat sebelumnya.

“Siapa dia?” tanya seorang rekan kerja Jongin. Jongin hanya mengangkat bahu tidak peduli. Dilihatnya Minhyo yang asik memandangi ikan-ikan di dalam akuarium. Jongin berjalan mendekati Minhyo.

“Kau tunggulah disini. Aku akan mengadakan meeting sebentar,” ucap Jongin. Minhyo hanya mengangguk sambil terus memperhatikan ikan-ikan itu. Tak lama setelah Jongin memasuki ruang rapatnya, terdengar keributan dari dua orang (namja dan yeoja) yang sedang bertengkar. Minhyo memandang sedih pasangan itu dan mendekati mereka.

“Hey! Kalian sedang apa?” tanya Minhyo.

“Ini bukan urusan mu!” bentak pasangan itu.

“Jangan bertengkar,” Minhyo mencoba menenangkan pasangan itu.

“Tau apa kau ha?! Aku sudah muak dengan namja seperti dia! Penghianat!” teriak sang yeoja sambil menudingkan telunjuknya ke sang namja.

“Apa maksudmu penghianat ha?! Kau yang tidak mengerti!” teriak balik sang namja.

“Berhenti! Apa kalian pikir dengan bertengkar semuanya akan selesai? Semua akan berhenti jika kalian menyadari bahwa kalian saling melengkapi. Yeoja akan melengkapi namja, begitu pula sebaliknya. Sebuah hubungan tidak akan selalu menemui kebahagiaan. Mereka juga akan menemui kesedihan, namun kesedihan itulah pelengkap hubungan kita dan akan mempererat hubungan kita. Jika kalian saling percaya, maka semuanya akan menjadi baik-baik saja dan menjadi semakin indah,” ucap Minhyo dengan senyum melekat dibibirnya. Di akhir kalimatnya, dia memejamkan mata sambil tersenyum.

“Dasar orang gila! Aku tidak jadi menemui Kim Jongin. Memuakkan!” ucap sang yeoja lalu pergi meninggalkan tempat itu.

“Maaf tuan Jongin, clien anda pergi begitu saja,” ucap seorang staf kepada Jongin yang menunggu dengan tenang cliennya.

“Apa?! Kenapa bisa?!” teriak Jongin marah.

“Seorang yeoja dengan gaun biru muda telah membuat onar,” jawab staf itu. Jongin memicingkan matanya. ‘Yeoja dengan gaun biru? Minhyo!’ batin Jongin. Dengan secepat kilat dia sudah keluar dari ruang tersebut dan melihat Minhyo yang sedang memejamkan mata sambil tersenyum-senyum aneh dan orang-orang yang memperhatikan di sekelilingnya. Dengan segera Jongin menarik Minhyo dari sana.

“Eh? Kita akan kemana? Kau sudah selesai?” tanya Minhyo ditengah seretan Jongin. Dengan kesal Jongin menyentakkan genggamannya hingga Minhyo terdorong ke depan.

“Apa sebenarnya maumu?! Kau sudah mengacaukan kehidupanku!!” teriak Jongin marah, frustasi.

“Apa aku berbuat salah?” tanya Minhyo sedih.

“Kau masih bertanya?! Kau baru saja membuat clien ku pergi kau tahu?! Kau bisa membuatku dipecat dari sini!!” teriak Jongin frustasi. Tapi teriakan itu sukses membuat mata Minhyo berkaca-kaca.

“Maafkan aku...” lirih Minhyo. Jongin tersentak mendengar suara bergetar Minhyo. Dia menatap Minhyo yang sedang meremas gaunnya dan menggigit bibir bawahnya dengan air mata yang sudah menggenang. Aish, melihatnya membuat Jongin merasa bersalah.

“A-Aku...maaf...aku tidak bermaksud membentakmu. A-Aku hanya...terbawa...emosi,” ucap Jongin menyesal. Minhyo menatap Jongin dengan matanya yang berkaca-kaca, lalu dia tersenyum melihat Jongin memasang wajah menyesalnya.

“Baiklah. Aku tidak akan mengulanginya,” ucap Minhyo berjanji.

“Aish! Ya sudahlah kalau begitu. Kita jalan-jalan sebentar, aku sudah tidak ada pekerjaan,” ucap Jongin lalu berjalan keluar kantor dan diikuti Minhyo.

Sementara itu~

“Sungmin!” teriak ratu Sunny menggelegar di seluruh istana.

“I-Iya. Ratu-ku,” jawab Sungmin yang entah datang darimana, yang jelas dia sudah dihadapan ratu Sunny.

“Jangan menyebutku dengan sebutan itu bodoh! Sebut aku dengan sebutan ‘yang mulia’,” titah ratu Sunny kepada Sungmin.

“Baik yang mulia,” ucap Sungmin.

“Aku ingin kau mendatangi Minhyo dan buat dia sengsara di sana. Dan, bawalah 2 apel ini. Berikan kepada Minhyo dan dia akan tertidur untuk selamanya hahahahahaha~” titah ratu Sunny dengan penuh otoritas. Dari tawanya terdengar bahwa dia sedang merencanaan niat buruk.

“Apapun untuk anda ratuku,” jawab Sungmin lalu segera mengambil apel itu dan masuk ke dalam sumur yang menghubungkan dunia manusia dengan Alsace.

Blitz~

Lagi-lagi. Seberkas cahaya muncul dari dalam lubang air di tepi jalan kota Seoul. Sungmin keluar dari dalam lubang itu.

“Ahaha~ waktunya menjalankan tugas ratu Sunny-ku yang cantik,” ucap Sungmin dengan semangat. Dia berjalan ke arah taman kota. Tak sengaja dia melihat Minhyo sedang merangkai sebuah bunga di tepi sungai kecil yang ada di taman itu. Meski terhalang banyak orang, tapi Sungmin yakin bahwa itu adalah Minhyo.

“Tunggu saja gadis manis,” ucap Sungmin dengan seringaian di bibirnya.

Dengan cekatan Minhyo merangkai bunga-bunga warna-warni di tangannya membentuk love. Jongin duduk di sampingnya sambil meminum soft drink. Sesekali manik hazel-nya melirik Minhyo yang sangat ahli merangkai bunga itu.

“Kenapa kau harus membuat hal konyol seperti itu?” tanya Jongin dengan nada dingin.

“Ini akan membuat Sung Young memaafkanmu. Kenapa kau tidak berkata sebelumnya bahwa lusa adalah hari ulang tahun Sung Young? Kau tidak boleh membuatnya marah,” ucap Minhyo sambil tetap fokus dengan karangan bunganya.

“Memberikan sesuatu seperti ini bukan gayaku,” ucap Jongin.

“Kau harus memberikan ini. Yeoja sangat menyukai bunga,” ucap Minhyo keras kepala. Dengan satu jentikan jari, dua burung merpati berwarna putih menghampiri Minhyo. Burung itu bertengger di pundak kanan dan pundak kiri Minhyo.

“Pinjam kertas dan bolpoinmu,” Minhyo menengadahkan tangannya di hadapan Jongin. Jongin hanya menurut dan memberikan kertas serta bolpoin pada Minhyo. Minhyo menuliskan kalimat 'Sungyoung, maafkan aku. Aku sangat mencintaimu~' pada kertas itu dan melipatnya kemudian menyelipkan kertas itu di karangan bunga tadi.

“Nah, kalian bahwalah ini kepada Sung Young. Wanita cantik yang akan menikahi namja ini. Kalian mengerti?” ucap Minhyo pada kedua merpati tersebut. Sepasang merpati itu mengapit karangan bunga tadi bersama di paruh mereka kemudian terbang. Jongin menganga menyaksikan hal itu. ‘Berbicara dengan hewan? What the...!!!’ batin Jongin.

“Konyol,” gumam Jongin pelan. Namun Minhyo masih mendengar gumaman Jongin, dia hanya tersenyum. Dia ikut beranjak mengikuti Jongin yang sudah mulai berjalan meninggalkannya.

“Kau tidak percaya pada dongeng?” tanya Minhyo.

“Sama sekali tidak percaya. Itu hanya sebuah cerita karangan yang diceritakan untuk mengantar anak-anak tidur. Sama sekali tidak bisa dipercaya,” ucap Jongin kesal.

“Tapi kau harus percaya,” ucap Minhyo keras kepala.

“Nona manis. Silahkan menikmati apel ini. Ini adalah apel termanis yang pernah ada,” ucap seorang namja yang menawarkan apel berbalut karamel pada Minhyo (kalian pasti tahu siapa namja itu -Sungmin-). Minhyo yang tertarik langsung mengambilnya.

“Terima kasih!” ucapnya riang.

“Kau sangat aneh. Dan kuanggap itu karna kau memiliki gangguan jiwa,” ucap Jongin dengan santainya sambil memasukkan kedua tagannya pada saku celana.

“Ha?! Kenapa begitu?!” Minhyo menghentak-hentakkan tangannya dan mengibaskan tangannya persis anak kecil yang ngambek. Tak sengaja apel itu terlempar dari tangannya. “Oh! Apelnya!” Minhyo melihat apel itu melayang dan mencebur ke kolam ikan.

“Ya sudahlah. Lagipula kau mendapatkannya gratis,” ucap Jongin santai lalu melanjutkan jalannya. Minhyo sedari tadi mengoceh tanpa berhenti. Entah dia menceritakan tentang Alsace, pangeran Taemin yang akan menikahinya, juga teman tupai kecilnya bernama Pip. Minhyo sangat riang hingga membuat Jongin ikut tersenyum.

“Nona, mau apel? Apel ini sangat nikmat dan segar. Ini adalah stok terakhir. Jadi aku akan memberikannya gratis padamu,” ucap seorang namja yanga tak lain dan tak bukan adalah Sungmin yang sedang menyanar. Minhyo menatap apel itu dengan mata berbinar.

“Terima kasih!” Minhyo menerima apel itu.

“Aka lebih baik kalau kau segera memakannya di sini nona,” ucap Sungmin mencoba merayu Minhyo supaya mau segera memakan apel itu. Minhyo mengengguk dan sudah bersiap membuka mulutnya. Namun...

“Minhyo! Astaga! Kita harus cepat menjemput Chanhwa ke sekolah!” teriak Jongin kemudia berlari. Minhyo yang kaget pun langsung melempar apel itu dan berlari mengikuti Jongin. Sungmin menggeram kesal dan segera pergi dari sana. Dia berjalan ke bawah sebuah pohon besar sambil minum.

Srrt~

“Hey bodoh! Kenapa memberi apel pada Minhyo saja kau tidak becus eoh?!” teriak sebuah suara. Sungmin menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Ah, apa karena aku terlalu mencintai ratu Sunny hingga aku mendengar suaranya disini?” gumam Sungmin pelan.

“Hey! Kau tidak mendengarku?! Lihat air minummu sekarang!” refleks Sungmin pun melihat air minumnya. Disana ternyata sudah terdapat wajah ratu Sunny yang sudah memasang wajah seram.

“Yang mulia!” kaget Sungmin.

“Apa kau tahu bahwa apel itu adalah apel langka ha?! Disini hanya tinggal satu. Dan asal kau tahu bahwa ini adalah apel beracun yang sudah tidak akan tumbuh lagi. Dan apel ini satu-satunya!” teriak ratu Sunny sambil memegang sebuah apel di tangan kanannya. “Kau ternyata terlalu bodoh untuk ku percaya!” teriak ratu Sunny geram lalu menghilang dari air itu. Sungmin memasang wajah sedih.
.
.
.
@Alsace

“Kemana perginya permaisuriku? Calon istriku? Ciuman cinta sejatiku?” pangeran Taemin berjalan kesana kemari panik. Calon pengantin wanitanya tak kunjung datang.

“Pangeran!” seekor tupai kecil menghampiri Pangeran Taemin dengan terengah-engah.

“Oh hewan kecil. Ada apa?” tanya Pangeran Taemin ramah.

“Minhyo...Minhyo masuk kedalam sumur sakti itu!” teriak tupai itu.

“Apa?!” pekik pengeran Taemin kaget. “Kita harus segera menyusulnya!”

“Tunggu dulu. Jangan sampai sang ratu tahu bahwa pangeran mengejar Minhyo!” ucap tupai itu yang berada di genggaman pangeran.

“Aku tahu. Terima kasih...eng, siapa namamu?”

“Pip. Namaku Pip!” ucap tupai itu.

“Baiklah sobat kecil kita masuk kedalam sana!” pangeran Taemin melompat masuk kedalam sumur itu bersama Pip tanpa sepengtahuan ratu Sunny.

Blitz~ Klang~

Sosok pangeran Taemin seketika muncul diatas lubang air itu. Semua mata memperhatikannya. Memandang aneh pada pangeran Taemin yang berdiri dengan angkuhnya di atas samping lubang air itu.

Blitz~

“Hap! Tertangkap sobat kecil,” ucap Taemin sambil menggengam Pip yang baru saja muncul. “Baiklah kita mulai mencari Minhyo.”

Other Side~

“Jongin~” panggil seorang yeoja dengan setelan jas rapi yang melekat sangat pas ditubuhnya. Jongin yang merasa dipanggil menoleh dan melihat seorang yeoja cantik menghampirinya.

“Sung Young, akhirnya kau mau menemuiku,” ucap Jongin lega. Dengan segera dia memeluk yeoja itu.

“Aku tidak menyangka kau akan seromantis ini,” ucap Sung Young sambil menunjukkan karangan bunga yang di bawanya. Jongin tersenyum melihatnya. “Bagaimana kau membuatnya? Ini terbuat dari bungan asli. Dan bagaimana kau bisa mengirimkan dengan dua merpati?”

“A-Ah itu sebenarnya ide dari Minhyo. Dan merpati itu, Minhyo yang menyuruhnya,” ucap Jongin sambil menujuk Minhyo yang sedang duduk di sofa yang ada di lobi kantor itu bersama Chanhwa. Ya, saat ini mereka sedang berada di kantor Sung Young.

“Benarkah?” tanya Sungyoung lalu menghampiri Minhyo dan Chanhwa.

“Terima kasih Minhyo-ssi! Kau tahu? Jongin tidak pernah berlaku seromantis ini kepadaku,” ucap Sungyoung ramah pada Minhyo. Minhyo tersenyum manis pada Sungyoung.

“Ah bukan masalah. Aku hanya ingin kalian tidak lagi bertengkar. Bagaimanapun lusa adalah ulang tahunmu. Tidak baik jika kalian terus bertengkar,” ucap Minhyo.

“Oh kau sungguh baik. Maafkan aku sudah salah paham padamu,” ucap Sungyoung sambil memegang bahu kiri Minhyo. Minhyo tersenyum dan mengangguk.

“Ah, sebaiknya aku dan Chanhwa jalan-jalan di sekitar sini dulu. Kalian lanjutkanlah mengobrol,” Minhyo melambaikan tangannya dan menggandeng tangan Chanhwa keluar gedung tersebut.

“Kita akan kemana Minhyo eonni?” tanya Chanhwa.

“Aku juga tidak tahu,” ucap Minhyo bingung.

“Kita pulang lebih dulu saja? Aku akan mengirim pesan pada Jongin oppa jika kita pulang lebih dulu,” ucap Chanhwa sambil mendongak menatap Minhyo.

“Itu lebih baik daripada kita tersesat nantinya. Tapi aku tidak membawa uang,” ucap Minhyo lalu mengangkat kedua bahunya.

“Tenang saja, aku punya eonni,” Chanhwa menunjukkan beberapa lembar uang yang cukup untuk mereka naik taksi.
.
.
.
Hari ulang tahun Sungyoung tiba. Tapi Jongin malah terlihat malas-malasan di dalam apartemen. Kebetulan hari ini dia tidak ada pekerjaan, jadi dia memilih berdiam diri di rumah dan tidur.

“Jongin! Hey Jongin!” panggil Minhyo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Jongin yang terlentang tidur di sofa.

“Ish! Ada apa?” tanya Jongin dengan mata setengah terpejam.

“Ini hari ulang tahun Sungyoung! Kau harus menyiapkan hadiah untuknya,” ucap Minhyo sebal.

“Lalu apa yang harus kulakukan eoh?” tanya Jongin malas. “Aku berencana mengajaknya kencan saja nanti malam,” sambung Jongin.

“Eh? Kencan? Apa itu kencan?” tanya Minhyo bingung.

“Kau tidak tahu? Begini, kencan itu kegiatan jalan-jalan berdua dengan kekasih. Kau bisa menonton film, makan bersama, atau kegiatan menyenangkan yang lain. Kau juga bisa pergi ke pesta dansa dengan pasanganmu,” ucap Jongin menjelaskan. Sekarang dia sudah mendudukkan dirinya di sofa. “Apa kau mengerti?”

“Iya aku mengerti,” Minhyo mengangguk paham.

“Kau sudah mengganggu acara tiduku. Kalau begitu kau mau jalan-jalan? Setelah itu kita jemput Chanhwa di sekolahnya,” tawar Jongin. Minhyo tersenyum dan mengangguk.

“Apa aku harus memakai baju yang bagus juga?” tanya Minhyo polos setelah melihat Jongin berganti pakaian dengan celana jeans, kaos santai dan di lapisi cardigan santai. Terlihat sangat tampan.

“Tidak perlu. Kau sudah cantik dengan gaun itu,” ucap Jongin sambil merapikan rambutnya di kaca yang terletak di ruang TV. Minhyo menunduk menutupi pipinya yang memerah. Jongin mengamati Minhyo dari kaca. Senyum tipis mneghiasi bibirnya saat melihat pipi Minhyo merona merah. Sejenak Jongin memperhatikan penampilan Minhyo. Rambut yang di ikat sebagian dan sebagian dibiarkan terurai, gaun selutut berwarna coklat lembut dengan motif bunga, bahu yang dibiarkan terekspose karena gaunnya memang tidak berlengan. Jongin menjadi teringat bahwa kemarin dia membelikan kain itu untuk Minhyo, jika tidak mungkin seluruh kain di rumahnya akan habis digunakan Minhyo untuk membuat baju. Jongin juga sangat heran melihat Minhyo yang sangat suka bersusah payah menjahit pakaian, padahal dia bisa saja membelikan baju langsung jadi, tapi Minhyo selalu tidak mau.

“Kau sudah selesai?” tanya Minhyo membuyarkan lamunan Jongin.

“Tentu saja. Kajja!” Jongin berjalan lebih dulu diikuti Minhyo di belakangnya.

“Kenapa hari ini kau tidak bekerja?” tanya Minhyo setelah mampu mensejajari langkah panjang Jongin.

“Hari ini aku diliburkan. Tidak ada yang harus kukerjakan di kantor,” ucap Jongin lalu memasukkan kedua telapak tangannya di saku celana.

“Tuan Jongin!” panggil seseorang membuat Minhyo dan Jongin menoleh ke arah asal suara.

“Tuan Kangta? Kau yang waktu itu tidak jadi menemuiku? Ah maafka...”

“Tidak masalah. Berkat kekasihmu itu, kami jadi rujuk kembali. Jadi kami tidak jadi menggunakan jasamu sebagai pengacara kami. Terima kasih!” ucap namja yang tempo lalu bertengkar dan di nasehati oleh Minhyo.

“Eh?” Jongin memasang wajah bingung melihat namja itu yang senantiasa memeluk san yeoja yang ada di hadapannya.

“Aku dan BoA menyadari bahwa apa yang diucapkan kekasihmu itu benar. Bahwa sebuah hubungan tidak akan selalu menemui kebahagiaan. Mereka juga akan menemui kesedihan, namun kesedihan itulah pelengkap hubungan kita dan akan mempererat hubungan kita. Jika kalian saling percaya, maka semuanya akan menjadi baik-baik saja dan menjadi semakin indah. Aku mempercayai kata-katanya. Terima kasih nona,” ucap Kangta kepada Minhyo. Minhyo tersenyum dan mengangguk.

“Syukurlah kalau kalian suda tidak bertengkar lagi,” jawab Minhyo senang.

“Ya sudah. Sepertinya kalian akan berkencan. Kami permisi dulu,” pamit Kangta lalu menggandeng BoA meninggalkan Minhyo dan Jongin. Jongin masih melongo sedangkan Minhyo sudah berjalan terlebih dahulu.

“Jongin, kau tidak jadi pergi?” tanya Minhyo bingung. Jongin mengalihkan pandangannya pada Minhyo lalu tersadar dan segera menyusul. “Kita akan kemana?” tanya Minhyo setelah Jongin sudah ada di sampingnya.

“Kita jalan-jalan di sungai Han saja,” jawab Jongin.

Dan disinilah mereka. Berjalan di tepian sungai Han. Sesekali Minhyo memetik bunga yang terlihat indah di sana. Jongin hanya memperhatikan Minhyo yang bertingkah seperti anak kecil, sangat lucu menurutnya.

“Itukan hanya rumput. Kenapa kau suka sekali?” tanya Jongin yang melihat Minhyo tersenyum kecil memetik bunga berwarna biru kecil-kecil yang notabene hanya rumput liar.

“Tapi bunga ini cantik. Akan lebih cantik lagi jika bunga ini dipelihara,” jawab Minhyo sambil memainkan bunga itu. Jongin hanya tersenyum kecil mendengar jawaban Minhyo.

Drrrt~ Drrt~

Ponsel Jongin bergetar di saku celananya. Jongin segera mengambilnya dan melihat pesan dari siapa yang masuk.

From : Sungyoungie
Text :
Kau tidak mengucapkan selamat ulang tahun padaku? :(

Jongin tersenyum sejenak dan jemarinya bergerak membalas pesan Sungyoung.

To : Sungyoungie
Text :
Selamat ulang tahun chagiya ku. Kau ingin hadiah apa?

Belum lama pesan itu terkirim, ternyata Sungyoung sudah membalasnya.

From : Sungyoungie
Text :
Bagaimana kalau malam ini kita ke pesta dansa? Kau pakailah jas yang mirip pakaian ala pangeran kerajaan inggris itu. Dan aku akan memakai gaun :)

Jongin mencoba mengingat dimana dia meletakkan jas hadiah dari Sungyoung itu. Yah, Sungyoung memang sangat mempercayai dongeng, jadi dia berkhayal suatu saat ketika pernikahannya dengan Jongin akan bernuansa kerajaan seperti negeri dongeng.

To : Sungyoungie
Text :
Baiklah. Aku akan menjemputmu jam 9 malam. Kudengar peta dansanya akan sampai tengah malam.

From : Sungyoungie
Text :
Baiklah. Saranghae~ :*

To : Sungyoungie
Text :
Nado...

Jongin menatap ponselnya sejenak dan kembali memasukkannya ke dalam saku celana. Pandangannya teralih pada Minhyo yang sedang berjongkok mengelus anjing yang sepertinya ditinggal pemiliknya membeli eskrim tak jauh dari sana.

“Minhyo, ayo kita menjemput Chanhwa,” ajak Jongin. Minhyo beralih menatap Jongin dan kemuadian tersenyum.

“Apa Chanhwa sudah pulang? Pesan tadi dari Chanhwa ya?” tanya Minhyo setelah dia sampai di samping Jongin.

“Sepertinya Chanhwa sudah pulang. Pesan tadi dari Sungyoung, bukan dari Chanhwa. Dia mengajakku ke pesta dansa sebagai hadiah ulang tahunnya,” jawab Jongin. Minhyo tersenyum kecil.

“Baguslah kalau begitu. Ayo, nanti Chanhwa terlalu lama menunggu,” Minhyo masuk kedalam mobil Minhyo diikuti Jongin yang duduk di kursi kemudi. Jongin segera memacu mobilnya meninggalkan sungai Han menuju sekolahan Chanhwa.

“Oppa!!!” Chanhwa tampak berlari dari dalam sekolahnya, primary school. “Eonni!!!” setelah memeluk Jongin sebentar, dia beralih memeluk Minhyo yang berdiri di dekat mobil.

“Kau senang sekali,” ucap Minhyo melihat Chanhwa yang sejak tadi tersenyum.

“Ne. Apa ada sesuatu yang menyenangkan hari ini Chanhwa-ya?” tanya Jongin sambil mengikuti Minhyo dan Chanhwa yang memasuki mobil. Kali ini mereka duduk sedikit berbeda, jika biasanya Chanhwa akan duduk di samping Jongin, sekarang Chanhwa memilih duduk di kursi belakang dan Minhyo duduk di samping Jongin.

“Hari ini adalah hari paling indah!” ucap Chanhwa riang.

“Oh...oh...sepertinya aku tahu apa yang terjadi. Kau sudah jadi yeojachingu Minho?” tanya Jongin menggoda Chanhwa namun tanpa disangka pipi Chanhwa merona merah dan dia menganggukkan kepala.

“Benarkah??!” Minhyo bertanya antusias. Dan lagi-lagi hanya naggukan dan wajah malu-malu Chanhwa yang menjadi jawaban. “Ah chukkae!” Minhyo mencubit pipi Chanhwa gemas. Chanhwa hanya memamerkan senyum manisnya pada Minhyo. Sedang Jongin hanya tersenyum melihat tingkah Minhyo dan Chanhwa.

“Kita akan langsung pulang?” tanya Jongin pada kedua yeoja itu. Minhyo dan Chanhwa mengangguk bersamaan.
.
.
.
“Permisi! Pangeran Taemin ingin mencari permaisurinya!” ucap seorang namja tampan masih dengan baju ala kerajaan Inggris-nya. Yah, siapa lagi kalau bukan Taemin. Dia membuka satu persatu kamar apartemen itu. Tak heran jika dia berulang kali mendapat omelan atau lemparan barang-barang karena penghuni apartemen yang kesal dengan tingkahnya.

“Aduuuh...kenapa aku selalu mendapat lemparan barang-barang ini sih? Sobat kecil, kau tahu alasannya?” tanya Taemin pada Pip yang sejak tadi brtenggr di pundaknya.

Ciit~ ciit~

“Hah, benar juga. Setelah disini kau tidak bisa bicara. Kasihan sekali kau. Kita cari lagi!” Mereka berjalan menyusuri lorong lantai tiga. Taemin berhenti dan berdiri di depan kamar bernomor 305. Dengan perlahan dia membuka pintu itu.

“Sang Pangeran Taemin sedang mencari permaisurinya. Apa ada orang di dalam?!!!” teriak Taemin membuat Jongin dan Minhyo tersentak. Minhyo langsung beranjak dari duduknya ketika melihat Taemin.

“Pangeran!” teriak Minhyo lalu berlari memeluk Taemin.

“Permaisuriku!” Taemin langsung merengkuh Minhyo dalam pelukannya. “Kau baik-baik saja?” tanya Taemin, Minhyo mengangguk sambil tersenyum.

“Apakah kau yang akan menikah dengan Minhyo?” tanya Jongin mendekati kedua pasang orang yang sedang melepas rindu itu.

Srang~

“Kau yang sudah menculik permaisuriku!” teriak Taemin sambil mengarahkan pedangnya pada Jongin.

“Jangan pangeran!” Minhyo refleks membentangkan tangan di depan Jongin, berniat melindunginya. “Dia yang sudah menyelamatkanku,” ucap Minhyo pada Taemin.

“Benarkah?” tanya Taemin. Minhyo mengangguk yakin. Akhirnya Taemin menurunkan pedangnya dan memasukkan kembali ke sarung pedang miliknya. “Baiklah, terima kasih sudah merawat calon ratu di kerajaan kami,” ucap Taemin menekati Jongin. Jongin hanya tersenyum kaku karena masih syok dengan kajadian barusan.

“Eh? Kau memiliki wajah yang mirip denganku!” teriak Taemin karena baru menyadari bahwa Jongin memiliki wajah yang mirip dengannya. Minhyo pun juga kaget, ternyata Jongin dan Taemin memang mirip.

“Ah! Minhyo. Ayo kita pergi!” Taemin menarik lengan Minhyo, namun Minhyo masih terdiam di tempatnya dan malah memasang wajah bingung.

“Kemana?” tanyanya bingung. Taemin juga menjadi bingung ketika Minhyo bertanya begitu.

“Tentu saja kembali ke Alsace dan menikah,” jawab Taemin.

“A-Ah...baiklah,” Minhyo tersenyum kecil dan mengangguk mengikuti Taemin. Jongin dan Chanhwa mengantarkan mereka hingga di depan apartemen.

“Terima kasih sudah menolong Minhyo,” ucap Taemin setelah mereka sampai di depan apartemen. Jongin tersenyum dan mengangguk. Manik hazelnya menatap Minhyo yang sejak tadi hanya menunduk. Merasa ada yang memperhatikan, Minhyo mendongak menatap Jongin dengan mata bulatnya. Mereka hanya saling menatap, entah apa yang mereka bicarakan dengan tatapan mata itu.

“Berpamitanlah dulu,” ucap Taemin kepada Minhyo sambil menepuk-nepuk bahu Minhyo.

“Chanhwa...aku harus pergi. Kau tidak boleh nakal ya? Ingat, jangan pernah merepotkan Jongin, belajarlah untuk memasak juga seperti yang ku ajarkan padamu. Arraseo?” ucap Minhyo sambil mengelus kepala Chanhwa yang sudah berkaca-kaca. Chanhwa segera memeluk Minhyo dan menumpahkan tangisnya di pelukan Minhyo. Minhyo melepas pelukannya dengan Chanhwa dan beralih menatap Jongin yang juga sedang menatapnya.

“Terima kasih. Aku akan sangat merindukanmu dan juga Chanhwa,” ucap Minhyo pada Jongin.

“Aku juga akan merindukanmu, sangat. Sesekali datanglah kemari,” ucap Jongin dengan senyumnya. Minhyo mengangguk dan berbalik meninggalkan Jongin serta Chanhwa.

“Kita segera pulang?” tanya Taemin pada Minhyo. Mereka berjalan pelan meninggalkan Jongin dan Chanhwa. Minhyo menatap kedua mata Taemin.

“Bagaimana jika kita kencan dulu?” tawar Minhyo.

“Kencan?” Taemin tampak bingung dengan apa yang diucapkan Minhyo.

“Iya. Kencan. Kita bisa mengajak orang yang kau cintai untuk makan bersama, jalan-jalan, mengetahui pribadi masing-masing lebih jauh. Kau juga bisa mengajaknya ke pesta dansa,” ucap Minhyo. Taemin tersenyum senang.

“Pesta dansa?” tanya Taemin terlihat tertarik. Minhyo mengangguk. “Baiklah mari kita ke pasta dansa,” ajak Taemin kemudian.

“Tunggu dulu! Pesta dansanya nanti malam,” ucap Minhyo menahan lengan Taemin.

“Lalu kita akan kemana sekarang?” tanya Taemin.

“Kita kecan dulu. Kita jalan-jalan,” ajak Minhyo. Taemin dengan semangat menggandeng lengan Minhyo. “Ayo!!!”
.
.
.
“Ternyata kencan itu menyenangkan,” ucap Taemin pada Minhyo. Saat ini keduanya sedang berjalan-jalan di tepi sungai Han. Minhyo tersenyum menanggapi kata-kata Taemin. “Kita akan ke pesta dansa sekarang?” tanya Taemin lagi.

“Belum. Pesta dansanya masih nanti malam. Jadi sebaiknya kita berpisah dulu dan nanti malam kita akan terkejut dengan penampilan masing-masing,” jawab Minhyo.

“Baiklah. Tapi setelah itu kita kembali ke Alsace?” tanya Taemin memastikan. Minhyo tersenyum kaku dan mengangguk. “Baiklah. Kita bertemu nanti malam,” Taemin langsung pergi meninggalkan Minhyo. Minhyo segera berlari kembali ke apartemen Jongin.

Cklek~

“Lho? Minhyo eonni kembali?” tanya Chanhwa bingung.

“Aku butuh bantuanmu Chanhwa. Aku akan ke pesta dansa. Kau harus menjadi ibu peri ku,” ucap Minhyo panik. “Dimana Jongin?” Minhyo sadar bahwa sejak tiba di apartemen ini, dia tidak menemui Jongin.

“Dia ke kantor,” jawab Chanhwa lalu berlalu menuju kamarnya, tak lama dia keluar dengan menggunakan cardigan santai dan membawa credit card gold. “Jongin oppa bilang bahwa ini hanya digunakan untuk keperluan genting. Dan ini sangat genting!” ucap Chanhwa sambil tersenyum menunjukkan credit card goldnya.

Mereka berbelanja kesana kemari mencari baju yang pas untuk Minhyo, sepatu yang pas, perhiasan yang pas. Hingga mereka juga pergi ke salon untuk memoles wajah Minhyo.

“Apa hal ini juga harus dilakukan?” tanya Minhyo ketika mereka sedang di salon. Chanhwa dengan setia menemani Minhyo di sampingnya.

“Aku tidak begitu tahu, tapi kebanyakan orang akan pergi ke salon sebelum mereka kencan,” jawab Chanhwa sambil meminum bubble tea yang ia genggam. Tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sendu, dia menunduk sambil memandangi bubble tea yang ada di tangannya. “Apa seperti ini rasanya?” tanya Minhyo lirih.

“Hm?” tanya Minhyo yang mendengar gumaman Chanhwa tadi. Chanhwa mendongakkan wajahnya menatap Minhyo.

“Apa seperti ini rasanya berbelanja dengan kakak perempuanmu atau ibumu?” tanya Chanhwa dengan mata berkaca-kaca.

“Entahlah. Aku juga tidak tahu. Aku tidak pernah melakukannya. Ini yang pertama bagiku,” ucap Minhyo sambil mengelus pelan kepala Chanhwa.

“Ini juga yang pertama bagiku, dan aku sangat senang,” ucap Chanhwa sambil tersenyum. Minhyo ikut tersenyum.

“Aku juga merasa senang.”
.
.
.
Sementara itu ratu Sunny geram dengan semuanya.

“Kenapa semua menjadi begitu mengkhawatirkan!!!” teriak Sunny sambil membanting vas bunga yang ada di hadapannya. “Aku harus segera kesana,”

Ratu Sunny berjalan tergesa menuju sumur ajaib itu dan menceburka dirinya kedalam sana.

Wuuzzz~ blitz~ klang~

Ratu Sunny muncul di dekat lubang air itu. Beberapa orang yang masih berlalu-lalang malam itu menatap aneh sekaligus takut pada ratu Sunny yang terlihat sangat mengerikan. Dengan langkah yang terkesan angkuh, Sunny berjalan menyebragi jalan dengan menyihir mobil-mobil yang lewat untuk berhenti sejenak. Dia berjalan dengan angkuhnya tanpa ada yang berani memaki atau menghalangi.

“Ah, ratu Sunny-ku yang cantik...kenapa aku tidak pernah bisa merebut hatinya?” Sungmin terlihat mabuk dan terduduk di tepi jalan. Dia menggumam-menggumam tidak jelas karena efek alkohol yang mempengaruhi kesaradannya.

“Kau merindukanku bodoh?” tanya Sunny di hadapan Sungmin. Sungmin mencoba memperhatikan siapa yang berdiri di depannya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya. Setelah sadar bahwa itu ratu Sunny, dia langsung berdiri meskipun sempoyongan.

“Yang hik~ Yang Mulia hik~” sapanya dengan nada lemah.

“Dasar namja bodoh!” Sunny menoyor kepala Sungmin membuatnya tersungkur, dalam sekejap terdengar dengkuran halus yang menandakan Sungmin tertidur karna efek alkohol.
.
.
.
@Pesta dansa

Jongin terlihat berdansa dengan Sungyoung. Sungyoung tersenyum manis mengikuti alunan musik, berdansa bersama-sama beberapa orang lain yang hampir memenuhi ball room itu. Sesekali Sungyoung terkikik karena musik yang mengiringi mereka sedikit ceria, jadi banyak gerakan dansa yang cukup ekstrem.

“Kau senang?” tanya Jongin pada Sungyoung yang sejak tadi memperhatikan wajah Jongin lekat-lekat. Sungyoung mengangguk, tangannya bergerak mengalung di leher Jongin. Musik berubah menjadi alunan romantis.

Pintu utama terbuka lebar menampakkan dua sosok yang familiar. Minhyo dan Taemin. Taemin (masih) menggunakan baju ala kerajaannya, sedangkan Minhyo menggunakan gaun modern panjang berwarna merah.

Jongin dan Sungyoung menoleh menatap kedua insan tadi, dengan ekspresi yang berbeda. Sungyoung menatap bingung mereka berdua . Sedangkan Jongin menatap mereka, ah mungkin hanya Minhyo dengan pandangan yang, takjub?

“Mereka pasangan yang serasi bukan?” tanya Sungyoung berbisik pada Jongin, namun tak ada jawaban. Seluruh pasang mata tertuju pada dua insan yang sedang menuruni tangga, bergabung dengan yang lainnya di lantai dansa.

“Hay! Kau disini juga Jongin?” sapa Minhyo. Jongin tersentak dan tersenyum.

“Ah ya, kau disini juga?” tanya Jongin balik.

“Ya. Taemin mengajakku kemari,” ucap Minhyo. “Oh ya, perkenalkan. Ini adalah Taemin...ng...ng...dia...” Minhyo kebingungan menjelaskan status Taemin pada Sungyoung.

“Aku adalah pangeran yang akan menikahinya,” ucap Taemin menyambung ucapan Minhyo.

“Ah, jadi kau yang akan menikahi Minhyo. Kalian pasangan yang serasi,” ucap Sungyoung. Taemin menatapnya dalam. Jongin yang mengetahui itu segera memperkenalkan Sungyoung.

“Dia adalah Hwang Sung Young...kami...kami...” Jongin juga bingung menjelaskan hubungan mereka.

“Kami bersama,” sambung Sungyoung. Taemin tersenyum dan bergerak memeluk pinggang Minhyo.

“Baiklah. Kita akan segera memulai suffle dance. Jadi ajaklah orang yang tidak datang bersama anda, dan ditengah-tengah nanti kita akan melakukan  pertukaran,” sebuah pengumuman terdengar dari pengeras suara.

“Bolehkah?” tawar Taemin kepada Sungyoung yang ada di hadapannya. Sungyoung mengangguk dan menerima tawaran Taemin. Mereka segera berdansa bergabung dengan yang lain. Sedang Jongin sudah menawarkan tangannya pada Minhyo, Minhyo menerimanya dengan senang hati. Mereka berdansa. Mata mereka saling mengunci satu sama lain, seolah mereka bisa berbicara dengan tatapan masing-masing. Seolah duniapun berpusat pada mereka.

Cukup lama Minhyo dan Jongin berdansa berdua, namun tepukan Sungyoung di pundak Jongin membuyarkan semua. Dengan berat hati Jongin melepas pelukannya di pinggang Minhyo, begitu juga Minhyo melepaskan rangkulannya di leher Jongin.

“Bolehkah?” tanya Sungyoung menunjuk Jongin. Segera Minhyo melepaskan tautan tangannya dengan tangan Jongin dan mundur ke belakang.

“T-Tentu saja,” jawab Minhyo lirih. Sungyoung dan Jongin kembali berdansa, sedangkan Minhyo memilih menepi. Taemin entah kemana.

“Hai nona cantik,” sapa seorang nenek tua keriput dengan jubah ungunya. Minhyo tersentak melihat nenek itu.

“Hai nek,” jawab Minhyo lalu pandangannya kembali tertuju pada pasangan JoYoung (Jongin-Sungyoung) yang sedang berdansa dengan mesra di lantai dansa, sekilas bisa dilihat pancaran kesedihan dari manik hazel Minhyo.

“Cerita yang menyedihkan bukan?” tanya sang nenek pada Minhyo. Minhyo memandang nenek itu dan mengangguk. “Aku bisa membuatmu melupakan semuanya. Melupakan semua kenangan buruk dan kau hanya mengingat kenangan-kenangan indah saja. Hanya dengan memakan apel ini, maka semua memori buruk akan terhapus untuk selamanya!” ucap sang nenek sambil menyodorkan sebuah apel merah kepada Minhyo. Tampak Minhyo bimbang, namun akhirnya tangannya terulur mengambil apel itu dan memakannya.

Kress~

Hanya satu gigitan. Hanya satu gigitan yang memberikan vonis mengenaskan. Minhyo terjatuh begitu saja tak sadarkan diri, sedang apel yang dipegangnya menggelinding ke lantai dansa dan terhenti di kaki Jongin. Jongin memungut apel itu dan memandang ke arah pintu masuk, terlihat Minhyo sedang dibopong seorang wanita setengah baya.

“Dia hanya pingsan. Dia hanya pingsan. Kalian tenanglah. Kembalilah berpesta,” ucap wanita itu yang ternyata ratu Sunny sambil membawa Minhyo menuju ke pintu masuk. Sebelum sempat membukanya, pintu itu sudah terbuka lebih dahulu dan menampilkan sosok Taemin.

“Ibu?” tanya Taemin.

“Taemin? Kenapa kau disini?” ucap ratu Sunny kaget.

“Aku baru saja ke kamar kecil sebentar,” jawab Taemin polos. “Kenapa dengan Minhyo?” tanya Taemin. Mendadak wajahnya menegang. “Dia tidak bernapas?!” Taemin langsung mengambil Minhyo dari gendongan ibunya dan membawanya menjauh. Dia membaringkan Minhyo dan berusaha membangunkannya.

“Minhyo bangunlah! Bangunlah!” melihat itu, Jongin berlari menghampiri Taemin dan Minhyo. Sungyoung ikut berlari tapi tidak mendekat.

“Percuma Taemin! Percuma! Disaat jam berdentang 12 kali, dia akan mati. Selamanya! Hahahahaha!” ucap Sunny dengan tawa evilnya.

Teng~
Teng~

“Ciuman cinta sejati,” ucapan Taemin menghentikan tawa Sunny. Sunny menatap tajam Taemin seolah dengan tatapannya dia bisa membenuh Taemin. “Dengan ciuman cinta sejati, semua sihirmu akan hilang,” ucap Taemin tajam.

“Silahkan saja!” ucap Sunny percaya diri. Tanpa berpikir dua kali Taemin mencium Minhyo tepat di bibirnya. Taemin melepas ciumannya...namun Minhyo sama sekali tak bergerak.

Teng~
Teng~
Teng~

“Bagaimana bisa?!!” teriak Taemin bingung.

Teng~
Teng~
Teng~
Teng~

Jam terus saja berdentang. Taemin menatap Jongin seolah meminta Jongin untuk mencium Minhyo. Jongin bingung. Jika dia mencium Minhyo, dia masih berstatus tunangan dengan Sungyoung, namun dia ingin Minhyo selamat. Dia memandang Sungyoung seolah meminta saran.

“Cium dia Jongin! Apa yang kau tunggu?! Cium dia!” teriak Sungyoung yang memang berjarak agak jauh dengan Jongin. Jongin segera mendekati Minhyo dan Taemin menyingkir dari sana.

Teng~
Teng~

CHU~

Jongin mencium Minhyo tepat dibibirnya dengan penuh perasaan. Seolah dia mecurahkan perasaannya saat itu juga.

Teng~

Pada dentangan kedua belas, Jongin melepas ciumannya perlahan. Dan seiring dengan itu, Minhyo berangsur-angsur membuka matanya dan terbatuk. Semua orang yang ada di sana melihat dengan terpana, seolah yang barusan hanyalah opera untuk memeriahkan pesta dansa itu.

“Aku membenci ini!” Sunny berjalan ke tengah ruangan dan wuuuzzz~ dia berubah menjadi seekor naga. Dia mengambil Jongin dan menggenggamnya di tangan. “Ayo gadis lemah! Selamatkan dia! Sebelum aku menjatuhkannya dari atas sini,” setelah berucap seperti itu, Sunny keluar dari ruang itu dengan merusak salah satu sisi dinding dan dia memanjat naik ke atas.

Dengan panik Minhyo mengejar Jongin hingga tanpa sadar sebelah sepatunya terlepas dan tertinggal di tengah ruangan itu. Minhyo mengikuti Sunny naik ke atas gedung Namsan yang menjadi tempat pesta itu. Selama perjalanannya memanjat dinding, Minhyo meraih hiasan besi panjang dan lancip yang ada di sana.

Minhyo kebingungan dengan apa yang akan dia lakukan saat sampai di puncak Namsan tower. Dia tidak bisa melakukan apapun.

“Minhyo!” tiba-tiba Pip datang dari belakangnya, berlari keatas tanpa diketahui naga Sunny. Dia mendekati tangan naga itu yang menggenggam puncak tower dan menggigitnya. Sontak naga itu melepaskan pegangannya sehingga dia hilang keseimbangan dan akan terjatuh. Dengan refleks dia melepaskan pegangannya pada Jongin sehingga Jongin terjatuh. Minhyo melihat besi di tangannya dan melemparkannya kearah jongin.

Jleb~

Tongkat itu menancap pada lengan baju Jongin sehingga Jongin menggantung di sana. Dan naga Sunny akhirnya terjatuh ke bawah dan lenyap. Namun...srek~ srek~ Sreeeekk~ lengan baju Jongin sobek perlahan dan menyebabkan Jongin terjatuh.

“Hyyyyaaaaa!!” Jongin berteriak sekencangnya. Dia meraih Minhyo dalam pelukannya dan Bugh~ mereka terjatuh di beranda ruangan yang tadi digunakan untuk pesta dansa. Keduanya berpandangan dan tersenyum. “Saranghae~” bisik Jongin pada Minhyo. Minhyo tersenyum mendengernya.

“Nado saranghae~”

Sementara itu, Sungyoung terjatuh di tengah ruangan hampir menangis. Taemin mendekatinya dan berjongkok di sampingnya.

“Jangan bersedih,” ucap Taemin.

“Bagaimana tidak bersedih! Tunanganmu malah bersama wanita lain!” ucap Sungyoung kesal, dia mengerucutkan bibirnya.

“Tapi yeoja secantik dirimu tidak pantas bersedih,” ucap Taemin lalu meraih sepatu Minhyo yang tadi tertinggal. Dengan perlahan dia memasangkan sepatu itu pada kaki Sungyoung. “Pas! Maukah kau menjadi permaisuriku?” tawar Taemin sambil mengulurkan tanggannya pada Sungyoung. Sungyoung merona malu namun menerima uluran tangan Taemin. Ini seprti khayalannya. “Baiklah, ayo kembali!” Taemin membawa Sungyoung ke lubang air yang dulunya merupakan tempat dia keluar. Sungyoung melompat kedalamnya dan di susul Taemin lalu...Pip, dia juga masuk ke dalamnya.
.
.
.
@Alsace

“Kalian resmi menjadi suami istri. Silahkan cium pasangan anda,” ucap penghulu itu. Taemin menatap mata Sungyoung dalam dan perlahan mendekatkan wajahnya kearah Sungyoung, Sungyoung memejamkan matanya dan...

Chu~

Bibir tipis Taemin mendarat sempurna di bibir merah Sungyoung. Ciuman yang lembut dan penuh cinta.
.
.
.
1 year later

Minhyo membuka sebuah toko bernama Alsace. Banyak orang yang berkunjung kesana, selain karena koleksi gaun Minhyo yang unik dan indah. Namun disana juga pengunjung menyaksikan tikus-tikus bekerja sama, ada yang membuat gaun, ada yang memintal benang, dan ada juga yang menggelar karpet. Pengunjung sangat terhibur dengan itu semua.

Tak jauh dari toko itu, terlihat kerumunan orang yang sedang meminta tanda tangan seseorang. Ah, Sungmin rupanya. Sungmin mengarang buku berjudul Alsace dan dia menceritakan kehidupan di sana. Buku itu terjual laris dan menjadikannya penulis terkenal.

Sedang di Alsace, Pip juga menjadi seorang penulis yang terkenal di kalangan hewan-hewan dengan buku karangannya yang berjudul Seoul.

Sungyoung-pun terlihat bahagia bersama Taemin. Impiannya selama ini untuk hidup di negeri dongeng terwujud sudah.

Sepertinya semua berakhir bahagia. Tapi bagaimana dengan Chanhwa? Kita lihat.

“Minho!” panggil Jongin pada seorang namja bermata bulat yang berdiri di samping Chanhwa.

“Ne hyung?” jawab Minho takut-takut.

“Kau harus menjaga adikku arraseo? Jika kau bisa menjaganya dengan baik, maka suatu saat kau boleh menikahinya,” ucap Jongin. Minho tersentak dengan ucapan Jongin. Karena bahagia dia bergerak memeluk Chanhwa erat.

Baiklah, semua sudah berakhir bahagia. Ternyata memang ada kata ‘happily ever after’ jika kalian mempercayainya. Dan jika kalian juga percaya, kekuatan ‘TRUE LOVE KISS’ adalah kekuatan yang besar.

END

Huwaaa~ apa ini? Ini adalah buah pikiran nista admin setelah menonton film Enchanted. Kalian tahu kan? Itu lho yang Gissele itu #plak#
Sudahlah tidak usah cuap-cuap. Ffnya sudah di tunggu seseorang. Lagi pula aku harus belajar, seminggu lagi ujian brooooo~~~
Gila, ujian makin tahun makin mengerikan saja -_- 20 paket soal dengan barcode, ckckckckckck -_-

Sungyoung-a! Ini Ffnya. Tuh kau sudah jadi istri Taemin. Sudah puas eoh? Jika belum, terserah padamulah -_- makanya tunggu FF ku selanjutnya hehehehe~ #tawa nista#

Sampai jumpa lagi...annyeong ^^

Review Please~ Review Juseyo ^^